tag:blogger.com,1999:blog-26214159962767823322024-03-01T22:47:41.502-08:00DHARMABUANARina Marisahttp://www.blogger.com/profile/09405586238538524240noreply@blogger.comBlogger195125tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-59664609231879030142017-07-23T09:03:00.000-07:002017-07-23T09:03:42.430-07:005 Patung Siwa Termegah Dan Terbesar Di Dunia<div style="text-align: justify;">
Hari Raya Nyepi disambut meriah oleh segenap umat Hindu di seluruh dunia. Nyepi biasanya dirayakan setiap tahun Baru Saka yang jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini sebagai hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera. Agama Hindu mengenal Trimurti sebagai dewa utama, yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa. Nah, berikut adalah lima patung Siwa termegah di dunia, seperti dilansir Boldsky.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Kailashnath Mahadev</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-u8zFAaaGAG05xixg1RYPjnuogEoiBcy73fkMLnkJIK08Qz0C9aTJ26qyqFsRyw2OpBgZSuWeh60E3OizYfVP3_As6L6JXVNBGO2T4ltDrSeat0a8munE-5zf5DXP_vT6lBSNyj7lca_x/s400/siwa.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak The Immortals Of Meluha menjadi populer, para pemuja Siwa datang dari berbagai daerah untuk berkerumun dan melihat sekilas kemegahan patung Kailashnath Mahadev di Nepal. Patung ini dibangun setinggi 43,5 meter (atau 143 kaki) dalam pose berdiri. Patung Dewa Siwa ini dapat ditemukan di Kathmandu, ibu kota Nepal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Murudeshwara</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7L-hUDse4_BiRh0HZkd1AbmgZj8AWdWRLiWT2wQ4W680_96SLd5Lh2qn0xfOZNw8Wm9Wb9oL7pmEJsxmC76sG9zXZmpmm3-yJ9505KOX9WzWCtzevURRxl4QQ9TyDpH3443YCgKD9qiwv/s400/siwa1.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Murudeshwara adalah sebuah kota di Taluk Bhatkal, distrik Uttara Kannada, di negara bagian Karnataka, India. "Murudeshwara" adalah nama lain dari Dewa Hindu Siwa. Kota ini memiliki daya tarik luar biasa yang menampilkan arca Siwa terbesar kedua di dunia yang dibangun setinggi 37 meter. Kota yang terletak di pantai Laut Arab ini dikenal karena Pura Murudeshwara. Bandara terdekat dari tempat ini adalah Murudeshwar Mangalore International Airport sejauh 160 km.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Mangal Mahadev</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqueyaHjWnDIT6S1Tu7OkX1tEqa_B8WjNvJzstGqBQMTUORgXfDXTHLJUjZfkrhdRYSE7hrWvoYZG-YJe-kJQWUJk_ByLYl2TxRrUwVNqVCOrMbPjKLBPHbvwuWtpZaWS8WUR0G2qUwCyt/s400/siwa2.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Patung Dewa setinggi 33 meter berdiri membawa trisula di pintu masuk Ganga Talao. Ini merupakan salinan patung Siwa dari Danau Sursagar di Vadodara, Gujarat, India. Arca megah ini diresmikan pada tahun 2007 dan dikenal sebagai patung tertinggi di Mauritius.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4. Har Ki Pauri</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJCU4ElFAaCtENdF4kSa6nKuD6GfS3Gc-j-rjC70CMegi2aed8goSwKBCBJXjmyWg2rR4uU1n0UGDghok-W6zrEe6RklDS16pZXDU-z_K1fYvTkElvpH_BIL8ZH1yTyTNGGD4AcKfDexss/s400/siwa3.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Har ki Pauri adalah salah satu tempat berdoa yang terkenal di sungai suci Gangga. Ini menjadi tempat di mana puluhan pemuja Siwa datang untuk berdoa. Di sini, wisatawan bisa menjumpai patung Siwa raksasa setinggi 30 meter dengan trisula di tangannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>5. Kempfort Shiv Mandir</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkmLziBTyK5RqpbG6ezEkqKXenO2IF2kbXUvya71d-0nN4PKCHE7Vki7kE68P7reUl1tVVLE5N5skef7WuEVw7OcNbCnK-rfc0hab9XkVorueLUzT4DneQC1QdC2YWlnd28uUAeD2CEC_j/s400/siwa4.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kempfort Shiv Mandir yang terletak di Bangalore, India, merupakan sebuah Puri Siwa. Moto dari puri ini adalah percaya dan mencapai yang berarti apa yang Anda harapkan bisa menjadi kenyataan karena keyakinan yang kuat mengandung kekuatan pencipta. Puri ini juga memberikan pencerahan kepada semua umatnya bahwa mereka harus percaya pada keajaiban karena mukjizat adalah kekuatan magis yang memiliki kemampuan untuk membuat sesuatu yang tidak mungkin jadi mungkin. Hal itu digambarkan pada patung Siwa dalam posisi bersila setinggi 20 meter.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-29117379103061535992017-07-21T12:35:00.000-07:002017-07-21T12:35:12.091-07:00Nyuh Gading Di Anggap Sakti Oleh Orang Bali Karena Alasan Ini<div style="text-align: justify;">
Berbicara mengenai kasiat dari segi magis, mistis, memang sudah lumrah dalam agama Hindu Bali. Kenapa demikian, karena setiap banten di Bali hampir selalu menggunakan kelapa. Bahkan kelapa menjadi suatu bagian penting/utama dari upakara di Bali. bisa digunakan sebagai daksina, sebagai sarana penglukatan, pemrayascita, sebagai simbol-simbol dewa-dewa, simbul bumi.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcLC-Bg12eTiQYQAizXXDggODptjJIIoQgDX3LmZXcDSPcK1GRfhFTBf-THCzPmb18XOh2DXMgpJTy8LnlSL7itRP1tFBtuqTIx1lVoAsgnWOW65HKI31Mr5M915SEurJkWcV4gk-KkQTI/s640/nyuh.jpg" width="640" /></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan semuanya kelapa-kelapa tersebut telah mengalami suatu proses penyucian sebelum dilakukan upacara. Termasuk pula ketika upacara berlangsung, maka semua sarana upacara tersebut telah mengalami penyucian, serta mengalami pasupati baik oleh orang suci, maupun oleh Ida Bhatara. Tak terkecuali ketika kita membicarakan menegnai Bungkak Nyuh gading yang banyak dipergunakan dalam yadnya karena memiliki filosofis yang sangat mendalam, yakni :<span id="goog_880248145"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Bungkak nyuh gading sebagai simbol kekuatan toya (air) sukla.</li>
<li>Bungkak nyuh gading sebagai simbol kekuatan Tirtha Mahamerta (Tirta Dewa Siwa).</li>
<li>Bungkak nyuh gading sebagai simbol untuk nyomya kekuatan Sad Ripu atau sifat keraksasaan.</li>
<li>Bungkak nyuh gading sebagai simbul atau niasa kekuatan Dewa Wisnu.</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, menandakan bahwa bungkak nyuh gading sebagai simbol kesucian dari para Dewa. Dimana penggunaan bungkak nyuh gading digunakan dalam upakara pada upacara yadnya yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Upacara Dewa yadnya, diantanya pada upakara/banten prayascita, banten mulang dasar bale dan mulang dasar bangunan suci.</li>
<li>Upacara Pitra yadnya terutama pada adegan saat upacara ngaben, banten Diyus kamaligi.</li>
<li>Upacara Rsi Yadnya terutama pada banten Prayascita.</li>
<li>Upacara Manusa Yadnya terutama pada banten Durmanggala, pada saat upacara metatah sebagai tempat potongan gigi. Bungkak nyuh gading dipakai sebagai sarana melukat sebab seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa bungkak nyuh gading sudah dipercayai sebagai simbol atau lambang kekuatan suci Ida Bhatara Wisnu, bahkan diyakini sebagai kekuatan tirtha Mahamerta (Siwa Titha).</li>
</ul>
<span style="text-align: justify;">Berdasarkan hal tersebut di atas ditambah dengan kenyataan yang ada di lapangan, jelaslah bahwa bungkak nyuh gading bermakna :</span><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Sebagai linggih kekuatan suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa tatkala mulang dasar bangunan rumah, merajan dan sebagainya.</li>
<li>Sebagai sarana penglukatan atau penyucian.</li>
<li>Sebagai lambang Tri Loka, yaitu alam bawah (Bhur Loka), alam tengah (Bwah Loka), alam atas (Swah Loka).</li>
<li>Sebagai perantara (jalaran) mengembalikan Panca Mahabhuta ke asalnya, sebagai contoh pada waktu nganyud adegan ke sungai atau ke laut.</li>
</ul>
<span style="text-align: justify;">Keutamaan bungkak nyuh gading dapat kita lihat berdasarkan nilai filosofisnya sebagaimana telah disebutkan diatas, terutama sebagai kekuatan suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Fungsi nyuh gading dan nyuh bulan pada satu sisi ada kesamaannya terutama minyaknya sama-sama dipakai sebagai perlengkapan pada banten catur. Pada sisi yang lain bisa berbeda yakni nyuh bulan jarang dipakai dalam yadnya sedangkan nyuh gading sangat banyak dipakai dalam yadnya.</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai informasi selain tersebut di atas tentang nyuh gading, janur kelapa gading juga sangat banyak digunakan pada jejaitan banten, utamanya pada pembuatan lis dan banten lainnya. Minyak kelapa gading juga dipakai sebagai sarana tambahan dalam obat-obatan alternatif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berkaitan dengan pembicaraan tentang nyuh atau kelapa dalam upacara Hindu Bali serta dikaitkan dengan kasiat magisnya, maka ada baiknya juga disinggung mengenai nyuh maadan yakni kelapa tertentu yang memiliki fungsi khusus dalam sebuah upacara besar seperti pedudusan. Kelapa-kelapa tersebut antara lain :</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Nyuh Gading berwarna kuning kemerahan, sebagai simbol dari Sang Hyang Mahadewa, letaknya di bagian barat dari rangkaian kelapa-kelapa tersebut, sebagai sarana memohon Tirtha Kundalini.</li>
<li>Nyuh Bulan berwarna putih kekuningan, sebagai simbol dari Sanghyang Iswara letaknya di timur, sebagai sarana memohon Tirtha Sanjiwani.</li>
<li>Nyuh Gadang atau kelapa hijau sebagai simbol dari Sanghyang Wisnu, letaknya di utara, sebagai sarana memohon Tirtha Kamandalu.</li>
<li>Nyuh Udang berwarna merah, Sebagai simbol Sanghyang Brahma, letaknya di selatan, sebagai sarana memohon Tirtha Pawitra.</li>
<li>Sedangkan Nyuh Sudamala sebagai simbol Dewa Siwa, letaknya di tengah, sebagai sarana memohon Tirtha mahamerta.</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Inilah salah satu peran dari kelapa dalam upacara Hindu. Dan kalau dikaitkan dengan dunia magis mistik, maka kelapa sangat memiliki makna magis dan mistik. Karena secara tidak langsung kelapa-kelapa yang telah melewati sebuah rangkaian upacara telah mengalami berbagai macam penyucian, penyupatan, dan pasupati, sehingga memiliki kekuatan dewata atau energi positif. Inilah yang menyebabkan para kalangan usadawan atau balian kerapkali menggunakan kelapa ini sebagai sarana untuk pengobatan, karena diyakini kelapa tersebut telah diberkati para Dewa serta memiliki kemampuan untuk mengusir kekuatan negatif, apalagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh ilmu hitam. Karena akan mengalami penyupatan dari kekuatan dewata yang ada pada nyuh bekas upacara tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sumber: <a href="http://www.puragunungsalak.com/2014/11/bungkak-nyuh-gading-kelapa-gading.html">puragunungsalak.com</a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-2778094937433388832017-07-11T08:16:00.001-07:002017-07-11T08:26:53.507-07:00Satua Puyung Tutur Ngelantur Celeng Bolotan Yang Menjadi Tersangka<div style="text-align: justify;">
Satua Puyung Tutur Ngelantur di hari sabtu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eh Celeng…., dalam filsafat kuno kau dikenal dengan nama besar WARAHA, penyelamat bumi ketika alam semesta ditenggelamkan oleh maharaja asura.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="728" data-original-width="1200" height="388" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLEuyZlonEMmD1SVOxhbmU_5mFbkeCPBjh6NdVgj0ZhFT9NmrouOtzTOZ5fQHSSnD22mFiJ3E2PqvfLBZ6yoUfOcO23mz0-EDf-P_j-Ar6BYO1B-n7MoIC1aA3HU5jVnGhzVq8N6gAjLcZ/s640/celeng.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dewa Wisnu menyelamatkan dunia mengambil swarupa CELENG.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Engkau punya nama lain Babi, Bawi, Pig, Suis, dll.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama kecilmu adalah KUCIT. Jika engkau betina dewasa berjuluk BANGKUNG. Sebutan CELENG adalah bagi engkau yang berkelamin jantan dewasa. Jika engkau berprofesi sebagai pejantan pengawin maka engkau berjuluk KAUNG.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eh… Celeng, engkau ciptaan Tuhan yang telah menopang kehidupan di dunia</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Engkau dilahirkan untuk menjadi bahan santapan manusia (walaupun tak berlaku untuk keyakinan tertentu dan kaum veg).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di kalangan manusia Bali Hindu namamu sangat tenar. Engkau sebagai wujud awatara, di satu sisi kau jadi sesaji untuk pengharmonisan alam semesta. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kau telah memeriahkan pesta pora masyarakat adat. Kau telah menghidupkan “penikmatmu” sejak dahulu, bahkan sampai akhir jaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eh Celeng…., engkau berperan sebagai penyangga dunia. Berkontribusi besar dalam peradaban manusia. Dalam kebudayaan engkau diwujudkan BARONG BANGKUNG, penolak bala dan penyakit, penetral kekuatan jahat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eh Celeng…, kini engkau sedang jadi tersangka. Dituduh menyebarkan penyakit “Strepcocus suis” yang menyebabkan gejala “meningitis” radang selaput otak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi kok dalam pemeriksaan laboratorium kau dinyatakan negatif… gemana ini?.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Engkau sudah kadung jadi tertuduh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kau benar-benar menjadi “CELENG BOLOTAN” sebuah istilah dalam bahasa Bali yang bermakna “selalu menjadi pihak tertuduh jika ada suatu kesalahan”, padahal belum tentu dia yang berbuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eh Celeng Bolotan…., selalu jadi pihak yang dipersalahkan dari keteledoran tetangga. Kau disayang kau ditendang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang engkau sedang berada dalam pusaran dilema. Sebagai tersangka, sebagian lagi membencimu sampai akhir hayat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi seperti yang sudah sudah…. Badai pasti berlalu… dan selalu akan datang lagi ..!! Engkau sudah biasa melewati prahara ini dari jaman ke jaman. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpamu Celeng… dunia ini akan tenggelam lagi seperti dahulu kala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Iklan televisi bilang “NGGAK ADA LU NGGAK RAME…!” Celeng oh celeng bolotan…..!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
----------------------------</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekedar ocehan tak bermakna. Satua Puyung Tutur Ngelantur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://kanduksupatra.blogspot.co.id/2017/04/celeng-bolotan.html">kanduksupatra.blogspot.co.id</a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-27990182870919990162017-06-12T11:17:00.001-07:002017-07-02T02:38:51.697-07:00Mimpi Digigit Ular Pertanda Dapat Jodoh, Kalau Mimpi Hamil? Begini Penjelasannya<div style="text-align: justify;">
Mimpi adalah bunga-bunga kehidupan dimana kita bisa berfantasi tanpa di hadang ruang dan waktu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semua orang tentu pernah bermimpi dan tentang mimpi, banyak orang yang menganggap hal ini tak bermakna apa pun, istilahnya hanya bunga tidur saja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEig5nOeeCgmyRWc8iER-zwb3-OPujdH0hmFWFYqnKgyEJgjbj2ABYdcwpAvF96erdf_wEiloxd3g20ci65UL7GfK0n3O_G0lFuSiYT-UNJ4XXOSZy8w_rCdEmXYPihMkMo_3lJWZticdb-h/s640/mimpi.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi, bagi sebagian yang lain, mimpi tak hanya sebagai pelengkap melainkan punya arti tersendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mimpi bagi banyak orang kadang bisa jadi petunjuk, firasat, bahkan ramalan tentang apa yang bakal terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana dengan masyarakat Indonesia? sebagai negara yang kental dengan ragam budayanya kepercayaan tentang mitos mengenai mimpi tentu masih lumayan kuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan, menurut kebanyakan orang, mimpi bisa berarti tanda jelas akan terjadinya sesuatu yang biasanya dikemas dalam mitos-mitos.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dikutip dari laman boombastis.com, berikut ini beberapa mitos tentang si bunga tidur yang hingga hari ini masih banyak dipercaya oleh masyarakat Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Digigit Ular</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari banyak mimpi, digigit ular adalah yang paling banyak dibahas orang. Alasannya tak lain karena mimpi satu ini memiliki mitos yang cukup penting, terutama bagi kaum hawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, barang siapa bermimpi digigit ular, terlepas dari ukuran dan sebagainya, maka ia dikatakan bakal segera bertemu dengan jodohnya atau gampangnya dipastikan akan menikah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun begitu dipercaya, tapi mimpi ini agak susah dibuktikan. Banyak kok yang mimpi digigit ular berkali-kali tapi tak kunjung mendapatkan jodoh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi, memang ada juga yang baru mimpi sekali tapi tak lama kemudian benar-benar menikah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlepas dari mimpi ular yang kental dengan menikah, namun sejatinya jodoh adalah urusan Tuhan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mimpi Hamil</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengandung dalam alam tidur kerap dikaitkan dengan keberuntungan dan juga kesialan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mitosnya, jika orang melihat dirinya sedang hamil dalam mimpi, dipercaya bahwa ia akan mendapat keberuntungan atau memperoleh sesuatu yang diinginkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mitos ini hanya berlaku bagi wanita tentu saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, jika dalam bunga tidur tersebut melihat orang lain yang tengah berbadan dua, berarti akan ada hal kurang baik yang menimpa orang tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mitos ini banyak dipercaya, meski sebagian orang berpendapat jika hal tersebut tidak terbukti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ditindih Makhluk Halus</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kejadian ini merupakan fenomena gangguan tidur. Di mana orang bisa sangat sulit bergerak, bahkan sesak untuk bernapas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka merasa ada sesuatu yang berat tengah menindih dan juga mencekik. Beberapa orang percaya jika itu adalah gangguan bangsa gaib.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, dalam sebuah penelitian terbaru, ditemukan bahwa hal tersebut dikarenakan pengaruh otak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski demikian, banyak yang kurang percaya pada teori penelitian dan tetap menganggap jika mimpi ditindih memang menjadi bukti bahwa jin selalu ada di sekitar kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mimpi Jatuh</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernahkah kamu bermimpi jatuh padahal saat itu belum benar-benar tertidur? Menurut sebagian orang, terjatuh dalam lelap bisa diartikan sebuah pesan yang meminta kita untuk segera bangun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, secara ilmiah juga dijelaskan jika hal itu bisa terjadi ketika kamu dalam kondisi sangat lelah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena keletihan tersebut, tubuh pun tidak bisa melewati tahap tidur yang sewajarnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut David Bodanis, saat itu badan tengah melakukan gerakan yang sifatnya melindungi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika tengah tertidur, otot yang melemas diartikan oleh pikiran sebagai jatuh. Saat itu, otak pun mengirim pesan pada tubuh agar tetap tegak kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mimpi Menikah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bermimpi menjadi pengantin atau menghadiri suatu resepsi pernikahan juga dipercaya memiliki arti khusus. Hal tersebut bisa bersangkutan dengan pekerjaan atau sesuatu yang penting.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, jika kamu memang punya niatan untuk berkomitmen dengan pasangan, bisa jadi alam bawah sadar memberikan sinyal bahwa dia adalah orang yang tepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mimpi menikah memang sering dianggap pertanda baik, tapi tak jarang juga orang yang beranggapan sebaliknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya, ketika mendapati mimpi dengan gambaran pernikahan, dikatakan bahwa hal tersebut jadi pertanda kalau bakal ada seseorang seseorang yang meninggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biasanya sih orang-orang terdekat entah keluarga atau tetangga samping rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mimpi memang bisa berarti banyak hal. Namun yang pasti, hal semacam ini adalah sesuatu yang lumrah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun ketika mendapati mimpi buruk, ya kita yakini saja kalau hal tersebut bakal terjadi sebaliknya. Ketika yang terjadi baik, kita bisa anggap kalau hal tersebut mungkin akan segera terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pandangan Psikologi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dikutip dari vebma.com, Ian Wallace seorang ahli psikologi dan pengamat mimpi yang sudah tidak diragukan dedikasinya selama 30 tahun lebih menyatakan “mimpi merupakan simbolisasi dari pristiwa tertentu yang kita alami di dunia nyata, khususnya seharian sebelum tidur”. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia pernah meneliti empat jenis mimpi yang paling banyak dialami manusia beserta arti serta sikap yang harus diambil ketika bangun dari mimpi tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tafsir Mimpi Dikejar-kejar, Artinya Kamu Sedang Memiliki Masalah Tapi Tidak Tahu Cara Menyelesaikannya</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Coba kamu ingat-ingat lagi, mungkin beberapa minggu ini kamu sedang bingung menghadapi suatu masalah, biasanya apabila kamu bingung menghadapi masalah maka otakmu secara otomatis akan merekam sehingga membuat masalah tersebut tersimbolisasi melalui mimpi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara menyikapi mimpi ini kamu tidak perlu ragu lagi menghadapi masalahmu, masalah seringkali menjadi pintu bagimu untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan menuju kedewasaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila masalahmu sudah selesai dijamin kamu tidak akan mengalami mimpi ini lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sering Mimpi Terjatuh Menandakan Kalau Dirimu Terlalu Fokus dan Serius Menanggapi Suatu Hal</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlalu fokus disini mungkin saat ini kamu sedang memiliki tujuan yang harus dikejar, seperti menyelesaikan skripsi, lagu, artikel atau hal lain yang membuatmu berkutat terlalu lama sepanjang hari sampai lupa waktu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara menyikapi ini mimpi dengan bersantai sejenak, jangan terlalu fokus memegang kendali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terkadang kamu hanya perlu percaya pada skillmu sendiri, percaya kepada orang lain, percaya bahwa </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tuhan membantumu. Ingat kamu tidak sendiri di dunia ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Wallace Jika Mimpi Gigimu Terlepas Berarti Kamu Sedang Dalam Krisis Percaya Diri</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin kalian pernah mendengar mitos gigi terlepas dari orang-orang terdahulu dengan makna “gigimu lepas ya, wah ini menandakan keluarga atau kerabatmu akan ada yang meninggal”. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari segi pandangan psikolog sangat jauh berbeda, menurut psikolog Gigi adalah simbol kepercayaan atau kekuatan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka bisa kita maknai mimpi ini bisa jadi kamu sedang dalam situasi yang menyebabkan kepercayaan dirimu goyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara menyikapinya jangan terpuruk akan keadaan, kamu perlu berpikir tenang dan menghadapi situasi sulit tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anggap saja apa yang sedang kamu hadapi itu adalah tantangan hidup biar hidupmu terasa tertantang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mimpi Menemukan Ruangan Tidak Terpakai Memiliki Tafsir Bahwa Kamu Telah Menemukan Bakat Terpendam yang Selama Ini Tidak Kamu Sadari</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi para psikolog ruangan tidak terpakai di dalam mimpi merupakan simbolisme dari karakter diri seseorang, mereka juga mengatakan seseorang yang mengalami mimpi ini telah menemukan bakat sejatinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara menyikapi mimpi ini adalah jangan cepat puas, teruslah mengeksplorasi bakatmu lewat kemampuan yang kamu miliki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semakin banyak kamu mengasah bakat, maka semakin banyak peluang terbuka dalam hidupmu.(*)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: http://bali.tribunnews.com</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-44235353503869679212017-06-11T07:59:00.001-07:002017-06-11T07:59:15.927-07:00Upacara Kepus Pungsed Bayi Dalam Agama Hindu, Untuk Yang Punya Calon Bayi Sebaiknya Baca Ini<div style="text-align: justify;">
Kurang lebih berumur 1 minggu, maka sisa tali pusat yang menempel pada bayi akan lepas. Ini disebut kepus udel –pungsed-puser. Lalu dibuatkan acara kekambuhan, dan juga pelangkiran tempat Ida Shang Hyang Kumara, beliau adalah putra dari Dewa Siwa sebagai pengasuh bayi yang welas asih. Sang Hyang Kumara yang lahir pada tumpek wayang dimana percakapanNya dengan ayahnya tersebut tersurat dalam Lontar Sanghyang Maha Jnana dalam bentuk tanya jawab antara keduanya tentang ajaran Siwatattwa sebagai ajaran untuk mencapai kelepasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="683" data-original-width="1200" height="364" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKpK-6QRx7ypLh9HQ0ck_bxCaAdGJ9FwueraO0t68LzupdL6ymek832qbeFYjVFtCSCLMXqKC4IQqaIUhNFf-V8gHiqH_YlaU_suNzoJdFoDIkFrZYCsUK0oi0UOlYHfu9OygREIVJlmwa/s640/kepus+pungset.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banten digantungkan diatas tempat tidur si rare atau bayi sisa tali pusatnya disimpan dalam tipat kukur, diisi anget-anget digantungkan di bagian teben, atau kaki tempat tidur rare atau bayi dengan disangsang kain,gelang,cincin,mirah,kembang emas. Dibuatkan banten canang sari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber lain menyebutkan, upacara kepus udel/puser sering juga disebut dengan mepenelahan atau upacara penelahan dari akar kata telah yang berati abis seperti telah disebut sebelumnya, bahwa bayi dalam kandungan dijaga oleh 4 unsur, yang disebut catur sanak seperti, yeh nyom, ari-ari, getih, sudah lepas duluan saat bayi dilahirkan. dan hanya puser/udel yg masih menempel pada bayi. maka dengan lepasnya sisa tali pusat/pusar/udel dari si bayi, berarti habislah bagian bagian dari sang catur sanak yang melekat pada bayi. dari sinilah timbul istilah mapenelahan yang berakar dari kata telah yang berati habis</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Upacra ‘’kepus puser’’ dilaksanakan pada dasarnya adalah untuk membesihkan jiwa dan raga si bayi. dengan lepasnya tali jasmaniah si bayi sudah dianggap bersih,dan secara rohaniah si bayi sudah bebas dari pngaruh sang catur sanak.jadi upacara ini berfungsi untuk membersihkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengenai sisa tali pusatnya itu,menurut saya berdasarkan pengalaman,lebih baik disimpan di satu tempat khusus,yang banyak dijual dipasaran. Sama juga diisi anget anget serbuk kemenyan,dan dimantrai mantra pengeraksa jiwa. Setelah itu dipakai kalung di bayi/rare. cara ini lebih menjamin keamanan dan keselamatan si bayi/rare karena bayi yang belum berumur 42 hari,akan banyak sekali mendapat godaan bayi oleh para dewa, para lelembut para saudara maupun manusia sakti lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Mohon dikoresi bersama jika ada tulisan/makna yang kurang tepat. Suksma…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://ceritabalidewata.blogspot.co.id/</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-46970392413126671732017-06-10T11:50:00.000-07:002017-06-10T11:50:23.695-07:00Pura Manik Kembar. Anak Kembar Sebaiknya Tangkil Ke Sini<div style="text-align: justify;">
Perjalanan dari Denpasar ke pura ini mengarah ke timur laut, tepatnya di Balik Gunung Agung dengan menempuh perjalanan kurang lebih sembilan puluh km, selama dua setengah jam. Di pertigaan Karangasem (pertigaan Abang, menuju ke arah Utara), memasuki desa Padang Kerta, Desa Ababi, Abang, Culik, Kebon, dan Datah. Memasuki desa Culik, para pemedek sudah disuguhi pemandangan yang lain daripada yang lain, dimana sepanjang jalan akan terlihat hamparan batu lahar yang membeku ditumbuhi rumput di sela-selanya, diramaikan pohon ental dan pohon intaran. Namun sekarang dengan adanya upaya penghijauan, maka banyak juga sudah tumbuh pohon gamal sebagai bahan makanan ternak. Namun kesan gersang, kering dan tandus masih sangat tampak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="334" data-original-width="446" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5m2g9P0SEExlwgQezup7K5W_AMdwqruJ6kGkHrcggiYCoNZkSMmLd-z9qcHGhj87a4QQwj7J7ylpC96plEOZLPPFOeouoU2kLdvv3XiLL4z8Vp3YcWMXyumAy5Mw4mltD5xVL0aL8-4gm/s400/manik+kembar.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Desa Datah tersebut terletak antara gunung dan laut diamna jadi jarak ke gunung dan ke pantai sangatlah dekat. Orang di sana mengatakan bahwa arah gunung adalah kaja, padahal secara kompas arah gunung adalah arah berada di barat, kemudian pantai di arah kelod, yang sejatinya secara kompas adalah timur. Namun itulah di Bali bahwa arah gunung sebagai luanan atau hulu disebut dengan kaja, sedangkan pantai adalah teben atau hilir disebut kelod.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di pinggir jalan akan terlihat sebuah papan beton yang menunjukkan arah pura bertuliskan Pura Manik Kembar Batu Belah. Sekitar lima ratus meter ke arah pantai dari papan tersebut akan didapatkan pura di pinggir pantai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="335" data-original-width="445" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKE4QI7eLkxB_aHxzs1Z_yxyuilhmMIDA3UXB9UekopAGLxtKkpJg4LE7h1gnkaBlafJDznOmlEN7e9K2izol_JClFpt7XMRFZIEFSSxUWz-oQz6cMQ_9yUrwAEVyGXAP_AE0pKghOjjat/s400/manik+kmbr.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Batu Belah adalah merupakan pura Dang Kayangan dan juga sebagai pura Kayangan Jagat. Pura ini berada persis di pinggir pantai di atas bebatuan lahar yang membeku. Sehingga deburan ombak pas mengenai dinding pura. Nama Batu Belah diambil konon ada tirtha yang medal dari belahan batu. Tirtha tersebut adalah tirtha tawar yang keluar dari belahan batu yang ada di pinggir pantai. Ketika laut pasang maka tirta yang keluar akan terlihat menyembur ke atas bercampur dengan air laut. Namun air laut surut maka tirtha yang medal terlihat mengalir dari belahan batu. Demikian Jero Mangku Sukertya dari Datah menjelaskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jero mangku menambahkan bahwa Pura Batu Belah juga merupakan petilasan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh, mungkin ketika beliau mengelilingi pulau Bali untuk menuju ke Ponjok Batu dan kemudian ke Sasak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Manik Kembar tersebut diambil dari nama Ida Betara yang melinggih di sana embas kembar (lahir kembar). Jadi dengan demikian pura Manik Kembar adalah tempat pemujaan dari Dewa Kembar. Sehingga pada hari-hari tertentu banyak orang yang memiliki anak kembar menghaturkan bhakti (nangkil) ke pura tersebeut untuk memohon keselamatan. Sehingga diharapakn sekali bahwa bagi yang memiliki anak kembar, untuk seyogyanya nangkil ke pura Manik Kembar memohon keselamatan dan tuntunan hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Manik Kembar walupun terletak di daerah yang tandus, namun di sekitar pura tidaklah panas, sebab di areal pura tumbuh beberapa pohon besar salah satunya pohon celagi/asem yang tenget/keramat yang membuat pura menjadi sejuk. Pepohonan ini meneduhi pelinggih yang ada di sekitar pura diantaranya: Padmasana linggih Ida Sang Hyang Widhi Wasa, meru tumpang linggih Ida Betara Bagus Muter, gedong simpen linggih Ida Betara Bagus Kembar, kemudian di sebelahnya terdapat pelingih para Sedahan. Di tengah-tengah pura terdapat Bebaturan / tepasana dan batu besar adalah linggih Ida Betara Sri Sedana. Di dekat pemedalan menghadap ke laut terdapat sebuah pelinggih bebaturan sebagai linggih Ida Betara Baruna. Di sebelah utara dari kompleks pura terdapat pelinggih yang merupakan tempat keluarnya tirtha dari belahan batu. Di jaba pura terdapat banguna wantilan dan bale pesandekan dan sarana lainnya termasuk ada beberapa dagang yang menjual makanan dan minuman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="335" data-original-width="449" height="297" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwGHhdN61451dQBAKlLhgeByzr7et6MpkQ854XQPsJcxTJkGbpdkE2BvOugFCOTZG6jZcJHeD2N5En9OxUbGqhidv8yExo3Zea38xQmmYfeGkiJXT4nQSA91bAUwI2nTddc-MkNkzS1VYg/s400/manik+kmrn.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengempon dari pura ini adalah warga masyarakat banjar Tegal Langlangan, Desa Datah, Abang, Karangasem. Petirthan di Pura Manik Kembar jatuh pada hari Purnama Kapat. Pemedek yang tangkil ke pura ini adalah masyarakat dari desa Datah dan di luar desa Datah. Dan ketika Ida Betara dihaturkan piodalan, Ida Betara Nyejer selama tujuh hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jero Mangku Sukertya menambahkan bahwa Pura Manik Kembar telah beberapa kali mengalami rehab dan juga upacara ngenteg linggih. Namun samapai sekarang masih ada beberapa bangunan pelinggih serta kawasan di sekitarnya memang memerlukan perhatian dari umat sedharma.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pura ini juga sering dikunjungi pemedek pada hari purnama, tilem, rerahinan terutama Galungan. Pura ini adalah salah satu tempat untuk melakukan tirtha yatra di belahan Bali timur, dengan alamnya yang eksotik, ditambah keberadaannya di pinggir pantai dan dekat dengan lereng Gunung Agung, menambah indah dan nikmatnya suasana di Pura Manik Kembar Batu Belah.</div>
<div style="text-align: justify;">
(Ki Buyut Dalu)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: http://kanduksupatra.blogspot.co.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-43267705591860402422017-06-10T10:33:00.001-07:002017-06-10T10:33:47.402-07:00Hidup itu Menunggu Kompor, Tak Ada Yang Perlu Di Banggakan<div style="text-align: justify;">
Hidup itu menunggu kompor. Yach begitulah pepatah orang Bali. Sebuah pepatah yang penuh dengan makna yang sangat dalam bagi orang Bali. Kompor sebagai “finishing” badan kasar kita untuk kembali ke Panca Maha Butha. Maka orang Bali sangat bijaksana dalam menyikapi hidupnya sehari-hari, penuh dengan toleransi, kebahagiaan, ketulusan hati, kedermawanan, kesederhanaan, kesabaran, kesetiaan, karena mereka tahu persis bahwa sang jiwa dalam menuju ke alam Sorga hanyalah ditemani karma wacananya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSgWkBHGISTu8YJMSb200p70H3_KrusTQTURnIRsRcnLTe-sOLHYmdEOzm115Hf0bvTNJKxljDk-CD_92R1DGjxOH1ggxfYlBwQA0UHxkYBXa0u8QHjHEH7gwhY9NqkP921LSiwPyQ7UHi/s640/kompor1.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada harta benda duniawi yang akan dipanggulnya, tidak ada uang dalam dompetnya, tidak ada batu permata dalam jari-jemarinya, tidak dalam mobil mewah dalam perjalanannya, termasuk badan kasarnyapun harus dikembalikan kepada Yang Maha Pemilik. Menjadi tugas kompor untuk memproses kembalinya Panca Maha Butha ke asalnya. Proses ini sering disebut Kremasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dahulu, kompor ini dengan bahan bakar “lengis gas” (minyak tanah) yang tempatnya digantung diatas pohon agar bahan bakar dapat turun ke kompor dengan baik. Proses Kremasi di Bali semakin berkembang dari jaman-ke jaman, Teknologi dapat dengan mudah mempengaruhi kebiasaan orang Bali dalam melaksanakan upacara. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi teknologi tidak mempengaruhi makna upacara keagamaan orang Bali. Seperti halnya kompor ini, yang saat ini menggunakan tabung, mirip tabung gas, namun bahan bakarnya tetap sama yaitu “lengis gas” hanya saja tabung ini memiliki tekanan sehingga dapat mendorong minyak dalam tabung. Orang Bali memang pintar dan kreatif. Bahkan dibeberapa tempat saat ini telah lebih maju dalam proses Kremasi, yaitu menggunakan Oven, oven yang khusus untuk proses Kremasi Jenasah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="501" data-original-width="377" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0A2BkvsfpL-6HfdzanP8XPJCnWiBwFjRmVDqD1byCAb9khlCvj2fyKn5QpnbQP7tqUoz5JkmhsRwpFzbl8moaPTfBe8r0vfCrVBe4ZZat6WgCnknR0mOPPICawAJcQgI6rqXlHeI1QM_9/s400/kompor.jpg" width="300" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah melihat Kompor ini, bagaimana perasaan Anda sebagai orang Bali ? Cepat atau lambat, semakin hari kematian semakin dekat, usia memiliki batas, usia milik Yang Maha Pemilik. Tak ada yang akan kita bawa dalam perjalanan menuju Sorga selain karma wacana, kaya atau miskin sama-sama di “finishing” oleh kompor ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Reinkarnasi yang kita jalani saat ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk memperbanyak karma wacana yang baik dan sesuai dengan ajaran agama Hindu, Trikaya Parisudha, serta kitab-kitab suci tuntunan hidup lainnya. Semoga hidup kita bermanfaat bagi masyarakat, penuh dengan kedamaian, kesadaran jiwa, kebijaksanaan, keharmonisan, keindahan, yang semuanya akan kita gunakan untuk menciptakan Sorga dalam kehidupan yang akan datang. Tercapainya Sorga akan menuntun kita dalam mencapai Moksa. Om Swaha ……..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: https://nakbalibelog.wordpress.com</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-55986792556155827652017-06-10T00:38:00.002-07:002017-06-10T00:38:42.839-07:00Kisah Dari Ni Luh Putu Sugianitri Mantan Polwan, Ajudan Terakhir Bung Karno<div style="text-align: justify;">
Acara dialog dan diskusi buku "Bung Karno: Kolektor dan Patron Seni Rupa" menjadi ajang curahan hati tentang sepenggal kisah hidup Soekarno.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terutama, terkait kepedulian Presiden pertama RI tersebut terhadap lukisan dan para perupa di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="659" data-original-width="1200" height="350" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga_oqFUa93P-m92zUt4AzmchCLBN-yYsLpHfMesXjXVGbb8uBYzfl8tlwkBWCna7KIYND4IGKbMLniDLY-Hnpqp3bRa8-h-WH4fGrtHjdX9iXhHMUmlU6wZtlnKDp-xBq8HaesjFs7yDT2/s640/ajudan+sukarno.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diskusi itu buku karya Mikke Susanto itu, digelar Pustaka Bentara Budaya Bali bekerjasama dengan Kompas Gramedia, Dictian, dan lembaga lainnya, di Bentara Budaya Bali Jalan Prof Ida Bagus Mantra No 88 A, Ketewel, Gianyar, Sabtu (12/4) malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ni Luh Putu Sugianitri (67) dengan berapi-api, menceritakan bagaimana dia sebagai polisi wanita (polwan) menjadi ajudan terakhir Presiden Soekarno.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Nitri, panggilan akrabnya, karena perpindahan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto dan suasana psikologis yang menyertainya, dialah satu-satunya polwan yang tidak pernah naik pangkat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia selamanya hanya berpangkat brigadir, tidak pernah dipecat, tidak pernah diberhentikan, dan tidak pernah menerima uang pensiun sampai saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Saya satu-satunya wanita Bali yang menjadi ajudan terakhir Presiden Soekarno. Saya dari Desa Babatan, Penebel, Tabanan. Anak satu-satunya Ni Made Pajeng, pendiri sekolah di sana. Saya polisi angkatan ketiga di Sekolah Kepolisian Sukabumi," ujar Nitri, Sabtu (12/4/2014) malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dikisahkan Nitri, setelah pendidikan, polwan yang lain kembali ke daerah masing-masing, namun dia tidak boleh pulang. Sebagai orang Bali, dia sering diminta menari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia sering tampil menari di acara-acara resmi kepresidenan, hingga akhirnya Nitri kemudian menjadi ajudan Bung Karno.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sebagai polisi ajudan, saya tidak pernah memakai seragam polisi. Waktu itu, saya lebih sering menari daripada latihan karena penari masih jarang. Saya selalu memakai kebaya dan menari, sementara di dalam tas ada revolver. Dengan begitu, orang tidak tahu bahwa Soekarno dikawal oleh ajudan yang sedang menari," kisah ibu tujuh anak dari dua kali pernikahannya ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nitri mengaku sebagai ajudan, hanya sebagai tukang beli kue, makanan, dan buah-buahan yang disenangi Bung Karno. Menurut Nitri, Bung Karno paling menyukai kue lemper, buah rambutan, dan jika makan harus ada kecap merek tertentu yang pabriknya ada di Blitar, kota kelahiran Putra Sang Fajar itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kalau ada yang bilang bahwa Bung Karno memiliki uang miliaran saat presiden, saya tertawa dalam hati. Mereka tidak tahu, pernah sekali waktu Bung Karno meminta saya membelikan seikat rambutan," terangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Waktu itu saya bilang, mana uang untuk membelinya. Bung Karno tidak punya uang. Saya tahu persis, karena saya yang biasanya memegang untuk membeli makanannya," kata Nitri yang kini menjadi pengusaha jeruk Bali di kawasan Renon, Denpasar, tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Setelah peristiwa Gestok (G30S), saya mendampingi Bapak Presiden sampai diamankan. Setelah serah terima kekuasaan, Ibu Tien (Istri Soeharto) meminta supaya saya ikut menjadi ajudan. Saya tidak mau, karena waktu itu Bung Karno dibilang pemberontak," kata Nitri.<br />
<br />
Simak Videonya :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<iframe allowfullscreen="true" allowtransparency="true" frameborder="0" height="320" scrolling="no" src="https://www.facebook.com/plugins/video.php?href=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fnkrisnanto%2Fvideos%2F10211355421794510%2F&show_text=0&width=560" style="border: none; overflow: hidden;" width="560"></iframe>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://www.tribunnews.com</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-57013702388916046802017-06-09T11:35:00.000-07:002017-07-17T04:17:52.497-07:00 13 Macam Penyakit Berbahaya Ini Dapat Di Sembuhkan Oleh Don Base (Sirih) Yang Tertulis Dalam Lontar. Begini Cara Penggunaannya<div style="text-align: justify;">
Don Base atau kakap dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama daun sirih memiliki berbagai macam kegunaan, baik dalam kaitannya dengan pengobatan klinis maupun sebagai pengobatan tradisional.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgObp4GlK32q_1VJEnzqodrLUiLELmxszkHIBfebCLGR5aOAJiuBmMhAzFROTchaJEPW94rkj7gJpGDpW7bPRW4QrQdJ1LO9uw-kScS3uaTaFTLlYrMasDCuba5OPgvSckRwOAvE_haa-gu/s640/don+base.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jenis tanaman merambat ini mudah tumbuh dan biasanya dapat juga ditanamam di areal pekarangan sebagai tanaman obat keluarga (toga).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sirih dalam bahasa ilmiah bernama Piper Betle termasuk ke dalam kerajaan Plantae, family Piperaceae dan genus Piper. Tanaman ini berbatang coklat, bulat, beruas dan keluar akar. Daun berbentuk jantung berujung runcing dengan panjang mencapai sekitar 5-8 cm.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Warna daun sirih ini adalah hijau muda kekuningan disaat masih muda, dan berwarna hijau tua ketika sudah tua. Tanaman ini juga memiliki buah yang berwarna hijau memanjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara klinis, daun sirih yang mengandung minyak terbang (betlephenol) yang berfungsi mematikan kuman ada juga senyawa fitokimia seperti jenis alkaloid, saponin, tannin dan falvovonoid. Kemudian mengandung vitamin c dan mengandung rifoflavin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut kegunaan sirih yang dapat digunakan sebagai bahan obat dalam kehidupan sehari-hari yang mudah untuk didapatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Keputihan:</b> daun sirih bisa digunakan sebagai obat untuk mengatasi penyakit keputihan pada wanita sebagai antiseptik. Caranya dengan menggunakan 5-10 lembar daun sirih kemudian direbus selama 1-2 menit, diamkan beberapa saat dan gunakan rebusan sirih untuk membilas areal kewanitaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Mimisan:</b> adapun cara mengobati adalah dengan menggulung selembar daun sirih dan ditekan hingga mengeluarkan minyak dan tutup lubang hidung yang mengeluarkan darah selama kurang lebih 5 menit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Batuk:</b> segenggam daun sirih dicampur dengan potongan jahe dengan direbus dalam dua gelas air minum satu kali sehari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4. Sariawan:</b> daun sirih juga ampuh untuk mengobati sariawan yakni dengan 3 lembar daun sirih dicuci dan direbus, daun yang telah direbus dihaluskan dan ditempel diareal sariawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>5. Jerawat:</b> untuk mengatasi jerawat daun sirih ditumbuk halus dan diseduh dengan air panas, aduk hingga hangat-hangat kuku dan basuh muka sehari dua kali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>6. Sakit gigi:</b> beberapa lembar daun sirih direbus dan hasil rebusan dari daun sirih dipakai berkumur hingga rasa sakit pada gigi berangsur-angsur hilang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>7. Demam Berdarah:</b> rebus daun sirih dalam 2 gelas air, minum air sehari dua kali masing-masing satu gelas air rebusan daun sirih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>8. Pingsan:</b> Dalam Lontar Taru Premana disebutkan daun base atau sirih ini sebagai obat limuh (pingsan) yang bisa digunakan sebagai loloh atau dengan cara meminum rebusan beberapa lembar daun sirih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>9. Sakit Perut :</b> Dalam Lontar Wrespati Tattwa disebutkan daun sirih atau kakap bisa digunakan sebagai obat sakit siksikan (bawah pusar) dengan cara menempel daun sirih yang sudah dihaluskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>10. Kesemutan:</b> dalam lontar ini juga disebutkan kakap atau daun sirih juga bisa digunakan untuk obat kesemutan yakni dengan menggunakannya dan memadukan dengan laos, apuh bubuk, jeruk linglang dan dijadikan boreh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>11. Hernia:</b> daun sirih juga disebutkan dapat dijadikan sebagai obat hernia dengan cara campur daun sirih, isen kapkap, lengkuas kapur dan adas dan disembur pada areal yang sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>12. Perut kaku :</b> buah daun sirih juga disebutkan memliki khasiat obat untuk perut terasa kaku yakni dengan cara menghaluskan beberapa daun sirih dan ditempel diperut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>13. Kena Desti:</b> daun sirih juga dapat digunakan mengobati orang yang kena desti (ilmu hitam), cara mengunakannya adalah dengan menggunakan buah sirih, beras merah kemudian digunakan sebagia bedak di tubuh si sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber:http://suluhbali.co</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-34090554024044128592017-06-09T11:10:00.000-07:002017-06-09T11:10:05.089-07:00Bagaimana Jika Pemangku Ingin Menikah? Begini Keputusan Parisada<div style="text-align: justify;">
Seorang pemangku yang akan melangsungkan pernikahan harus melakukan upacara “masepuh pawintenan” atau mengulang pawintenan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjosV9ZxUTaWEAgQ2l3owF1mfheVzA_WFhGCURfoFAjdpgyEeCsazhZLxxakjXJMHlaUbRbxgvPOeEfYN9cpa7tc4SuFWKSeSRRw0BNVDo42bsZk0UxurY3q9U7kRVoG0bNEJPRo26hUh2/s640/pemangku.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini berlaku bagi para pemangku yang saat menjadi pemangku berusia muda dan belum pernah menikah ataupun pemangku yang dahulunya telah menjadi pemangku, namun istrinya mengalami halangan kematian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sebelum menikah, pemangkunya diturunkan dulu atau dibuka kepemangkuannya oleh nabe yang mewintenin di pura tempat mewinten, baru dia boleh menikah,” terang tokoh Hindu, Jro Mangku Pasek Suastika, pada acara Focus Group Discussion (FGD) Buku Panduan Rohaniawan dan Prajuru Desa Pakraman di Kantor PHDI Bali, Kamis (17/3/2016).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam posisi sejajar antara suami dan istri dan kemudian menikah, setelahnya baru dilanjutkan dengan masepuh pawintenan dengan bersama-sama pasangannya melakukan pawintenan yang sama. “Setelah selesai dibuka, baru kemudian disepuh dan diwinten lagi sama-sama dengan istrinya,” jelasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara menurut Ketua PHDI Bali, Prof. Dr. Gusti Ngurah Sudiana, pemangku yang akan berniat melangsungkan pernikahan harus melalui tahap masepuh, jika keinginan untuk menikah muncul sendiri dari si pemangku tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Menurut Keputusan Parisada 1968 menyebutkan bahwa, kalau pemangku kawin karena kehendaknya sendiri baru masepuh lengkap, dari membuka pawinten sampai kembali mawinten,” ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun jika kehendak untuk menikah ditentukan oleh pangemong pura tempat si pemangku bertugas, maka hanya harus melakukan upacara masepuh kecil. “Kalau pemangku dicarikan oleh pangemong pura hanya dilakukan masepuh kecil,” jelas Prof. Sudiana. (SB-Skb)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://suluhbali.co</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-16294586232372698712017-06-08T09:48:00.000-07:002017-06-08T09:48:42.098-07:00Mengupas Cara Kerja Teluh, Desti Dan Teranjana! Bentengi Diri Anda Dengan Cara Ini<div style="text-align: justify;">
Teluh, Desti dan Teranjana adalah salah satu topik yang juga sangat populer menjadi obrolan di masyarakat Bali, mulai dari obrolan penuh canda di warung kopi sampai diskusi serius di forum-forum cendikiawan. Berbagai ilmu tersebut bisa dikatagorikan sebagai ilmu Aji Wegig (secara sederhana berarti “ilmu jahil”). Dalam berbagai lontar terkaitTeluh, Desti danTeranjana dikemukakan prosesi, ritual, mantra dan rerajahan yang berkaitan dengan bagaimana melakukan hal-hal yang secara singkat bisa disebut sebagai “ilmu hitam” tersebut; mulai dari bagaimana membuat penyakit, bagaimana merusak rumah tangga, bahkan yang lebih ekstrem bagaimana membunuh seseorang dengan kekuatan niskala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="728" data-original-width="1200" height="388" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXL9-Z4fVyeBulRiYgO2ugkD1kT-Uu9Np-jJIUzNi9Gjq97z3K8IoXSWTsmo-fzVfHm_Y4lecCReoCtY7OM6z1xDl2f81aYTeQy7ELvMQiM1ufujbeLDpN_M8Ry2uai8PjoO7TETXmoj5N/s640/teluh.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam artikel sederhana mengenai Desti, teluh dan teranggan ini akan digarisbawahi dua hal penting; pertama cara kerjaTeluh, Desti danTeranjana yang sering disebut sebagai dharma weci sejatinya memanfaatkan “sumber energi” yang sama dengan apa yang dikenal dengan “ilmu weci” atau dharma sadhu, dan kedua bagaimana kemudian memanfaatkan energi yang sama tersebut untuk nyengker dewek dari berbagai perilaku “usil” para penekun ilmuTeluh, Desti danTeranjana tersebut. Meski hanya dibahas sekilas, diharapkan tulisan sederhana ini cukup memberi gambaran mengenai “sisi lain” dari ilmu-ilmu tersebut di balik segala mitos dan “kabar angin” yang mengiringinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama, Prinsip Teluh Desti dan Teranjana</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
IlmuTeluh, Desti danTeranjana merupakan ilmu niskala yang memanfaatkan kekuatan energi melalui mantra, rerajahan dan ritual tertentu untuk membuat seseorang mengalami penyakit, kegelisahan, melemah baik secara psikis maupun fisik dan bahkan tidak jarang kematian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada dua hal yang menjadi garis besar kalimat di atas yang sekiranya perlu anda garis bawahi, pertama ilmu ini memanfaatkan energi. Energi apa yang dimanfaatkan dalam Teluh, Desti danTeranjana? Energi yang dimanfaatkan adalah energi prana atau shakti baik yang berada di bhuana agung maupun di bhuana alit, sumber energi yang sama ini juga dimanfaatkan oleh praktisi pengobatan dan praktisi spiritual untuk tujuan berbeda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Energi semesta bersifat netral, dan ketersediaanya di semesta sangat melimpah. Lalu bagaimana mengakses dan kemudian mengarahkan energi ini baik untuk keperluan usadha, spiritualitas atau sebaliknya justru Teluh, Desti danTeranjana? Jawabanya sederhana, baik mengakses maupun mengarahkan energi ini adalah melalui kekuatan niat (iccha shakti), dan mengarahkan serta memfokuskan niat inilah maka segala jenis mantra, rerajahan dan ritual kemudian dipergunakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agar lebih mudah memahami penjabaran di atas, mari kita umpamakan energi ini adalah listrik yang tersedia melimpah, ada yang kemudian mempergunakan listrik untuk mempermudah kehidupan (memasak, setrika, penerangan, dan banyak lainnya), namun ada pula yang memanfaatkanya untuk menyetrum orang lain sampai mati. Sumber listriknya sama, namun pemanfaatnya jauh berbeda. Lalu, apakah listriknya yang salah?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi untuk bisa memanfaatkan energi listrik ini untuk keperluan apapun, maka prinsip pertama dan sekaligus hal pertama yang perlu dilakukan adalah “mengakses” energi listrik tersebut di alam melalui pembangkit tenaga listrik, kemudian menyalurkannya ke rumah-rumah, dan setelah tersalur baru kemudian dimanfaatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Energi semesta (shakti) merupakan sumber melimpah yang diibaratkan sebagai seorang “Ibu”, dan energi ini bisa sangat mengerikan jika diberdayakan untuk mencapai tujuan-tujuan merugikan orang lain. Inilah salah satu makna tersirat di balik “sosok menyeramkan Ibu Dewi Durga”, yang mengabulkan permohonan-permohonan yang merugikan orang lain. Namun, sebagai sosok ibu yang tidak membeda-bedakan anaknya, bukan hanya permohonan yang tidak baik dan pemberdayaan energi untuk kepentingan egoistis yang dimungkinkan, permohonan dan pemberdayaan untuk hal-hal yang menguntungkan khalayak sebagaimana dilakukan Maharaja Sri Jaya Kesunu yang memohon keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kedua, Bagaimana Membentengi Diri dari Teluh, Desti dan Teranjana?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengetahui bagaimana prinsip kerja Teluh, Desti danTeranjana, maka sekarang salah satu hal yang mungkin perlu disampaikan adalah bagaimana membentengi atau “nyengker dewek” dari serangan Teluh, Desti danTeranjana semacam ini, baik untuk anda secara personal maupun untuk pekarangan rumah, keluarga dan bahkan tempat usaha anda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke perumpamaan mengenai listrik sebelumnya, saat seseorang melakukan usadha maka dia sejatinya sedang “mengantarkan listrik menjadi penolong” sedangkan saat seseorang melakukan Teluh, Desti danTeranjana maka dia sedang “mengantarkan listrik menjadi perusak”, dan keduanya -baik penolong maupun perusak- akan memerlukan pengantar. Disinilah peranan anda menjadi sangat penting sebab Teluh, Desti danTeranjana tidak bekerja hanya sebelah pihak, tidak hanya bergantung pada orang yang menerapkan ilmu tersebut, anda pun memegang peranan, sebagaimana jika pelaku mencoba masuk dengan mengetok pintu tetap tidak akan bisa masuk jika anda tidak membuka pintunya, dan meski mereka berusaha mendobrak maka tidak akan berhasil jika pintunya terlalu kuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para tetua dulu sering mengatakan kalau “mekejang ngelah widhi”, artinya semua orang punya Tuhan, lebih spesifik lagi, semua orang punya akses terhadap sumber energi prana yang diberdayakan untuk berbagai keperluan ini. Pertanyaanya sekarang, bagaimana anda memanfaatkan energi prana anda? Apakah untuk “menyetrum” diri anda sendiri atau membentengi diri anda? Jika anda memanfaatkanya untuk menyetrum diri anda sendiri, maka dengan mudah praktisi Teluh, Desti dan Teranggana akan berhasil dengan segala daya upayanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketakutan kalau “pasti saya leakini” apa lagi sampai anda yakin telah terkena pengaruh sedemikian justru akan menjadi real sebab keyakinan serta ketakutan anda tersebut pun merupakan bentuk “niat” yang anda arahkan ke diri anda sendiri (ingat, niat atau acepan ini adalah cara untuk mengarahkan energi atau shakti dimaksud). Saat anda terus menerus menyimpan ketakutan telah menjadi korban pengeleakan, anda telah “kenain nak”, “kena pepasangan” atau ketakutan sejenis maka anda sedang mensugesti diri untuk benar-benar mengalami semua itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Listrik hanya mengalir jika ada penghantarnya, dan keyakinan semacam inilah yang merupakan “penghantar listrik” yang membuat anda benar-benar bisa terkena Teluh, Desti danTeranjana (oleh diri anda sendiri tanpa anda sadari dan oleh orang lain). Ketakutan berlebih dan keyakinan-keyakinan negatif ini akan melemahkan anda baik secara mental maupun fisik, dan tentu saja mempermudah anda berada di posisi “korban”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jadi, bagaimana membentengi diri dari Teluh, Desti danTeranjana?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama,</b> tentu dengan memperkuat benteng diri, memperkuat benteng mental anda dengan keyakinan serta kondisi mental yang memberdayakan; keterhubungan dengan Para Sesuhunan, merasa damai dan tidak mudah dibuat kawatir oleh berbagai ketakutan akan “leakine”, “kena pepasangan” dan takut disihir merupakan contoh sikap mental yang akan memperkuat anda sekaligus melemahkan dihantarkannya energi-energi buruk ke dalam kehidupan anda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kedua,</b> sebagaimana praktisi Teluh, Desti danTeranjana yang mengarahkan energi semesta atau shakti dengan niat-nya untuk menyakiti, maka anda pun bisa mengarahkan energi melalui niat untuk melindungi diri sendiri, baik dengan atau tanpa mantra serta ritual khusus (meski keberadaan mantra dan ritual memiliki dampak psikologis maupun metafisik yang tidak bisa dikesampingkan begitu saja).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kesempatan lain akan dibahas secara lebih detail bagaimana mengarahkan niat anda untuk mengakses dan mengolah shakti atau energi semesta ini untuk berbagai tujuan, termasuk sebagai penyengker atau membentengi diri. Dalam artikel ini cukup anda pahami dahulu bagaimana prinsip kerja dari energi atau shakti ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : https://baliwisdom.com</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-40214715553936429282017-06-06T11:13:00.000-07:002017-07-13T22:47:13.474-07:00Cara Ampuh Memasang Pekakas Anti Leak Dan Bahaya Akibat Sesangi Be Guling <div style="text-align: justify;">
Kalau boleh cerita tentang orang, kayaknya pengalaman I Gede Lubak Injin ini layak untuk diceritakan kepada orang banyak. Tujuannya bukan untuk membeberkan kejelekan atau menertawakan orang yang kena musibah, namun hanya untuk mengingatkan kepada orang lain agar tak gegabah dalam bertindak. Ceritanya begini:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="728" data-original-width="1200" height="388" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh47MDtPBvNAesyYRMjIFaqozRmpX9bcpksdl-4CuE4RKjy0wAgeFrxnNZmJ3JGSmSwSAxk03jJZY2C3nWw3mWexqPWDDuWOIXKKifXkQTG6_zHmQe7j_Kw5cOw7UFLJWaeafS2bGQgnMI4/s640/anti+leak.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari I Made Sontoloyo Mabet Siteng yang memang loyo duduk-duduk di bale banjar ditemani oleh I Wayan Kuat Bin Kenyat. Sambil ngopi mereka berdua membicarakan masalah pohon beringin yang baru saja ditebang di jaba pura. I Made Sontoloyo Mabet Siteng memang sedikit prihatin dengan dengan ulah prejuru yang hanya bisa menebang pohon, tetapi tak pernah menanam. Padahal sudah jelas-jelas pohon itu tak mengganggu dan diyakini pula bahwa pohon itu linggih Ida Melanting. Namun dengan gagah berani si prejuru itu memutuskan untuk menebang pohon tersebut yang sudah memberikan kesejukan di halaman pura sejak ratusan tahun silam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh sayang memang hal itu terjadi, tanpa ada yang berani untuk melarang atau menghentikannya. Demikian penyesalan mereka berdua di bale banjar, sambil mereka mencoba untuk berbuat sesuatu demi keajegan tanah kelahirannya dan terpeliharanya aura taksu di tanah kelahirannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedang asiknya mereka berbicara berdua, tiba-tiba datang I Gede Lubak Injin menghampiri mereka. Sontoloyo bersama I Kuat mesem-mesem saja melihat kedatangan temannya yang bernama I Gede Lubak Injin itu. Ia yang memang <i>aeng</i> dan <i>medengen</i>. Maksudnya bikin serem dan angker tapi kadangkala menimbulkan keheranan sekaligus kelucuan bagi yang melihat. Bagaimana tidak, I Lubak Injin berbadan cukup tinggi, rambutnya panjang megambahan diikat dengan karet berisi manik-manikan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lehernya berlilitkan kalung emas berisi caling macan yang konon sebagai penolak bala. Tangannya melingkar gelang kayu uli berkepala Naga Besuki di kanan, dan di kiri melingkar gelang perak berisiskan kombinasi antara permata dan pis bolong sebagai pengraksa jiwa atau jimat penjaga nyawa. Yang sudah umum adalah di bagain jari tangannya berderet tiga buah cincin berwarna merah, hitam, dan putih yang konon sebagai pemberian dari Ida Betara Segara, Betara di Gunung dan Ida Betara di salah satu pura tenget di Bali, yang fungsinya juga sebagai pelindung jiwa raga. Kayaknya dengan barang itu saja, yang namanya kekuatan sihir, yang namanya tonya tak berani mendekat. Yang namanya leak desti dalam radius sepuluh meter sudah terbakar oleh benda-benda aeng yang dipakainya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata tak cukup di sana, I Sontoloyo masih menyaksikan kehebatan sekaligus keanehan dari I Gede Lubak Injin, yakni di belahan dada kirinya terpampang rerajahan berupa telapak kaki yang konon adalah sebagai penunggalan dari Bapa Akasa dan Ibu Pertiwi untuk memberikan perlindungan kepada orang tersebut. Belum lagi kalau diraba sabuk atau pinggangnya, pastilah tak rata alias gluntuk-gluntuk yang menandakan bahwa I Gede Lubak Injin mengenakan sesabukan yang berisi banyak bebuntilan, sebagai penolak bala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika itu I Made Sontoloyo dan I Wayan Kuat terkejut mendengar jeritan <i>“Leaaaaaakkkkkkk…. Leeaaaaaaakkkkkkk, Weeeeeheheheheheheheh……”</i>. Ternyata itu adalah nada panggil Handphone I Gede Lubak Injin. HP-nya juga berisi rerajahan rangda aeng. Pokoknya I Made Sontoloyo dan I Wayan Kuat dalam hatinya geleng-geleng kepala melihat penampilan I Gede Lubak Injin, seolah-olah kebal, sakti tak bisa mati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berceritalah I Gede Lubak Injin kepada mereka berdua. namun sebelumnya, ia berteriak ke warung agar dihidangkan susu bercampur jeruk nipis. Maksudnya susu untuk sumber protein dan tenaga, sedangkan jeruk adalah untuk menjaga vitalitas tubuhnya. Demikian pengertiannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lubak Injin dengan berapi-api bercerita tentang dirinya kemarin malam ikut terlibat dalam ngerehang Ida Ratu Ayu di desa anu. HaI ini atas permintaan temannya. Konon ceritanya heboh sekali, sampai-sampai ia sendiri hampir terkena imbas dari orang yang mencoba bermain ilmu hitam dalam acara ngereh tersebut. Namun berkat kekuatan dan kesaktian jimat-jimat yang ia miliki ini, semuanya menjadi berjalan dengan baik dan selamat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia juga bercerita mengenai dirinya yang sudah beberapa hari mengobati banyak orang terkena serangan mejik, semuanya sudah ia sapu bersih alias sudah tak ada lagi leak yang mengganggu. Demikian I Lubak Injin bercerita tanpa memberi kesempatan berkomentar kepada temannya berdua. Lalu I Lubak Injin dengan gagah ke warung membayar susu jeruk nipisnya yang telah ia ceret, lalu hilang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I Sontoloyo berkata <i>“dasar I Krosokan tersebut sing taen nduk. Jeg cara paling sakti gen….”</i>. Kini diceritakan I Gede Lubak Injin perjalanannya menuju pulang. Ia berpapasan dengan Ni Komang Puspitasari Dewi Bulan Kencana yang lebih sering dipanggil Men Buyar yang sedang menggendong cucunya. Men Buyar ketika itu penampilannya sangat <i>“seksi”</i>. Ia hanya memakai sehelai handuk yang menutupi buah dadanya yang sedikit ngelenteng dan peset. Ia sempat menyapa I Gede Lubak Injin. Ia pun menyapa seadanya. Sebab menurut radar niskala I Gede Lubak Injin, konon Men Buyar alias Ni Komang Puspitasari Dewi Bulan Kencana adalah <i>“jelema bisa”</i> (bisa ngeleak).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berpapasan dengan Ni Komang Puspita, I Gede Lubak Injin mengaktifkan radarnya semua, kalau seandainya Men Buyar macam-macam, agar terbakar oleh kekuatan dan kesaktian jimat yang ia miliki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata setelah berlalu keadaan dinilai aman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah sampai di rumah, I Gede Lubak Injin akan mandi sedikit untuk menghilangkan rasa gerah badannya. Sebelum mandi ia merokok sebatang. Namun setelah habis sebatang, ia merasakan ada sesuatu yang tak enak menekan perutnya. Perutnya terasa mules. Semakin ditahan semakin terasa mulesanya, sampai akhirnya ia bergegas menuju ke kamar mandi, dan benar saja, ternyata <i>“lancar”</i> alias <i>“mencret”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Segera ia mengambil obat berupa minyak yang diberi oleh kak balian yang juga gurunya di Gunung Kaja. Di minumnya sesuai dengan anjuran. Reda sejenak, namun sebentarnya lagi mules, lagi ia ke kamar mandi, lagi <i>“lancar”</i>. Diambilnya kemudian semua gegemet yang ia punyai dengan harapan untuk mengurangi pengaruh penyakit ngencit pada dirinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Reda sejenak, I Gede Lubak Injin mulai berpikir, jangan-jangan ini serangan dari Men Buyar yang ia sapa tadi. Ia mulai mengumpat dalam hatinya. <i>“Nah jani sube lawan gegemet wake ne”</i> (ini lawan jimatku sekarang). Ia mulai mengaktifkan jimatnya itu. Namun apa yang terjadi? semakin lama kok semakin terasa mulesnya. Kembali ia menuju kamar kecil, sambil mengumpat kembali. <i>“Sakit gede….. Men Buyar, tunggu pembalasanku”.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah beberapa lama bolak balik ke kamar kecil sambil meminum loloh yang ia buat sendiri sesuai dengan anjuran sang gurunya, lalu datanglah istrinya yang bernama Ni Putu Jegeg Ayu Candra Warashati, alias Men Bro, sebab ia punya anak bernama I Gede Brongot. <i>“Kenapa Beli, seperti ada yang tak beres?”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tolong ambilkan aku minyak yang ada di atas tempat tidur yang berwarna hitam. Perutku mules sekali”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bolak-balik ia masuk ke kamar mandi crit….. keluar sedikit, udah itu setop. Criittt…. Lagi, setop lagi. Demikian seterusnya. Ia sudah memvonis Men Buyar yang menyebabkan ia ngencit seperti ini. Pada malam hari tiba ia membentengi dirinya dengan berbagai macam penolak bala di rumahnya. Dalam situasi kecrat kecrit ngencit I Gede Lubak Injin membangun pertahahan di rumahnya. Ia memasang pandan berduri di rumahnya diisi dengan pis bolong, kesuna jangu, colek pamor tampak dara sekaligus juga duri-duri beserta dengan lengis celeng. Siapa tahu Men Buyar yang dicurigainya itu menggunakan <i>“ilmu dauh tukad”</i>. Ia juga memasang klangsah sedikit di rumahnya sebagai benteng agar kekuatan leak desti tak bisa masuk. Pokoknya kalau urusan niskala, semua celah masuk sudah tertutup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barulah I Gede Lubak Injin merasa aman. Namun pas tengah malam ia mulai merasa tak enak. Ada yang mengungkit-ngungkit perutnya, lalu mules. Kembali ia bolak balik ke kamar mandi malam-malam. Sampai-sampai istrinya mulai berpikir untuk menemui gurunya yang ada jauh di sana. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Besok pagi, dengan berbekal tisu, ia berangkat ke rumah gurunya untuk menanyakan dirinya yang diserang <i>“leak ngencit”</i>. Gurunya memeriksa dan mengatakan bahwa mencret yang tak kunjung sembuh tersebut disebabkan karena ada serangan dari seseorang yang ditemukan di jalan. Orang tersebut tak pakai baju, agak putih, dan baunya asam. Demikian hasil terawang dari gurunya yang dianggap sakti dan dikaguminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar semua itu akhirnya I Gede Lubak Injin sudah memastikan bahwa Men Buyar pelakunya. Sebab tadi ia tak pakai baju, kulitnya memang agak putih, tetapi bau badannya agak asam karena sedikit kumal. Ia kemudian meminta sarana kepada gurunya untuk melawan sekaligus menggempur Men Buyar agar nyeleketek dan ngeseksek (semaput mampus).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah beberapa hari I Gede Lubak Injin tak keluar rumah karena terganggu oleh ngencitnya itu, tiba-tiba datang adik misannya yang bernama I Nyoman Sepan Kedropon dan menyaksikan wajah I Gede Lubak Injin yang layu dudus (pucat pasi). Ada apa kau Bak? Demikian Nyoman Sepan bertanya kepada I Lubak. Maka diceritakanlah awal mula sampai akhir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun mendengar perilaku kakaknya, ia curiga jangan-jangan ini bukan masalah mistik. Ia berpikir <i>bebelogan</i> saja, sebab sekarang gumi sudah maju. Maka ia memutuskan untuk membeli pil obat mencret di warung Dek Gus. Sekali diminum, dalam waktu satu jam, ngencit-nya sudah stop seketika. <i>“Alangkah manjurnya obat yang kau miliki. Darimana kau dapat obat ini. Balian siapa yang memberi. Atau sejak kapan engkau belajar pengobatan menjadi balian?”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jawab Nyoman Sepan Kedropon <i>“Peh sajan jelema otak leak. Sedikit dikit leak. Dikit-dikit balian”</i> Sambil tersenyum I Nyoman Sepan melengkapi jawabannya “Balian yang memberi obat namanya Dek Gus. Ia buka warung di sebelah. Obatnya bernama “pil stopcret” alias pil obat mencret. Harganya seribu rupiah”. Dasar jelema otak leak, pikirannya cuman berisi leak, desti, balian dan gegemet. Nyoman Kedropon kembali menyambung “Obat ini aku beli di warung harganya seribu rupiah. Kau ini ngencit bukan amah leak, kau mencret biasa”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam keadaan demikian datanglah I Wayan Kuat dan I Sontoloyo, menengok temannya yang terserang “leak ngencit” selama seminggu. I Sontoloyo berkata “aku sangat yakin kalau leak yang menyerang kamu itu bernama “leak susu jeruk”. Sepertinya itu yang membuat engkau mencret. Sebab aku dulu pernah minum susu dicampur jeruk nipis, dan langsung mencret. Aku suah sempat tanya ke dokter katanya disebabkan oleh reaksi asam dengan susu. Dan bisa juga akibat gejala lactosa intoleran (perut tak bisa menerima susu) sehingga mencret”. I Sontoloyo lagi menambahkan “Artinya ramalan gurumu bahwa mencretnya akibat orang yang berkulit putih tak berpakaian itu benar. Maksudnya putih tersebut adalah susu dan tak berbaju adalah gelasnya. Sedangkan baunya agak asam adalah jeruk nipisnya. Kau bertemu di jalan itu juga betul, sebab susu yang engkau minum tadi engkau beli tadi di warung”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Waduh benar sekali katamu, cuman aku salah menafsirkan tenung dari guruku. Cuman yang jadi masalah adalah aku udah kadung mesesangi, “kalau mencretku ini sembuh aku akan memberikan guling kepada siapa saja yang dapat menyediakan obat”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya ia menyanggupi sesangi-nya dengan membeli seekor guling dan diberikan kepada sepupunya I Nyoman Sepan Kedropon. Ia membawa guling ke rumahnya dan I Nyoman pun kaget. Dan setelah dijelaskan I Nyoman Kedropon dapat menerimanya. Guling itupun dipakai pesta oleh I Nyoman dan teman-temannya pada malam itu juga. Mereka bergembira karena dengan modal cuman beli obat mencret seribu rupiah, bisa dapat guling seharga lima ratus ribu. Ia kemudian membeli minuman, bir, anggur, dan segala minuman dicampur. Sampai guling itu habis tengah malam. Pesta pun usai, semuanya tertidur pulas kebetekan alias kekenyangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada keesokan harinya, I Kuat, I Nyoman Kedropon, I Made Sontoloyo, dan beberapa temannya secara tak sengaja ketemu di warung Dek Gus. Semua serentak membeli “stop cret” alias obat mencret. “lho kok semua beli obat mencret?” demikian Dek Gus keheranan. Mereka semua berbisik mengatakan dirinya mencret-mencret. Tak sengaja pula mereka bertemu dengan I Gede Lubak Injin yang sudah sehat. Mereka semua segera bubar. Cuman I Lubak bertanya kepada Dek Gus “ada apa gerangan mereka berkumpul pagi-pagi, tidak seperti biasanya?” Dek Gus pun bercerita sejujurnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba saja I Lubak Injin tertawa ngakak….. waa haa haa…. Rupanya gantian. Mereka terserang <i>“leak ngencit”</i>. Leak yang menyerangnya bernama <i>“leak be guling campur bir”</i> haaaaahahahaaaaa……</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://kanduksupatra.blogspot.co.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-91371954454822684572017-06-06T08:12:00.000-07:002017-06-06T08:12:29.094-07:00Jangan Hanya Sebatas Slogan, Inilah Makna Dan Filosofi Amor Ring Acintya<div style="text-align: justify;">
Ungkapan ‘amor ring acintya’, dalam masyarakat bali sekarang, umumnya dirasa hanya sebatas slogan, yang sesungguhnya sangat sarat makna. Jika disertai dengan pemahaman yang baik, siapapun yang mendengar ungkapan tersebut jiwa dan pikirannya pasti tergetar. Dumugi amor ring acintya artinya semoga bersatu dalam kedewataan tertinggi (acintya). Ungkapan ini diucapkan ketika ada seseorang meninggal dunia di bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="508" data-original-width="996" height="326" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7AhPlaTUxpYhQLE8VYcJlIbsIHHvUOx_zbyJ5SB-GkZZ8W6jWVZSprNcghc4IHVXHuMXu4iW1nHhDS04OdGiPReHED4SmMFgaWk3EqN8Hys4imOW8j3cywUdf2rgZy0ajxAA-urGynLw2/s640/amor+ring+acintya.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dumugi berarti semoga. Amor berarti bersatu, menghilang, atau menuju kedalam situasi ‘ketiadaan’ atau ‘tidak tampak’. Acintya berarti ‘tidak tersentuh oleh pikiran’. Dalam konteks filsafat disamakan dengan sūkṣma dan śūnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sastra jawa kuna menyebutkan beberapa baris terkait dengan ungkapan di atas. Berikut kutipan dari naskah kidung dan kakawin jawa kuno:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1). ‘amor ring dewata’ ada dalam kidung harsa-wijaya: ‘saṅ wus amor iṅ dewata; saṅ wus amor iṅ dewa; saṅ wus amor i widi’;</div>
<div style="text-align: justify;">
2). ‘amor ring widhi’ ada dalam kidung sunda disebut ‘saṅ wus amor iṅ widi.’</div>
<div style="text-align: justify;">
3). ‘amor ring śiwātmaka’ ada dalam naskah wangbang wideha,‘agya ni ṅwaṅ amor iṅ śiwātmaka’</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ungkapan tersebut ditujukan kepada para raja, atau orang suci, yang dimaksudkan ‘saṅ wus amor iṅ dewata’ (beliau yang telah kembali ke alam kedewataan’, adalah beliau-beliau yang suci, yang terhormat, ‘memenangkan kehidupan ini’ dan kembali ke alam kedewataan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika ingin kembali ke alam kedewataan, tentunya kita harus punya kualitas kedewataan dulu. Kalau kualitas diri kita hanya kw2 atau kw3 tujuan itu akan semakin jauh. Slogan tinggal slogan. ‘Amor ring acintya’ tidak lain cita-cita kemanusiaan terdalam ajaran siwa, buddha, dan hindu pada umumnya, yang kita kenal sebagai pencapaian ‘moksa’ atau ‘nirvana’.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di bali kita mewarisi lontar-lontar berbahasa jawa kuno yang menjadi panduan dalam meningkatkan kualitas diri kita dari kw2 atau kw3 menuju jiwa yang ‘orisinil’. Lontar-lontar tersebut antara lain: aji kadyatmikan, aji kamoksan, aji putus, dharma sunya, dharma patanjala, wṛhaspatitattwa, dstnya. ‘amor ring acintya’ di dalam lontar-lontar tersebut mempunyai padanannya yaitu: sūkṣma dan śūnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
‘amor ring acintya’ adalah tujuan tertinggi semua naskah-naskah tersebut. Di salah satu naskah tersebut, yaitu wṛhaspatitattwa, disebutkan dalil asal muasal kita harus kita pahami jika kita ingin kembali ke asal muasal kita, alam kedewataan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Logikanya: jika mau sampai tujuan kita harus mengenal jalan. Jika kita mau ke asal muasal kita, bagaimana kita sampai ke asal jika tidak mengerti prinsip asalmuasal kehidupan? Bagaimana tidak mengenal jalan berharap sampai di tujuan? Langkah-langkah dalam lontar-lontar di bali disebutkan: pertama mengenal prinsip tattwa atau prinsip penciptaan dan asal muasal. Kedua mengenal jalan, selanjutnya menempuh jalan, dan dijalani dengan penuh ketulus-ikhlasan ketika menempuh jalan. Disebutkan, setelah tahapan-tahapan itu terjalankan dengan kesempurnaan baru kemungkinan sampai tujuan: amor ring acintya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
‘amor ring acintya’ yang dipopulerkan di masyarakat bali tentu sangatlah penting. Setidaknya, kita kembali berulang kali diingkatkan bahwa muasal kita dan tujuan kita adalah sang hyang acintya, maha hening kedewataan tertinggi. Dengan mendengar istilah itu saat seseorang meninggal, kita disapa, diingatkan lagi, diajak kembali menimbang ‘kedewataan asal muasal kita’, dan ‘kedewataan yang akan menjadi tujuan kita’.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Acintya, sūkṣma dan śūnya, adalah dalil yang terbuka di dalam diri kita, dalam kehidupan kita, dalam kemanusiaan terdalam yang senantiasa menggugah untuk kita masuki dan renungi dengan keheningan mendalam. Celakanya, kita cenderung terlalu banyak berkata-kata untuk menjelaskan ‘yang tak tersentuh pikiran itu’ (acintya).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mohon dikoresi bersama jika ada tulisan/makna yang kurang tepat. </div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga bermanfaat dan selalu berbahagia</div>
<div style="text-align: justify;">
Suksma… </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber:http://jurusapuh.com</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-1641975555356892562017-06-05T12:15:00.000-07:002017-06-05T12:24:41.263-07:00Inilah Kewajiban Suami Kepada Istri Menurut Weda, Nomer Dua Bikin Klepek-klepek<span style="text-align: justify;">Salah satu bagian dari Catur Asrama adalah masa Grahasta, yang sering disebut dengan masa berkeluarga. langkah awal dalam membangun keluarga adalah kawin. </span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="614" data-original-width="1200" height="326" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-JjSTl1ocBP_XHWOC6qyf5ZIYXQTAsZjDx5YYgIGtxhHcrHI8k1uWazrcUd6aRUL9l5RSK4XI_LYIwovrZ0wDKeRCiQZn0aQ98KlBZLujYz9Veg9mTE1yYMRnC7USCwitpDBusMtjhqsn/s640/suami.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Ilustrasi</i></div>
<br />
Selain sebagai ikatan/jalinan pengabdian yang tulus ikhlas antara seorang ayah kepada ibu dan anak, dalam keluarga juga terdapat kewajiban atau swadarma untuk melakukan panca yadna (Weda Smrti III 67.71), itu lima pengabdian yang ikhlas, suci, nirmala antara lain:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Kepada Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya (dewa yadnya)</li>
<li>Kepada orang suci (Rsi Yadnya)</li>
<li>Kepada orang tua, leluhur/guru rupaka (Pitra Yadna).</li>
<li>Kepada sesama manusia (Manusa Yadnya).</li>
<li>Kepada Alam semesta (Bhuta yadnya).</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Selain kewajiban panca yadnya tersebut diatas, setiap unsur dalam keluarga Hindu memiliki kewajiban masing-masing antara lain:</div>
<span style="text-align: justify;"><br /></span>
<span style="text-align: justify;"><b>Kewajiban Suami.</b></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Mameyam astu posyaa, mahyam tvaadaad brhaspatih, mayaa patyaa prajaavati, sam jiiva saradah satam </b></i>(Atharvaveda XIV.1.52)</div>
</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
“Engkau
istriku, yang dianugrahkan Hyang Widhi kepadaku, aku akan mendukung dan
melindungimu. Semoga engkau hidup berbahagia bersamaku dan anak
keturunan kita sepanjang masa”.</div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Suami
hendaknya berusaha tanpa henti untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemakmuran bagi keluarganya, menafkahi istri secara lahir dan batin,
merencanakan jumlah keluarga, menjadi pelindung keluarga dan figur yang
dihormati dan ditauladani oleh istri dan anak-anaknya.</div>
<blockquote class="tr_bq">
“Wahai mempelai laki-laki, lakukanlah yadnya(pengorbanan suci) yang akan mengantarkan keluargamu mencapai kebahagiaan dan perkawinan yang penuh rahmat. Senantiasa berbaktilah kepada Hyang Widhi, berikanlah kegembiraan kepada semua makhluk.” (Yajur Weda VIII,4)</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Kitab Sarasamuccaya 242 disebutkan kewajiban suami antara lain:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><b>Sarirakrt</b> artinya, mengupayakan kesehatan jasmani anak-anaknya.</li>
<li><b>Prana data</b>, membangun jiwa anak-anaknya.</li>
<li><b>Anna data</b>, artinya: memberikan makan.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Grhya Sutha, seorang suami mempunyai 2 (dua) kewajiban antara lain:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Memberikan perlindungan pada istri dan anak (<b>patti</b>).</li>
<li><b>Bhastri</b>, artinya seorang suami berkewajiban menjamin kesejahteraan istri dan anak-anaknya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dalam <b>Nitisastra VIII sloka 3</b> ada 5 (lima) kewajiban seorang suami yang disebut panca vida, antara lain:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><b>Matuluning urip rikalaning baya</b> artinya: menyelamatkan keluarga pada saat bahaya.</li>
<li><b>Nitya maweh bhinoajana</b> artinya: selalu mengusahakan makanan yang sehat.</li>
<li><b>Mangupadyaya</b> artinya: memberikan ilmu pengetahuan kepada anak-anaknya.</li>
<li><b>Sira sang angaskara kita </b>artinya: yang menyucikan diri kita </li>
<li><b>Sang ametwaken</b> artinya: suami sebagai penyebab kelahiran bagi anak-anaknya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Didalam Weda Smrti IX.3 disebutkan:</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Pitaraksati kaumare, bharta raksati yauwane, raksanti sthavire putra na, srti swatantryam arhati</b></i></blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
Selagi masih kecil seorang ayahlah yang melindungi, dan setelah dewasa suaminyalah yang melindunginya dan setelah ia tua putranyalah yang melindungi, wanita tidak pernah layak bebas (harus selalu dilindungi).</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Kewajiban suami dalam Weda Smrti IX: 2,3,9,11 dapat diuraikan sebagai berikut:</b></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Wajib melindungi istri dan anak-anaknya serta memperlakukan istri dengan wajar dan hormat. Wajib memelihara kesucian hubungannya dengan saling mempercayai sehingga terjamin kerukunan dan keharmonisan rumah tangga.</li>
<li>Suami wajib menggauli istrinya dan mengusahakan agar antara mereka sama-sama menjamin kesucian keturunannya serta menjauhkan diri dari hal-hal yang mengakibatkan perceraian.</li>
<li>Suami hendaknya menyerahkan harta kekayaan dan menugaskan istrinya untuk mengurus artha rumah tangga, urusan dapur, yadnya serta ekonomi keluarga.</li>
<li>Bila harus dinas keluar daerah, suami berusaha menjamin istrinya untuk memberikan nafkah.</li>
<li>Suami hendaknya selalu merasa puas dan bahagia bersama istrinya karena akan terpelihara kelangsungannya.</li>
<li>Suami wajib menjalankan dharma grhastin, dharma keluarga (kula dharma), dhama dalam bermasyarakat (vansa dharma).</li>
<li>Suami berkewajiban melaksanakan sraddha, pitrapuja (pemujaan kepada luluhur) memelihara cucunya serta melaksanakan panca yadnya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kewajiban Suami menurut Manawa Dharmasastra </b><br />
<b><br /></b>
<b>1. </b><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Aninditaih Stri Wiwahair</b></i><br />
<i><b>Anindya Bhawati Praja</b></i><br />
<i><b>Ninditairnindita Nrrnam</b></i><br />
<i><b>Tasmannindyan Wiwarjayet</b></i> (Manawa Dharmasastra III.42)</blockquote>
Dari perkawinan terpuji akan lahirlah putra-putri yang terpuji; dan dari perkawinan tercela lahir keturunan tercela; karena itu hendaklah dihindari bentuk-bentuk perkawinan tercela.<br />
<br />
<b>2.</b><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Rtu Kalabhigamisyat</b></i><br />
<i><b>Swadaraniratah Sada</b></i><br />
<i><b>Parwawarjam Wrajeccainam</b></i><br />
<i><b>Tad Wrato Rati Kamyaya</b></i> (Manawa Dharmasastra III.45)</blockquote>
Hendaknya suami menggauli istrinya dalam waktu-waktu tertentu dan selalu merasa puas dengan istrinya seorang, ia juga boleh dengan maksud menyenangkan hati istrinya mendekatinya untuk mengadakan hubungan badan pada hari apa saja kecuali hari Parwani.<br />
<i><b><br /></b></i>
<i><b>3.</b></i><br />
<blockquote>
<i><b>Pitrbhir Bhratrbhis</b></i><br />
<i><b>Caitah Patibhir Dewaraistatha</b></i><br />
<i><b>Pujya Bhusayita Wyasca</b></i><br />
<i><b>Bahu Kalyanmipsubhih </b></i> (Manawa Dharmasastra III.55)</blockquote>
Wanita harus dihormati dan disayangi oleh ayah-ibu dan mertuanya, kakak-kaknya, adik-adiknya, suami dan ipar-iparnya yang menghendaki kesejahteraan sendiri.<br />
<br />
<b>4.</b><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Yatra Naryastu Pujyante</b></i><br />
<i><b>Ramante Tatra Dewatah</b></i><br />
<i><b>Yatraitastu Na Pujyante</b></i><br />
<i><b>Sarwastatraphalah Kriyah</b></i> (Manawa Dharmasastra III.56)</blockquote>
Di mana wanita dihormati disanalah para Dewa-Dewa merasa senang, tetapi dimana mereka tidak dihormati tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala.<br />
<i><b><br /></b></i>
<b>5.</b><br />
<blockquote>
<i><b>Socanti Jamayo Yatra</b></i><br />
<i><b>Winasyatyacu Tatkulam</b></i><br />
<i><b>Na Socanti Tu Yatraita</b></i><br />
<i><b>Wardhate Taddhi Sarwada</b></i> (Manawa Dharmasastra III.57)</blockquote>
Di mana warga wanitanya hidup dalam kesedihan, keluarga itu cepat akan hancur, tetapi dimana wanita itu tidak menderita, keluarga itu akan selalu bahagia.<br />
<i><b><br /></b></i>
<b>6.<i> </i></b><br />
<blockquote>
<i><b>Jamayo Yani Gehani</b></i><br />
<i><b>Capantya Patri Pujitah</b></i><br />
<i><b>Tani Krtyahatanewa</b></i><br />
<i><b>Winasyanti Samantatah</b></i> (Manawa Dharmasastra III.58)</blockquote>
Rumah di mana wanitanya tidak dihormati sewajarnya mengucapkan kata-kata kutukan, keluarga itu akan hancur seluruhnya seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan gaib.<br />
<br />
<b>7.</b><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Tasmadetah Sada Pujya</b></i><br />
<i><b>Bhusanaccha Dana Sanaih</b></i><br />
<i><b>Bhuti Kamairnarair Nityam</b></i><br />
<i><b>Satkaresutsa Wesu Ca </b></i>(Manawa Dharmasastra III.59)</blockquote>
Oleh karena itu orang yang ingin sejahtera harus selalu menghormati wanita pada hari-hari raya dengan memberi hadiah perhiasan, pakaian dan makanan.<br />
<br />
<b>8.</b><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Samtusto Bharyaya Bharta</b></i><br />
<i><b>Bhartra Tathaiwa Ca</b></i><br />
<i><b>Yasminnewa Kule Nityam</b></i><br />
<i><b>Kalyanam Tatra Wai Dhruwam</b></i> (Manawa Dharmasastra III.60)</blockquote>
Pada keluarga dimana suami berbahagia dengan istrinya dan demikian pula sang istri terhadap suaminya, kebahagiaan pasti akan kekal.<br />
<i>Sang alaki rabi sane saling asih kawiyaktian nyane sampun ngemanggihin kerahayuan</i><br />
<br />
<b>9.</b><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Yadi Hi Stri Na Roceta</b></i><br />
<i><b>Pumamsam Na Pramodayet</b></i><br />
<i><b>Apramodat Punah Pumsah</b></i><br />
<i><b>Prajanam Na Prawartate</b></i> (Manawa Dharmasastra III.61)</blockquote>
Kalau istri tidak mempunyai wajah berseri, ia tidak akan menarik suaminya, tetapi jika sang istri tidak tertarik pada suaminya tidak akan ada anak yang lahir.<br />
<i>Yening stri tan setata nyemita, tan kengin sang meraga lanang sih asih ring stri, taler yening stri sekadi inucap, punika sane ngawinang sang alaki rabi tan presida ngawentenang sentana</i><br />
<br />
<b>10.</b><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Striya Tu Rocamanayam</b></i><br />
<i><b>Sarwam Tadrocate Kulam</b></i><br />
<i><b>Tasyam Twarocamanayam</b></i><br />
<i><b>Sarwamewa Na Rocate </b></i>(Manawa Dharmasastra III.62)</blockquote>
Jika sang istri selalu berwajah berseri-seri seluruh rumah akan kelihatan bercahaya, tetapi jika ia tidak berwajah demikian semuanya akan kelihatan suram.<br />
<br />
<b>11.</b><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Kuwiwahaih Kriya Lopair</b></i><br />
<i><b>Wedanadhyayanena Ca</b></i><br />
<i><b>Kulanya Kulam Tamyanti</b></i><br />
<i><b>Brahmanati Kramena Ca</b></i> (Manawa Dharmasastra III.63)</blockquote>
Dengan perkawinan secara rendah yaitu dengan mengabaikan upacara pemujaan, dengan mengabaikan pelajaran Weda dan dengan tingkah laku yang tidak hormat kepada Sulinggih, keluarga-keluarga besarpun akan berantakan.<br />
<br />
<b>12.</b><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Mantratastu Samrddhani</b></i><br />
<i><b>Kulanyalpa Dhananyapi</b></i><br />
<i><b>Kulasamkhyam Ca Gachanti</b></i><br />
<i><b>Karsanti Ca Mahadyacah </b></i>(Manawa Dharmasastra III.66)</blockquote>
Tetapi keluarga-keluarga yang kaya dalam pengetahuan Weda walaupun mempunyai kekayaan sedikit mereka dapat dimasukkan dalam golongan keluarga yang mulia serta mendapatkan kemakmuran.<br />
<br />
<b>13.</b><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Swadhyaye Nityayuktah</b></i><br />
<i><b>Syaddaiwe Caiweha Karmani</b></i><br />
<i><b>Daiwakarmani Yukto Hi</b></i><br />
<i><b>Bibhartimdam Caracaram</b></i> (Manawa Dharmasastra III.75)</blockquote>
Hendaknya setiap orang yang menjadi kepala rumah tangga setiap harinya menghaturkan mantra-mantra suci Weda (Puja Trisandya) dan juga melakukan upacara pada para Dewa karena ia yang rajin dalam melakukan upacara yadnya pada hakekatnya membantu kehidupan ciptaan Hyang Widhi yang bergerak (mahluk hidup) maupun yang tidak bergerak (alam semesta).<br />
<br />
Demikian sekilas tentang Kewajiban Suami - Grahasta Asrama, semoga bermanfaat.<br />
<br />
<br />
Sumber: http://cakepane.blogspot.co.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-20510490008355922062017-06-04T07:11:00.002-07:002017-06-04T07:11:20.452-07:00Kisah Unik Pemilahan Pemangku Dan Derita Menjadi Pemangku<div style="text-align: justify;">
<b>I. PEMILIHAN PEMANGKU YANG BIKIN GUNDAH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tulisan berseri Jro Mangku Menggugat ini mencoba mengangkat realitas praktek keagamaan di Bali. Terutama bagaimana dilema seorang Pemangku yang dituntut sebagaimana fungsinya dan dipihak lain harus berpijak pada realitas kehidupan sehari-hari. Demikian juga kebingungan seorang Pemangku tentang apa yang dipraktekkannya, dianjurkannya kepada orang lain yang banyak tidak diketahui tujuan dan maksudnya. Marilah kita mempertanyakan kebingungan kita sehingga pikiran kita bekerja mencari jawaban dari pertanyaan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-pBwn9U8DpuxgAqL2bzlPAlyZiN1pBccPdTZgsVBWkXaTfqrYnXvG7CrhTpAaic7Xwf_Yy0Os0Rx31bZPF1h4TJSxnJLDnST6oXQ8XEGELyyaZQ_I0ykbBwxvC7CWIf8rXo9J7g8wVcBB/s640/jero+mangku.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Ilustrasi</i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tiba hari yang ditunggu-tunggu semua karma adat Desa Adat Nyidangsari (bukan nama sesungguhnya). Suatu hari penting dari keseluruhan rangkaian perjuangan untuk mewujudkan satu identitas yang disebut Desa Adat. Sebelumnya jumlah masyarakat yang kini membentuk suatu kedaulatan adat baru dengan nama Desa Adat Nyidangsari bergabung dengan Desa Adat Dadisari. Akibat jumlah anggota Desa Adat terlalu banyak dan kampong mereka agak jauh letaknya dengan khayangan tiga sebagai pilar Desa Adat, maka sekitar seratus Kepala Keluarga mendeklarasikan Desa Adat baru yang terpisah dengan induk lama. Resikonya sudah jelas, mereka harus membangung Khayangan Tiga baru, beli gambelan gong baru, membuat awig-awig baru dan tidak lupa memilih pemangku pura yang baru. Karena Desa Adat baru, warga Nyidangsari mengambil langkah bertahap, yaitu Khayangan Tiga dibangun sederhana saja dulu dan gamelan gong pengadaannya ditunda juga. Namun hari ini adalah hari pemelaspasan Pura Dalem bersamaan dengan diadakannya pemilihan Pemangku Pura Dalem.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah biasa, untuk urusan begini orang Bali akan berkelit, jika ditunjuk secara personal atau system pilih meilih agalagi dengan system tunjuk. Orang yang ditunjuk dicalonkan sebagai pemangku – meski punya potensi kemampuan untuk itu – akan berkelit dengan alasan macam-macam. Ada yang beralasan mengaku sing nawan sastra (tidak tahu sastra), sing bisa ngerangsukang, sibuk, sing ada pewisik, takut kepongoran yen ten kesenengin ring Ida Bhatara. Itulah sebagian alasan yang muncul, mengapa akhirnya Krama Desa Adat Nyidangsari menempuh jalan terobosan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimanapun Pemangku Pura harus ada, maka mereka bersepakat untuk melakukan upacara Nuwur. Nuwur Pemangku adalah prosesi penunjukan Pemangku yang dilakukan oleh Balian Taksu, dimana Balian Taksu tersebut akan mengundang wangsit-ilham gaib Ida Bhatara untuk menunjuk Pemangku Pura. Nah, menegangkan bukan ? sebab, siapa pun berpeluang mendapat mandat dan siapa pun nanti terpilih tidak boleh menolak, entah yang bersangkutan sibuk sebagai pegawai Negeri, anak sekolahan, Guide atau profesi lainnya. Tapi yang jelas tidak bisa ditampik atau harus diterima. Itulah keputusan rapat yang telah disepakati dan berkekuatan hukum tetap (menurut awig-awig).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah pukul 08.00 Wita pagi. Nang Kocong tampak kerepotan mengurus lima ekor ayam jago peliharaannya yang termanjakan dalam kurungan bamboo. Nang Kocong menjemurnya dihalaman rumah sembari memberi serbuk jagung giling. Belum juga sempat mandi sekembali dari ladang mengurus dua ekor ternak sapinya. Karena ayam jagonya sudah unjuk rasa. Kini belum apa-apa, kulkul sudah berbunyi pertanda karma banjar siap ngayah ke Pura Dalem. Nang Kocong tidak begitu hirau dengan momen ini, baginya hadir pada acara Nuwur semata-mata menghindari kesepekang (kutang banjar) kelak. Soal siapa jadi pemangku, no problem. Dalam bayangannya sudah meloncat tiga hari mendatang dimana akan diadakan tajen besar di Pura Dalem. Sebagai rangkaian perlengkapan ritual (begitu alasan kuat yang sejak dulu dimanfaatkan dengan baik oleh para penjudi biar tidak diberangus aparat). Ini baru membuatnya gairah membara, yaitu festival local warisan leluhur yang patut dilestarikan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan tergesa-gesa sarapan seadanya Nang Kocong pun bergegas menuju Pura Dalem. Ternyata Krama Adat sudah ramai dan Ida Pedanda stanbay di Jeroan, sedangkan Jro Balian Taksu juga tampak sudah tiba. Nang Kocong melongok dari luar mendongakkan kepalanya diatas tembok pura ingin melihat wajah-wajah orang hebat yang memimpin upacara. Harum wangi dupa pemujaan menebar kemana-mana diiringi gamelan gong mededale yang diupah dari desa tetangga mengiringi prosesi pemelaspasan agung Pura Dalem. Bagi Nang Kocong semuanya terkesan meriah. Wah mewah. Mengapa ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mewah karena ada bebangkit babi guling dan krama adat juga khusus menyembelih babi untuk persediaan konsumsi bagi pengayah. Selain kemeriahan dan kemewahan itu Nang Kocong tidak komentar “maaf tiang awam, tiang awam masalah ini,” ujarnya berkali-kali ketika temannya mengajaknya bercakap-cakap seputar ritual yang berlangsung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah tiga jam berlangsung upacara pemelaspas usai. Ida Pedanda pemimpin puja berkenan mengaso/istirahat karena oleh panitia, acara dilanjutkan dengan acara memilih pemangku alias Nuwur. Nah acara ini sungguh membikin jantung Krama Adat deg-degan. Baik yang ambisi jadi Pemangku maupun yang malahan takut kena tunjuk sama-sama cemas. Yang berambisi cemas tidak mendapat penunjukan secara gaib, sedangkan yang menghindari tugas ini khawatir kalau carang dapdap yang dipegang Jro Balian Taksu mengepluk kepalanya. Lantas bagaimana lagi menghindar ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Krama Desa Adat Nyidangsari duduk rapi dijaba pura. Yang laki bersila dan kaum perempuan bersimpuh. Atur piuning di pelinggih Ida Bhatara Dalem sudah dilansungkan memohon petunjuk sidi suci. Sementara di jaba pura telah disediakan panggung banten perlengkapan. Seke gong kembali menabuh gambelan mengiringi khusuk ritual Jro Balian mesesontreng rafal mantra. Sambil menari melambai-lambaikan carang pohon dapdap ditangan kanan. Jro Balian mulai mengitari Krama Desa Adat. Rupa-rupanya sudah kelinggihan Ida Bhatara. Matanya terpejam, tangan kiri memegang api pasepan. Wah hebat tidak tabrakan atau menabrak orang meski mata terpejam. Nang Kocong terkagum dalam hati sambil menikmati adegan langka yang menurutnya mirip ketrampilan seorang akrobator.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah berkeliling kesana-kemari, akhirnya Jro Balian Taksu melintas juga dekat tempat duduk Nang Kocong, Menakjubkan, tanpa diduga Nang Kocong mendapat keplukan istimewa di kepalanya dari Jro Balian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sontak seluruh mata tertuju pada dirinya. Ada warga terperanggah, masak Nang Kocong yang tidak peduli dengan aktivitas keagamaan malahan lebih hobi metajen dan prilaku sehari-harinya yah…..biasa-biasa saja seperti orang kebanyakan yang bergumul banyak noda, tiba-tiba didaulat secara gaib jadi Pemangku Dalem. Ada yang kecewa, tetapi banyak juga yang diam mengamati dan melihat dengan tenang kejadian selanjutnya. Jro Balian lantas bersabda (sabda dari taksu yang merangsuki dirinya).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hai Nang Kocong, cening sane katuduh madeg Pemangku di Parahyangan Dalem” Nang Kocong tiba-tiba menggigil, gugup, kaget super luar biasa, sebab dia tidak mempersiapkan angan-angannya sebelumnya, akan mengalami hal ini. Ia menduga sebelumnya, pastilah yang akan ditunjuk Wayang Dul yang Sarjana Agama Hindu atau Pan Nyak yang gemar koleksi lontar, gemar juga mekidung, juga hobi nutur setiap obrolan sambil ngelilit sate di rumah orang melakukan upacara yadnya. Kalau tidak keduanya, pastilah bukan dirinya ditunjuk, sebab Nang Kocong tahu diri merasa tidak berpotensi tidak memiliki tingkat rohani lebih. Eh kok kini dirinya merasa diplonco habis-habisan hingga pucat pasi wajahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jro Balian Taksu berujar lagi “ Kengken Nang Kocong, dadi meneng tan kita?” Beberapa pengabih atau pembantu Ida Pedanda yang terdiri dari pemangku yang sengaja diundang untuk memperlancar ritual ini segera menghampiri Nang Kocong. “Matur-matur nae Nang Kocong, orahang tiang ngiring,” membisiki Nang Kocong yang seperti bego overdosis ectasy. Keringat dingin meleleh, membasahi sekujur tubuh lelaki berusia 50-an tahun ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan terbata-bata keluar juga kata-kata dari bibirnya. “Nawegang tiang titiang ten nawang sastra, tiang belog, tiang demen metajen, tiang demen memitra (yang ini diucapkan dalam hatinya saja), tiang tan bani tulah….” Intinya Nang Kocong menolak dan merasa rikuh menerima mandat luhur ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Plak, sebuah pukulan, carang dapdap mendera sekali lagi kepalanya. Jro Balian berujar : “tahukah engkau, dirimu ditunjuk supaya engkau bertobat dari semua perbuatan sia-sia mu. Sekarang memang cening bodoh tidak hirau ajaran Ketuhanan, namun pada kelahiran sebelumnya cening adalah orang terpelajar dan pemuja setia dari Dewa Siwa. Tidak ada alasan bagi cening berkelit apalagi dengan alasan macam-macam”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ampunkan hamba ratu bhatara, tiang hidup di hari mangkin, di jaman ini pada kelahiran ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mustahil bagi tiang menggunakan kepintaran pada kelahiran dahulu untuk hidup pada kelahiran sekarang. Saya tidak mengerti karma, yang tiang mengerti adalah seorang petani plus penjudi kecil-kecilan. Tiang tidak sanggup kembali pada kelahiran masa lalu, tetapi hidup masa kini. Takdir tiang sebagai petani dan tiang senang melakoninya, tiang suka bekerja keras bukan membaca lontar, ampun-ampun”. Sungguh sebuah pengakuan yang diucapkan sangat polos.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa prajuru desa menghampiri Nang Kocong sambil berbisik di telinganya “kengken mekeneh nolak dadi mangku nih, dot kutang banjar?” Nang Kocong terkesiap, kepalanya yang sedari tadi menunduk kini tengadah dan entah dari mana datangnya energy itu lantas dia berujar : “Inggih tiang ngiring ratu !”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ancaman kutang banjar bukan main ganasnya, mau kemana lagi dirinya nanti kalau rencana itu direalisasikan. Belum Nang Kocong menjual dua ekor sapi untuk urunan bangunan pura, kalau harus dipecat apa ada banjar lain yang mau menerimanya. Dengan menahan sejumput rasa pongah, mandat luhur ini diterimanya, meski sejumlah unek-unek kekagetan, shock dan sebagainya masih menyesak dadanya. Apa boleh buat sudah keputusan gaib, keputusan Ida Bhatara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya Nang Kocong bersama istrinya Men Kocong di Dwijati sebagai Pemangku Pura Dalem oleh Ida Pedanda. Sekarang mereka bergelar Jro Mangku Lanang dan jro Mangku Istri Parahyangan Dalem. Upacara yang menelan waktu panjang hingga lewat tengah hari membuat Nang Kocong resah. Teringat sapinya yang belum minum siang dan rumputnya pasti sudah habis. “hari ini aku menyiksa ternakku”, pikirnya. Apalagi sebagai sang tapa yang baru di-dwijati tidak boleh pulang selama tiga hari, karena harus merenungkan diri di pura siang malam. Celingak-celinguk ia memanggil anaknya yang masih SMU untuk memperhatikan sapinya dan beberapa ekor ayam jagonya. Siapa menduga akan memperoleh jabatan dan status baru. Selama tiga hari melakukan tapa di pura, selama itu ia bingung. Bagaimanakah hari-hari selanjutnya. Belajar memantra, ngaturang banten, ngaturang caru, aduh pusiiiiing……………..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>II. MANGKU BARU YANG MULAI GUGUP</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SEBAGAI PEMANGKU BARU, Nang Kocong menyadari dirinya sarat beban. Tapi bagaimana pun dirinya telah resmi menjadi panglima dari upacara-upacara di Pura sekaligus menjadi simbul seorang bakta, damuh Ida Bhatara yang bakti. Atas sokongan dan motivasi dari seluruh warga mulailah ia belajar sesana kepemangkuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berhubung ia masih bertanggungjawab sebagai kepala rumah tangga dengan segala urusannya, jelas mangku Kocong tidak banyak punya waktu untuk konsentrasi belajar. Siang hari sejumlah jadwal berderet, mulai ke sawah, memelihara ternak, sekali-kali bekerja sebagai buruh bangunan harus ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi ia tidak belajar secara formal kepada seorang Nabe Pandita, melainkan bertanya kesana kemari kepada para pemangku yang lebih senior.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namanya juga orang awam, apa yang harus ditanyakan dan tema apa yang lebih penting untuk dipelajari terlebih dahulu ia juga tidak paham. Belajar dari melihat kebiasaan pemangku sehari-hari, maka Mangku Kocong pun mulai belajar tentang urutan-urutan ngaturang banten piodalan beserta mantranya. Wajar juga hal itu dijadikannya menu utama belajar, sebab dalam piodalan enam bulan mendatang warga berharap Mangku Kocong sudah bisa mandiri memimpin upacara ritual, bakan lagi didampingi rohaniawan lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sebagai pemangku kita hendaknya bersih dan suci lahir batin”, ungkap seorang pemangku senior, tempat Mangku Kocong bertanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bagaimana caranya ?”, Tanya Mangku Kocong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pertama Mangku Kocong harus memiliki kebiasaan bersih di badan, termasuk pakaian yang bersih, juga rambut dipelihara dan dirawat. Setelah itu, mulailah berdisiplin sembahyang (mebakti) secara teratur supaya pikiran terjaga kesuciannya. Kata-kata dan juga perbuatan juga dijaga supaya tidak ngelantur”, saran Mangku yang lebih senior.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pang kuda tiang patutne mebakti, apa sebilang purnama-tilem?” Tanya Mangku Kocong sedikit rewel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooo…tidak, semakin sering mebakti semakin baik asal Mangku Kocong tidak lupa mengerjakan kewajiban sehari-hari. Mebakti artinya eling kepada Ida Sanghyang Widhi, jadi semakin sering sembahyang tambah semakin ingat khan bagus”, imbuhnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mangku Kocong manggut-manggut, tak jelas apa mengerti atau bingung. Buru-buru ia bertanya tata cara ngilenang banten pengodalan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seniornya menjelaskan panjang lebar dan untuk mantra dan sebagainya Mangku Kocong dipinjami sebuah buku mantra panca sembah dan mantra pengodalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari-hari berikutnya Mangku Kocong sibuk belajar menghapal mantra. Malam hari belajar memantra, siang sambil nyabit rumput juga komat-kamit menghafal mantra Tri Sandhya dan mantra lainnya. Penat juga ia rasakan kepalanya, tumben-tumbennya otaknya dipaksa kerja ekstra. Untuk menghilangkan stress-nya, lantas sore-sore Mangku Kocong iseng nimbrung di warung kopi sambil meceki menghibur diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampunapi Jro Mangku suba nyak hafal mantrane ? Tanya warga lain sambil menggenggam kartu cekian mengitari meja. Cengar cengir temannya yang bertanya itu karena tiada lain adalah kawannya yang dulu biasa mengajak pergi metajen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“De ngejek, sirah tiang hamper puyeng belajar memantra”, jawab Mangku Kocong terkekeh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan terlalu diporsir, bertahap dulu. Nanti kalau belum hafal khan bisa bawa cakepan (buku). Lama-lama akan lancar juga, makin sering dipraktekkan kan makin mahir”, sahut yang lainnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mangku Kocong mangut-mangut. Pemangku senior juga bilang semakin sering semakin baik. Ayam jagonya juga dulu bila semakin sering dilatih duel hasilnya semakin lincah, gesit dan tangguh. Ternyata itu maknanya makin sering jadi baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah beberapa bulan berlalu, tibalah hari piodalan di Pura Dalem. Mangku Kocong sudah hadir di Pura, jelas dengan atribut kepemangkuan, udeng maprucut putih dan pakaian serba putih lengkap dengan gandek berisi genta, salinan mantra dan perlengkapan lain. Tampil pertama sebagai pemangku dalam dinas resmi, jelas Mangku Kocong gugup dan kikuk. Namun begitu upacara berjalan tahap demi tahap berjalan lancar, berkat bantuan kaum perempuan yang sudah biasa ngilenang banten sebagai pendamping pemangku sebelumnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya sampailah pada acara persembahyangan bersama. Krama Desa masuk ke dalam pura, sehingga jadi penuh sesak. Mangku Kocong yang sedari tadi dengan senang dan lancar menjalankan tugas kepemangkuannya mulai gugup. Maklum banyak pasang mata menonton aksi perdananya, termasuk urusan tetek bengek bagaimana Mangku Kocong memegang dan nguyeng genta diperhatikan seksama oleh warga. Wajah Mangku kocong memerah, tangannya mulai gemetaran dan semua mantra yang dipelajarinya terbang entah kemana, lenyap dari ingatan. Mangku Kocong mulai dengan ngastawa puja. Genta berdenting, matanya terpejam dan hanya mulut komat-kamit. Entah bagaimana ceritanya pada satu penggalan mantra Genta Mangku Kocong lepas dari genggaman dan sungguh aneh, lucu, mustahil dan ajaib. Gentanya terlempar ke depan dan tentu saja mengenai warga yang duduk hening.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pelipis Wayan Gedeh tertimpa Genta, dan karuan saja semua warga berderai tawa, terpingkal-pingkal. Sekaa kidung wargasari yang dari tadi melantunkan kidung dengan indahnya mendadak buyar sampai ada berbangkis-bangkis menahan tawa. Namun disudut lain beberapa orang berbisik, “lihat tuh Mangku Kocong mulai menampakkan taksu”. Bukankah Wayan Gedeh sebagai Ketua Panitia Pembangunan Pura diisukan korupsi, rupanya ini wangsit Ida Bhatara. Wah luar biasa”, decak kagum beberapa orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara dibagian baris depan orang mengembalikan Genta Sakti Mangku Kocong, wajah Mangku Kocong yang sejak tadi memerah kini mulai membiru saking gugupnya. Buru-buru Mangku Kocong mengomando untuk melakukan Puja Tri Sandya bersama. Suasana mulai teredam dari tawa, sehingga Gayatri Mantram mulai dilantunkan dengan khitmat. Bait demi bait mantra Tri Sandya mengalun hening. Suara Mangku Kocong begitu keren terdengar di pengeras suara, tidak kalah dengan nada suara Puja Tri Sandya di televise dengan suara ngebas. Sayangnya menjelang menginjak mantra bait kelima, Mangku Kocong mendadak lupa. Yang terdengar dipengeras suara adalah Om… Om…. Om…. Dan dengan tiada dinyana Mangku Kocong berucap pada sutra istri : “Luh benahin bantene to nagih ulung uli pelinggihe”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya tidak ada banten mau jatuh, itu sekedar akal-akalan saja, sehingga Mangku Kocong melewati mantra bait kelima yang dilupakannya itu dan langsung tancap bait keenam. Om Ksantawyah Kayiko dosa………. Beberapa anak sekolah dan warga yang hafal mantra Tri Sandya jadi buka mata, toleh kanan, toleh kiri kepada temannya lantas tertawa cekikikan dengan tertahan. “Ken-ken ne?” bisik seorang warga. Yang duduk disampingnya juga nyahut berisik, “Kangguang Mangku anyar, harap maklum”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selesai melaksanakan puja Tri Sandya Mangku Kocong memimpin persembahyangan kramaning sembah. Syukur kali ini tidak ada insiden. Usai melaksanakan Panca Sembah, Mangku Kocong memerintahkan para Sutri untuk menyiratkan tirta suci anugrah Ida Bhatara. Seperti biasa sebelum disiratkan kepada umat, tirta disiratkan dulu kepada pelinggih (atas) dan ke bawah. Seorang Sutri baru, bertanya kepada Mangku Kocong. “Jro Mangku berapa kali tiang harus siratkan ke atas dan kebawah ?” Mangku Kocong terkesiap, karena aturan itu tidak pernah ia tanyakan kepada para senior dan juga tidak menanyakan apa maksudnya menyiratkan tirta ke pelinggih Atas dan ke bawah dengan hitungan tertentu. Mangku Kocong lama terdiam, kemudian diingat-ingatnya pesan senior tempatnya belajar bahwa semakin banyak sembahyang makin baik asal tidak melupakan kewajiban sehari-hari. Temannya juga pernah menasehatinya dalam belajar mantra, bahwa semakin sering dipraktekkan semakin baik hasilnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mangku Kocong berkesimpulan bahwa semakin banyak atau sering semakin baik. Segeralah ia berujar kepada Sutri,”Ketisang beduur pang satus pelekutus (108) dan beten ping telung dasa telu (33)”, perintahnya. Mangku Kocong terinspirasi jumlah itu oleh 108 (mantra). Ibunya dulu saat natabang banten otonan. Matuptupan buka satus pelekutus. Sedang jumlah 33 kali ke bawah, ya… itung-itung olah raga. Serba salah para Sutri menolak atau protes takut, soalnya Jro Mangku Kocong sedang melinggih (melakukan otoritas kepemangkuan). Ya.. terpaksa menuruti aturan aneh ini dengan senyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>III. MENGIMING-IMINGI IDA BHATARA, JUKUT ARES UENAAK</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tuntas dan bubarlah persembahyangan yang dipimpin Jro Mangku Kocong dengan sedikit kejutan. Beberapa ibu-ibu mengambil banten aturannya untuk dibawa pulang dan canangnya dihaturkan di kemulan. Hanya gebogan dan benten gede yang masih di pura menunggu piodalan lebar. Ada apa selanjutnya ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendadak seorang ibu rebut di jaba pura ibarat orang kecopetan di pasar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aduh uang saya seratus ribu yang dipakai aturan (persembahyangan) lenyap dari tempatnya”, ratapnya berulang kali. Sekedar ilustrasi, ibu-ibu membawa aturan dalam sokasi (sejenis keranjang anyaman bamboo berbentuk kotak) berisi canang, jajan apem, bantal, apel merah ditengahnya ayam panggang. Nah, uang seratus ribu ditancapkan ditengah-tengah banten terjepit belahan bamboo. Saat nyurud (mengambil), tutupnya dipasang kembali, eh.. uangnya telah raib.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bendesa Adat masuk ke jeroan mengajak pecalang, siapa tahu uang itu jatuh. Beberapa Sutri yang kebagian mengurusi banten jadi sorotan warga. “Wah ada Sutri gudip, nyemak pis aturan”, celetuk salah seorang warga. Suasana jadi gaduh, saling mencurigai, malahan pemangku istri juga disorot diam-diam. Mangku Kocong marah. Lantas memanggil Bendesa Adat dan Ibu yang kehilangan itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“He ibu, naruh uang seratus ribu itu untuk persembahan nggih ? Sajake keneh ibu maturan”, ujar Mangku Kocong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aduh punapi Jro Mangku niki, masak tiang guyu-guyu”, sahutnya dengan sedikit menjerit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Meen, yan suba pipise lakar aturang ring Ida Bhatara, jani mara ilang dadi paling. Dot ibune kengken, maturan apa ngewehweh Ida Bhatara (mengiming-imingi saja, tidak memberi),” Tanya Mangku Kocong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jro Mangku Kocong berujar lagi, “Saya tidak mengambil lagi kesempatan sebagai pemangku dengan nyopet uang aturan Ida Dane. Mungkin saja uang itu jatuh, hilang karena terselip diaturan milik semeton lain akibat tidak sengaja. Namun yang penting disini, ibu tidak usah pameran uang, kekayaan di hadapan Ida Bhatara kalau maksudnya Cuma diperlihatkan kepada orang-orang supaya dipandang wah, mewah, bakti,” ujarnya. Aturan itu artinya, lanjutnya, segala sesuatu yang dipersembahkan, diserahkan dengan iklas, tidak diminta lagi. Itu pamer saja namanya, tambah Jro Mangku Kocong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu yang kehilangan itu jadi malu mendengar ucapan Mangku Kocong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, ketika sekali lagi ditelitinya isi sok kasinya, eh…uang seratus ribu terselip antara sela paha ayam panggang. Kontan ia melengos pergi sebelum kekonyolan itu diketahui orang banyak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jro Mangku Kocong berkenan duduk ditempatnya sambil membenahi ikatan destarnya, dan lantas memanggil Bendesa Adat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tolong carikan saya pil obat sakit kepala, pinta Mangku Kocong sembari memijit kepala serta mengibas-ngibaskan tangannya di depan hidung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa Jro Mangku, pilek ya..? Tanya Bendesa Adat sambil memanggil Pecalang untuk segera membelikan tablet sakit kepala di warung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aduh, pening kepalaku dan perutku agak mual mencium aroma banten yang apek, masem, piing. Pidan ketanding bantene to,, dadi oongan jajane lan bungane layu”, keluh Mangku Kocong.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Baru dua hari lalu Jro Mangku, kan sudah biasa begitu,” ujar salah seorang pemedek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aduh, kalau Jro Bendesa dikasi mencicipi jajan yang ditumbuhi cendawan itu mau nggak,” timpal Mangku Kocong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar perkataan seperti itu, Jro Bendesa langsung melengos dan mukanya bersemu merah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Beh, kuangan gae,” balasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Yen keto, dadi aturang ajak Dewane, berarti Dewane ento kasaran teken Jro Bendesa ha..ha..ha..papar Mangku Kocong setengah berteriak, seperti tak mampu menahan ketawanya yang dian mengeras.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jro Bendesa gelagapan, otaknya berputar cepat, apalagi sebagai seorang sarjana hukum yang piawai membolak balik kata-kata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bukan begitu Jro Mangku, banten itu kan hanya simbolisasi saja, jadi tidak usah dinilai dari sisi enak atau tidak enak secara duniawi”, tampik Jro Bendesa, mulai debat kecil di dalam Pura.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oooo…..maksudnya simbul dari sikap ogah-ogahan dari kita, pang kewala ngae banten, pang kewala misi gen jaja, nyak piing nyak mangkres. Artine untuk dihaturkan kepada Ida Bhatara boleh ala kadarnya, tetapi Jro Bendesa lihat dibelakang, suguhan konsumsi untuk krama, lawar, sate celeng enak, jukut ares jaen pesan. Saya bukannya sok mengerti hal begini apalagi saya mangku baru yang kebingungan. Tetapi rasanya kok saudara-saudara kita begitu semangat membuat makanan untuk perut mereka sendiri, sementara semua banten rata-rata menebarkan aroma piing gading, “ kritiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jro Bendesa membelai kumisnya yang rapi. “Wah, yen kenten patut rawos Jro Mangku, benjang-benjangan tiang jagi ngarembugan wicara puniki, manda kemanahin antuk krama duwe,”Ujar Jro Bendesa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>IV. JAM DINAS TAK BISA DIGANGGU GUGAT</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mangku Kocong ternyata bodoh-bodoh pintar, paling tidak untuk hal-hal yang prinsipil ia berani bersikap jujur dan vocal. Seperti halnya peraturan yang dikeluarkannya terakhir kali, bahwa untuk acara ngerainin, ngaturang banten pada hari-hari seperti Purnama, Tilem, Tumpek, Sugihan, Galungan dan sebagainya diatur ketat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan tegas Mangku Kocong menyatakan dirinya hanya buka praktek di Pura tidak lebih dari dua jam, mulai pukul 10.00 s/d 12.00 Wita. Selama dua jam penuh ia akan melayani umat dengan baik, tetapi diluar jam itu, Jro Mangku melakukan kewajiban lain seperti ke sawah, nyabit rumput, melali ketajen dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari, bertepatan dengan Tumpek Bubuh, kaum ibu berduyun-duyun menghaturkan sesaji ke Pura Dalem setelah melakukan acara mebanten di rumah dan ladang masing-masing. Berkat aturan Mangku Kocong, krama jadi datang serempak, sehingga pelayanan menjadi efisien. Ketika pulang semua kaum ibu menyisihkan satu dua bungkus bubuh untuk Mangku. Ini semacam daksina atau honor bagi Mangku. Namun dengan halus Mangku berucap, “Ibu-Ibu tolong bubuh anda dibawa saja pulang, karena terlalu banyak, saya tidak akan habis memakannya, akibatnya lanjut Mangku Kocong, pastilah sepihan (punia bubuh) anda akan saya kasi makan kucit, kan saya berdosa?!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya membuang pemberian baik anda, meski kucit juga perlu makan, tetapi maksud anda memberikan saya kan bukan untuk diberikan celeng, ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu-ibu pada ketawa mendengar omongan Mangku Kocong sembari berucap, “akh biarin saja, terserah Jro Mangku!”. Mangku Kocong tetap pada pendiriannya agar bubuh yang diberikan itu dibawa pulang. Kali ini ibu-ibu hanya menyisihkan sarin canang yang jumlahnya ada lima ratusan, seribuan, bahkan seratusan rupiah untuk punia kepada Mangku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu hari lewat pukul 12.00 Wita, Mangku Kocong pulang karena jam dinasnya sudah habis. Namun tiba-tiba diperjalanan pulang sekitar lima ratus meter dari pura tersebut sebuah sedan mengkilap berhenti disampingnya. Kepala botak berudeng batik nyembul dari jendela mobil langsung menyapa, “Jro Mangku, sebentar jangan pulang dulu, kami mau maturan juga,” ujar lelaki itu didampingi istrinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
oo… Pak Gede Bloko, kirain siapa, silakan Bapak haturkan sendiri bantennya di Pura, tidak apa-apa, sekarang saya mau pulang mungkin sapi saya sudah kelaparan di kandangnya,”ujar Mangku Kocong tersenyum ramah. Pak Gede Bloko turun dari mobil sambil memegang handphone yang suaranya seperti jangkrik. Pak Bloko seperti tak puas dan memanggilnya lagi. “Wah gimana ini Jro Mangku, kok saya tidak mau diladeni, tanyanya. Mangku Kocong balik menjawab dengan nada datar. “Khan sudah disepakati jam maturan antara pukul 10.00 s/d 12.00 saja,” tegasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Beh, dados mimit gati, tiang tadi kan sibuk jadi agak terlambat, tolonglah Jro Mangku”, ucapnya mengharap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Maaf Pak Gede, sekarang saya akan sibuk juga, tolong jangan diganggu juga,” jawabnya singkat. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Beh, masak begini melayani krama, mestinya ngayahang ring Ida Bhatara tidak boleh Jro Mangku setengah hati, paling tidak hari ini Jro Mangku harus stand by di pura seharian, imbuhnya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perdebatan kecil terus berlanjut di jalanan “Ya, benar! Dan sebaliknya Pak gede juga libur hari ini, tidak ngurusang tanah saja, sehingga urusan ke pura dinomor duakan dan tidak tepat waktu, pada hal untuk nyaloi tanah Pak Gede bisa tepat waktu,” ujar Mangku Kocong sembari beringsutan pergi tanpa peduli ocehan Pak Gede yang mencak-mencak, kecewa dan marah. “Mangku Kocong mulai sok jual mahal, tidak tahu tanggung jawab,” umpatnya. Masalah sepele ini akhirnya diangkat oleh Pak Gede pada suatu sangkepan Banjar Adat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rapat malam ini awalnya membahas soal perhitungan biaya piodalan yang telah lewat dan rencana pembangunan selanjutnya. Rapat berjalan lancar saja. Namun tidak demikian setelah Pak Gede menginterupsi rapat yang intinya memprotes tindakan sewenang-wenang dan semau gue dari Mangku Kocong. Pak Gede mengecam cara-cara penetapan waktu Mangku madeg di Pura yang begitu singkat. Lebih singkat dari jam praktek dokter. Sebelum warga mengomentari protes calo tanah ini Bendesa Adat terlebih dahulu mempersilahkan Mangku Kocong untuk menggunakan hak jawabnya. Berderailah kata-kata Mangku Kocong dengan polos, sederhana dan apa adanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wahai Bapak sekalian, jika seandainya hadirin sekalian mengharapkan pemangku nyodog di Pura sehari penuh pada rerahinan, tidak masalah bagi saya. Tetapi, mohon juga diingat, manakala saya standby di pura sehari penuh maka semua pekerjaan rumah saya terbengkalai. Anda-anda sekalian enak, bisa nyaloi tanah, bisa ngantor, bisa tetap ke sawah, berburuh, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Singkatnya, anda secara normal mendapatkan penghasilan harian, sementara pemangku disuruh absen. Tolong diingat, perut saya masih perut manusia yang makan nasi belum bisa kenyang oleh sarin bunga, jadi tolong ditoleransi supaya dalam sehari ini saya juga bisa bekerja, minimal nyabit ruput,” ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para warga saling pandang setelah pembelaan dari Mangku Kocong. Ternyata selama ini mereka hanya melihat kewajiban ideal seorang Pemangku, sebaliknya mereka tidak berpikir untuk hak seorang manusia, apalagi hak seorang pemangku yang sepatutnya dijunjung, diperhatikan dan dihargai. Dengan jawaban mangku seperti itu, Pak Gede otomatis habis kata. Ia sadar tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk menggaji pemangku, lantas mengapa berani perintah ini dan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rapat mulai kasak-kusuk seperti tawar menawar di pasar untuk mencari solusi terbaik. Akhirnya warga Desa Adat Nyidang Sari berkeputusan bahwa setiap rerahinan maka pemangku harus tinggal di pura sampai semua warga habis menghaturkan banten. Sebagai kompensasi terhadap pencaplokan waktu Mangku Kocong, warga sudah berketetapan hati secara mufakat bulat untuk memberi Jro Mangku uang ganti sebesar Rp. 50.000,- setiap hari saat pemangku dinas di Pura.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Warga menyebutnya sebagai uang ganti – bukan punia, sebab kalau punia semestinya mampu meringankan beban atau mengepulkan asap dapur seorang pemangku yang disucikan atau dianggap suci. Jadi uang Rp. 50.000,- itu hanya setara dengan pendapat harian seorang pedagang atau buruh metekap dengan kerbau atau sapi yang juga pekerjaan Jro Mangku sehari-hari. Maklum, Mangku Kocong termasuk gado-gado, ya.. brahmana, Sudra juga ya… begitulah pemangku menggugat keberadaan dan reaksi masyarakat sekitar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://pangpadetulus.blogspot.co.id</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-8961030101860168132017-06-03T09:45:00.000-07:002017-06-03T09:47:11.087-07:00Jenis Perkawinan Yang Dilarang Menurut Hindu Dan Dampak Yang Terjadi Jika Tetap Di Langgar<div style="text-align: justify;">
Perkawinan di Bali akrab dengan istilah “Nganten”.Sebagai manusia yang religius, umat Hindu memandang nganten sebagai sebuah prosesi yang sangat sakral.Di samping menyiapkan sarana upacara, hari baik atau padewasan, yang tidak kalah penting adalah asal-usul kedua mempelai.Asal-usul yang dimaksud adalah silsilah keluarga. Asal-usul ini dianggap penting, bukan untuk membanding-bandingkan taraf hidup mempelai, namun lebih dari pada itu, untuk mengetahui boleh atau tidaknya dua orang melaksanakan perkawinan berkaitan dengan hubungan darah atau keluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijSsAgbJpM1ZFfiiW7sRNyGci_I-Ab7hyphenhyphenlwUkAgnCCnjdVQgGl7cQV170renqk-sFBA4OmyAz5a5DQq9tQtFGXqoH9iUWiXCQT7ufpTxkXt1iRnajWH5tRJjxN6L0tvyfoJWqX3yUq-cE4/s640/jenis+perkawinan.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa faktor hubungan keluarga menjadi sangat penting? Sebenarnya bukan hanya di dalam agama Hindu saja dilarang, dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pun tertera secara jelas larangan perkawinan sedarah. Pasal 8 menyebutkan bahwa perkawinan dilarang antara dua orang yang berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping, yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri.Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibi/paman susuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang. Dan, yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pasal 8 tersebut menyatakan pada prinsipnya diatur larangan perkawinan karena mempunyai hubungan darah atau hubungan kekeluargaan yang dekat. Selain itu, pelarangan juga bisa karena kedua calon mempelai mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Larangan-larangan perkawinan karena hubungan keluarga sangat dekat, dalam masyarakat Bali disebut Gamia-gamana. Selain itu, ada pula salah satu perkawinan yang dilarang menurut ajaran Agama Hindu di Bali, yakni disebut dengan istilah ”Makedeng-kedengan Ngad”. Makedeng-kedengan Ngad berasal dari dua kata, yakni “Kedeng” dan “Ngad”.Kedeng berarti tarik, sedangkan makedeng-kedengan berarti saling tarik-menarik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya,ngad berarti bilah bambu yang sisi kulitnya tajam. Di Bali, ngad biasanya dibentuk seperti pisau dan kerap digunakan untuk menyembelih bebek dan ayam, atau memotong bagian tubuh tertentu dari hewan karena saking tajamnya. Dengan demikian, istilah Makedeng-kedengan Ngad berarti saling tarik menarik bilah bambu yang tajam.Tentunya hal ini hanyalah sebuah istilah yang berkonotasi pada efek berbahaya bagi kedua belah pihak mempelai yang melakukan perkawinan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nganten Makedeng-kedengan Ngad adalah adanya pertukaran antar anggota keluarga (umumnya antara dua keluarga) yang ditujukan untuk perkawinan. Ilustrasinya, ada keluarga A dan B. Keluarga A memiliki anak laki-laki dan menikahi anak perempuan dari keluarga B. Nah, keluarga B juga memiliki anak laki-laki dan mengambil istri dari keluarga A, sehingga seolah-olah dalam hal ini ada “pertukaran”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Ida Pandita Mpu Nabe Daksa Merta Yoga, Nganten Makedeng-kedengan Ngad itu dilarang, karena sesuai istilahnya Makedeng-kedengan ngad itu bisa melukai. Melukai yang dimaksud adalah berbahaya bagi mempelai dan keluarganya.“Salah satu biasanya ada yang sering sakit,” ungkapnya. Bahkan, menurut kepercayaan masyarakat, selain mengalami penderitaan, salah satu mempelai atau keluarganya bisa sampai meninggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih lanjut Ida Pandita menjelaskan, perkawinan ini berakibat kurang tenteram di keluarga, karena secara niskala (gaib), apabila keturunan dari suatu keluarga dengan keturunan keluarga lainnya melakukan perkawinan, kedua belah pihak keluarga tersebut dianggap telah memiliki ikatan kekeluargaan pula. Dengan demikian, mereka secara niskala sudah dianggap memiliki hubungan darah dan tidak lagi diperkenankan melakukan perkawinan. “Karena mereka dianggap sudah satu darah,” ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Ida Pandita, sebisa mungkin perkawinan satu darah dihindari, termasuk Makedeng-kedengan Ngad. Selain secara agama hal tersebut tidak baik, secara biologis juga bisa mengakibatkan dampak buruk seperti cacat fisik maupun mental.“Kalau tidak yang melakukan perkawinan, keturunan yang terkena dampaknya. Seperti dahulu ada yang dijodohkan dengan misan (sepupu), itu tidak baik,” tegasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perkawinan yang ideal menurutnya, mengambil pasangan di luar hubungan keluarga.Tentunya hal tersebut juga tidak boleh sembarangan, karena harus memperhatikan kualitas calon pasangan. Bahkan, bagi yang percaya dengan patemuan (perjodohan sesuai hari lahir), tidak akan mudah mencari pasangan yang pas karena harus disesuaikan dengan urip berdasar waktu kelahiran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di beberapa kejadian, Ida Pandita mengatakan ada yang akhirnya memilih jalan perceraian karena senantiasa mengalami permasalahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada yang nyapih (berpisah).Tapi, kalau sudah tua cerai kan tidak ada gunanya juga,” ujarnya.Oleh karena itu, Nganten Makedeng-kedengan Ngad sangat tinggi risikonya. Istilah Bali-nya menyebutkan “ila-ila dahat”. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pula ada pasangan yang masih berhubungan darah, meskipun melakukan perkawinan bisa berhasil dan sukses.Tentunya itu semua kembali ke karma phala pasangan tersebut atau atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://ceritabalidewata.blogspot.co.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com1Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-41180569986430139792017-06-02T10:49:00.000-07:002017-07-05T08:45:49.661-07:00Inilah 10 Kewajiban Istri Menurut Kitab Suci Weda, Nomer 5 Jangan Sampai Anda Melanggar<div style="text-align: justify;">
Dalam Wanaparva disebutkan seorang ibu rumah tangga juga disebut sebagai Dewi dan Permaisuri. Dewi artinya istri sebagai sinar yang menentukan keadaan rumah tangga. Istri sebagai Permaisuri yaitu yang mengatur tata hubungan, tata grha, tata bhoga, tata keuangan dll. Istri mempunyai peran yang sangat penting dalam keluarga Hindu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9sr8j8aGY-TGTESZEDDSsOkPIT8zXpZP1MjzhBWC7fqDSPRkRQ_avosRUCXq7-AZRvr7QnReb0oiE4C49x8ThMa-d6wGtNHLYA2NoEEceOBbcPEsD6ILJIewA1zJlDN0KCDYBuyw5HbNE/s640/istri+bali.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Ilustrasi</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kata istri berasal dari kata stri, Stri dalam bahasa sanskerta berarti “Pengikat Kasih”, Istri dalam keluarga sebagai penjaga jalinan kasih sayang kepada suami dan anak-anaknya. Seorang anak haruslah ditumbuhkan jiwa dan raganya dengan curahan kasih ibu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kewajiban Istri Menurut Weda</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Kitab Suci Weda telah dijelaskan kewajiban atau tugas seorang istri, yaitu sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Wahai mempelai wanita, dengan kedatanganmu ke rumah suamimu, semogalah kamu menjadi petunjuk yang terang terhadap keluarganya. Membantu dengan kebijaksanaan dan pengertian, semogalah kamu senantiasa mengikuti jalan yang benar dan hidup yang sehat dalam rumahmu. Semogalah Hyang Widhi menghujankan rahmat-Nya kepadamu.(Atharwa Weda XIV.2.27).</li>
<li>Wahai penganten wanita, datangilah dengan keramahanmu seluruh anggota suamimu. Bersama-samalah dalam suka dan duka dengan mereka. Semoga kehadiranmu di rumah suamimu memberikan kebahagiaan dan keberuntungan kepada suamimu, mertuamu laki-laki dan perempuan dan menjadi pengayom bagi seluruh keluarga. (Atharwa Weda XIV.2.26).</li>
<li>Seorang wanita, istri atau ibu juga hendaknya berpenampilan lemah lembut dan menjaga dengan baik setiap bagian tubuhnya. “Wahai wanita, bila berjalan lihatlah ke bawah, jangan menengadah dan bila duduk tutuplah kakimu rapat-rapat”(Rgveda VIII.33.19).</li>
<li>Wahai istri, tunjukkan keramahanmu, keberuntungan dan kesejahtraan, usahakanlah melahirkan anak. setia dan patuhlah kepada suamimu (Patibrata), siap sedialah menerima anugrah-Nya yang mulia” (Atharvaveda XIV.1.42)</li>
<li>Sungguhlah dosa besar jika seorang istri berani terhadap suaminya, berkata kasar terhadap suaminya. “Hendaknya istri berbicara lembut terhadap suaminya dengan keluhuran budi pekerti” (Atharvaveda , III.30.2).</li>
<li>Sebagai seorang istri tahan ujilah kamu, rawatlah dirimu, lakukan tapa brata, laksanakan Yajna di dalam rumah, bergembiralah kamu, bekerjalah keras kamu, engkau akan memperoleh kejayaan” (Yajurveda XVII.85).</li>
<li>Jadikanlah rumahmu itu seperti sorga, tempat pikiran-pikiran mulia, kebajikan dan kebahagiaan berkumpul di rumahmu itu”(Atharvaveda VI.120.3).</li>
<li>Seorang istri hendaknya melahirkan seorang anak yang perwira, senantiasa memuja Hyang Widhi dan para dewata, hendaknya patuh kepada suaminya dan mampu menyenangkan setiap orang, keluarga dan mengasihi semuanya.(Reg Weda X.85.43).</li>
<li>Seorang istri sesungguhnya adalah seorang cendekiawan dan mampu membimbing keluarganya”(Rgveda VIII.33.19)</li>
<li>Wahai para istri, senantiasalah memuja Sarasvati dan hormatlah kamu kepada yang lebih tua” (Atharvaveda XIV.2.20)</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pada kesepuluh point diatas, pada point terakhir dijelaskan “hormatlah kamu kepada yang lebih tua”. Mengartikan jika kalian adalah seorang istri hendaknya mampu mencintai dan menyayangi bapak dan ibu dari suami kalian, seperti kalian mencintai anak mereka (suami). Seorang istri mempunyai peran penting dalam keharmonisan rumah tangga. Jadilah pemersatu keluarga dan pemberi kebahagiaan. Seperti yang telah disebutkan pada point ke dua “Semoga kehadiranmu di rumah suamimu memberikan kebahagiaan dan keberuntungan kepada suamimu, mertuamu laki-laki dan perempuan dan menjadi pengayom bagi seluruh keluarga.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Kewajiban suami dalam Hindu akan dijelaskan pada artikel selanjutnya. Jika terdapat penjelasan yang kurang tepat atau kurang lengkap. Mohon dikoreksi bersama. Suksma..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(sumber : paduarsana.com)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-22190421506879178032017-06-01T12:12:00.001-07:002017-06-01T12:12:35.720-07:00Atma Kesasar Dan Misteri Jeritan Kedis Engkik-engkik Engkir<div style="text-align: justify;">
Pernah mendengar burung Engkik-engkik Engkir? Atau paling tidak mendengar suaranya yang rada-rada sedih memelas di kejauhan yang berbunyi engkikkk… engkkiiikkk …. Engkkiiiiirrrrrr….. Suaranya mengundang rasa iba, karena ia berbunyi kadangkala di siang hari, pagi hari bahkan pada malam hari. Burung ini dalam bahasa Indonesianya disebut Burung Kedasih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rupa dari burung ini mirip seperti burung crukcuk dengan ukuran yang juga sangat mirip. Biasanya burung ini muncul ketika musim hujan akan berakhir yakni pada sasih kedasa atau sekitar bulan Maret – April. Burung ini muncul setiap tahun sekali dengan suaranya yang menciri sekali. Dengan kemunculannya yang misterius dan setahun sekali, kemudian banyak mitos yang menyertai kehadiran burung ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konon burung ini akan melahirkan anaknya, namun sehabis melahirkan, maka dadanya akan pecah dan ia segera akan mati. Nah, kedatangan kematiannya tersebutlah yang diratapi oleh burung tersebut dengan mengalunkan suara yang sedih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diyakini pula burung ini adalah burung yang sedang sengsara meratapi nasibnya dengan mengalunkan suara sedih engkik-engkik engkir. Katanya burung ini merasa sedih karena segera akan meninggalkan anaknya yang baru lahir untuk ditinggal mati, tak ada yang mengasuh. Karena itulah ia menangis sedih pagi, siang dan malam. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhStEHSMOXmRtuONqLcf9iAhm2iEGToqiDmsK4rZpDvQxFQrPL84ocxI6SnaN6Jz0B2QxaHtf-CzpS4EfmKyKYSAL9VhvwCd3TesPtzEW73Ogxd6luRwMQjdk8bGeZrxQcCMXLF_T_4E5sY/s640/burung.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian ada mitos menyatakan bahwa burung ini adalah penjelmaan dari atma-atma kesasar atau roh-roh gentayangan yang sedangkan mendapatkan hukuman. Atau roh-roh yang tak mengetahui dimana ia berada, karena ia diliputi oleh kebingungan dan ketakutan, sehingga dengan demikian ia merasa ketakutan dan mengumandangkan suara yang sedih di atas pohon.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlepas dari mitos yang berkembang secara turun temurun di masyarakat, apa sebenarnya burung Engkik-engkik Engkir tersebut?. Sejatinya burung tersebut adalah burung biasa dengan suara yang memang terdengar mengalun sedih, terdengar sampai pada jarak yang cukup jauh. Memang begitulah kicauannya. Mengenai postur tubuhnya sangat mirip dengan burung crukcuk, warnanya abu-abu, sedangkan di bagian kepala sedikit agak kelabu kebiruan. Kehadirannya pada bulan Maret-April. Karena memang burung ini adalah burung yang mengikuti arus hujan, sehingga ia harus bermigrasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Kebetulan bahwa hujan di Bali berlangsung pada bulan November sampai April maka burung ini muncul pada bulan Maret-April atau mungkin mendahului yakni pada bulan Februari, tergantung dari siklus hujan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Burung ini pada musim Maret-April itu adalah masanya untuk berkembang biak atau kawin dengan melantunkan suara yang merdu untuk menarik pasangan lawan jenisnya. Kemudian ketika perkawinan berlangsung, burung ini tak punya ketrampilan membuat sarang, sehingga untuk urusan bersarang ia harus menjadi parasit. Maksudnya adalah ia akan selalu mencari sarang burung crukcuk atau burung kepicitan atau burung cinglar yang sedang bertelur. Ketika pemiliki sarang tak ada, maka burung Engkik-engkikk Engkir tersebut bertelur di sarang burung tersebut. Agar tidak kentara perbuatannya, maka ia menjatuhkan telur burung pemilik sarang, sehingga ketika datang burung pemilik sarang (burung crukcuk atau burung kepicitan) untuk mengeram, maka burung crukcuk akan mengira bahwa ia telah mengerami telurnya sendiri. Padahal yang dieraminya adalah telur burung Engkik-engkik Engkir. Itulah sebabnya kalau diperhatikan di sekitar burung Engkik-engkik Engkir berbunyi, maka di sekitarnya pasti ada burung crukcuk atau burung cinglar. Mungkin di sekitar tersebut sedang ada burung crukcuk yang sedang bertelur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah menetas, maka burung crukcuk secara tak sengaja akan mengasuh anak dari burung Engkik-ngkik Engkir. Ketika itu induk burung Engkik-engkik Engkir tersebut sudah meninggalkan daerah tersebut untuk bermigrasi ke daerah lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Si burung pengasuh ini akan setia mengasuh dan membesarkan anak yang bukan anak kandungnya sendiri. Karena burung ini juga mirip dengan dirinya, demikian pula dengan telurnya ukurannya sangat mirip, sehingga tak mengundang kecurigaan burung crukcuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah kehidupan biologis dari burung Engkik-engkik Engkir yang curang. Ia mengorbankan anak orang lain demi kelangsungan hidup anaknya. Ia sendiri adalah bukan sebuah burung yang trampil karena tak bisa membuat sarang. Burung ini juga burung yang malas, karena menyerahkan pengasuhan anak kepada burung lain. Ia adalah tipe burung sangat tega meninggalkan anaknya mengembara ke tempat-tempat yang ia ingini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah terkait dengan misteri burung Engkik-engkik Engkir yang ditandai dengan suaranya yang mengalun lantang, biasanya ia berbunyi di atas pucuk pohon yang tinggi. Dengan frekwensi suara yang tinggi kuat dan di tempat yang tinggi, maka suaranya terdengar sampai ke jarak yang jauh. Inilah pada jaman dahulu dipakai sebagai tanda Sasih Kedasa (bulan kesepuluh dalam penanggalan Bali). Terkait dengan tanda dari burung ini, konon kabarnya Ida Cokorda Pemecutan dari Puri Pemecutan sangat meyakini kehadiran burung ini sebagai pertanda Sasih Kedasa. Konon sebelum Ida Cokorda Pemecutan mendengar burung tersebut berbunyi lantang, maka tidak akan diadakan upacara odalan atau Ngedasa di Pura Tambangan Badung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian kabarnya mengenai misteri burung Engkik-engkik Engkir.</div>
<div style="text-align: justify;">
(Ki Buyut Dalu/Inks) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: http://kanduksupatra.blogspot.co.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-92110674803011825982017-06-01T09:02:00.000-07:002017-06-01T09:02:49.066-07:00Banten, Peluang Yang Terbuang Dari Orang Bali<div style="text-align: justify;">
Bali identik dengan banten, memang. Tak ada ritual keagamaan orang Hindu Bali yang tidak menggunakan banten. Ketaqwaan orang Bali, sehari-hari, diungkapkan dengan sesaji bernama banten. Banten itu bahasa religius orang Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="625" data-original-width="1193" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwzY4jE0sVroiDFrukAtE0V1SwzA_lKmOr8qnLPiSvMi8zG8wQdim1xXRfh1TlzhBhdwXpEagTnZSiz4K4qNH0vMk_ygfpzueugwuLz54LpWiRl15cUn7UR0Sb8Sdwm-CkIHsxc1eKugW4/s640/banten.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin itu sebabnya, dalam berbagai teks-teks tradisional, Bali juga dikenal dengan sebutan Gumi Banten. Konon, kata bali sama maknanya dengan banten. Karena itu, bantenbukan sekadar ciri, tapi juga jiwa Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banten senyatanya persembahan yang diambil dari seisi alam. Ada yang diambil dari tumbuh-tumbuhan, ada juga yang berasal dari beragam jenis satwa. Para penekun agama menafsirkan bantensebagai cerminan keikhlasan dan rasa terima kasih orang Bali ke hadapan Sang Pencipta. Ketika Yang Kuasa telah menganugerahkan limpahan karunia kepada umat manusia, saatnya manusia juga membalasnya dengan persembahan. Apa yang didapat dari alam, itu pula yang dipersembahkan kembali kepada Tuhan dalam wujud banten.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu kuat dan pentingnya kehadiranbanten dalam kehidupan masyarakat Bali menyebabkan kebutuhan masyarakat Bali untuk keperluan sesaji itu begitu tinggi. Pada tahun 2002, majalah gumi Bali, Saradmencatat nilai ekonomi banten di Bali dalam setahun mencapai sedikitnya Rp 2,8 trilyun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali menyatakan pengeluaran untuk upacara adat di Bali termasuk kedua setelah konsumsi untuk perumahan. Berdasarkan survei BPS di 120 desa, persentase pengeluaran upacara adat di perkotaan naik dari 9,95 persen pada Maret 2011 menjadi 12,11 persen pada September 2014. Sementara di pedesaan rata-rata 12 persen pada bulan yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itu mungkin sebabnya, sejak lama menggelinding wacana di kalangan para cerdik-cendekia Bali untuk menyederhanakan upacara keagamaan masyarakat Bali. Namun, tidak mudah mendorong penyederhanaan upacara keagamaan dalam masyarakat Bali. Selain karena kuatnya keyakinan tentang keikhlasan dalam berupacara, orang Bali juga percaya upacara sebagai pendorong perekonomian masyarakat Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Idealnya memang seperti itu. Banten atau upacara keagamaan di Bali pada umumnya sesungguhnya bisa menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat Bali. Bahkan, banten bisa menjadikan Bali mandiri secara ekonomi. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan untuk bantenpada akhirnya kembali dinikmati masyarakat Bali, seperti tukang banten, petani, serta peternak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kenyataannya, peluang ekonomi nyata itu diabaikan orang Bali sendiri. Berbagai sarana banten tak lagi berasal dari tanah Bali. Separuh lebih bahan-bahan banten itu didatangkan dari luar Bali, seperti Jawa, Sulawesi dan Lombok. Sebabnya, tak banyak lagi tegalan dan sawah yang ditanami tanaman banten. Orang Bali yang mau melakoni kehidupan bertani, mengolah tanah untuk ditanami berbagai tanaman kebutuhan banten, makin menyusut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dulu, manakala kehidupan masyarakat Bali sepenuhnya agraris, banten menjadi cerminan utuh keikhlasan manusia Bali. Segala isi banten diambil dari kebun atau sawah sendiri pun dikerjakan dari cucuran peluh sendiri. Hanya sebagian kecil yang dibeli, terutama bahan-bahan yang tidak tersedia di kebun dan sawah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kini, manakala sektor pariwisata berkembang pesat, makin jarang terdengarbanten yang diambil dari hasil kebun dan sawah. Sudah umum bagi orang Bali kini, bantendibeli dari pasar atau tukang-tukang banten. Mereka yang berupacara tinggal mengeluarkan uang yang cukup, banten apa pun sudah bisa didapat. Bahkan, bagaimanabanten itu ditata di tempat upacara, sepenuhnya ditangani tukang banten. Sang pemilik hajatan hanya duduk manis, tinggal mencakupkan tangan memanjatkan doa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bali tak semata tergantung pasokan listrik dari Jawa, tapi kini upacara orang Bali juga tidak bisa mengabaikan Jawa dan Lombok. Kerap terjadi, harga-harga berbagai kebutuhan upacara orang Bali melonjak tajam saat orang Bali menyambut hari rayanya. Sebabnya bukan saja permintaan yang tinggi dari kalangan orang Bali sendiri, namun tak jarang karena pasokan dari Jawa terganggu karena banjir atau para pemasok atau distributor dari Jawa dan Lombok tidak bekerja karena saat yang sama juga merayakan hari suci keagamaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu, mereka yang merindukan kemandirian ekonomi Bali tiada lelah mengingatkan agar Bali kembali pada kesahajaan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan upacara masyarakat Bali sendiri. Namun, masyarakat Bali telanjur memandang rendah pilihan hidup bercocok tanam. Tak semata karena citra kemiskinan yang begitu lekat, kenyataannya kehidupan bertani di Bali memang tidak bisa dijadikan andalan. Itu sebabnya, anak-anak Bali tak lagi punya mimpi menjadi petani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah ironi ekonomi Bali. Di satu sisi perekonomian masyarakat Bali didorong oleh konsumsi untuk kebutuhan upacara, di sisi lain petani yang sejatinya menjadi sumber pemenuhan kebutuhan bahan-bahan upacara, terpuruk nasibnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu, perlu kesungguhan hati untuk menata kembali perekonomian Bali agar cita-cita kemandirian itu bisa terwujud. Banten memendam potensi ekonomi luar biasa bagi masyarakat Bali. Pasalnya, sektor ini tidak pernah lekang oleh zaman. Selama bantenmasih menjadi kebutuhan primer masyarakat Bali, selama itu pula potensi ekonomi bantentetap hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan, banten tidak pernah terpengaruh “iklim”. Jangankan dalam situasi ekonomi bagus, manakala situasi ekonomi sedang sulit, bahkan saat terjadi musibah pun, banten di Bali tetap dibutuhkan. Bandingkan dengan sektor pariwisata yang kerap diagung-agungkan, sedikit saja terjadi gejolak politik atau pun isu kesehatan dan lingkungan berembus, sektor ini oleng, limbung. Bali pun sudah merasakan hal itu manakala terjadi ledakan bom tahun 2002 dan 2005 silam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada titik ini, peran pemerintah, terutama pemerintah Bali amat dibutuhkan. Sebagai pemegang kebijakan, pemerintah memiliki kekuatan mempengaruhi gerak kegiatan ekonomi di Bali agar lebih berpihak pada cita-cita kemandirian ekonomi masyarakat Bali. Caranya, tentu saja bukan semata dengan slogan atau program pemanis bibir gerakan kembali ke pertanian, tetapi kebijakan utuh menyeluruh, dari hulu hingga hilir yang merefleksikan kesungguhan menuju kemandirian ekonomi Bali dengan memanfaatkan potensi besar banten. (b)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: balisaja</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-316370596775261722017-05-31T13:04:00.001-07:002017-05-31T13:04:22.962-07:00Hal Unik Tentang Bali, Dari Jaman Dulu Dengan Sekarang<div style="text-align: justify;">
Fenomena Bali dari jaman dulu hingga sekarang, tak ada yang pernah berubah, terkecuali macet dan gaya hidup masyarakat perkotaannya. Bali sebagai salah satu tempat wisata terbaik milik Indonesia ini memang dikenal memiliki ciri khas tersendiri, dari kebudayaan, tradisi, ritual sampai kebiasaan unik masyarakatnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj8XRuL3r_-lWybaDN1ub8aS0uA6qB2A2UhZUF0nrtnmjOrDs_JCRh5sUFYVuFIMotmLaQMwUf15DwrT3wnLd87VMONpqEBIFB7M9AqvEIlkZ7YE4LPXQpyjHWep-o5EfxeDx6qA286p5h/s640/bali+dulu.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ingin mengenal lebih jelas tentang keunikan Bali selengkapnya, berikut hal unik tentang Bali, perbedaan jaman dulu dengan sekarang yang mungkin belum kamu tahu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pria Bali semuanya Kaya Raya Tapi Boros </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan merasa aneh kalau kamu pertama datang ke Bali dan menyadari bahwa semua pria di Bali rata-rata Kaya raya, tidak ada yang miskin satu pun. Kita bisa melihat langsung dari gaya hidup boros mereka. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketemu orang lain di jalanan langsung bli, numpang lewat depan orang nongkrong juga bli, ngobrol di telepon dengan temannya sebentar-sebentar ngomong bli, pokoknya semua serba bli dari pejabat sampai pedagang kaki lima, itu membuktikan kalo mereka memang kaya raya 🙂</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Toleransi Beragama Luar Biasa</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="273" data-original-width="500" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8qhVRmVRHkAS1qEprLxwqdMO69Q0A1QRiWt2ANra1c15cuu0jQB-Q1UiVl1U6s0ugM8eOOYQUTq39QATvG6jKHTIRB0sO5z8kxNOscjnxg_z0pjbwVlDTKHC62hyphenhyphenqIRnTsqmle_oItb4L/s400/toleransi-beragama-di-bali.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan menjadi pemandangan yang aneh ketika ada acara persembahyangan atau perayaan umat beragama lain, masyarakat Bali akan saling tolong menolong dengan umat beragama lainnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contohnya ketika umat Islam sedang menjalankan Sholat Jumatan umat Hindu akan mengawal dan berjaga-jaga di luar masjid khususnya para pecalang adat begitupun sebaliknya jika umat Hindu sedang menjalankan hari raya Nyepi, Umat Islam juga menghormati dengan tidak menggunakan pengeras suara di Masjid.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh lain toleransi unik yang hanya bisa kamu temukan di Bali saja, yakni terdapatnya 5 rumah Ibadah yang berdampingan di satu komplek bernama Puja Mandala. Di komplek tersebut ada Masjid Ibnu Batutah, Pura Jagat Natha, Vihara Budhina Guna, Gereja Kristen Protestan Bukit Doa dan Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Wanita Bali Terkenal Setia</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="389" data-original-width="633" height="245" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGYJtQ1V_nUCJzR5M-juklKZJhbQFovMptY2eB9NLZz8hV_rmHkow7JeGMzL6k9YfvkOA1uyYXplitG1c1kGhZ7Se63xvUAoTNW-mVHcQTW3mBmiIQi4MmtcyjZ6_ribvLMIjUhzBmWSzU/s400/ailsa+.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada benar dan enggaknya juga tentang wanita bali yang banyak orang bilang mereka sangat setia. Kalau masih pacaran, kayaknya berita ini gak benar yah, namanya juga anak muda masih suka lirik sana lirik sini hehehe. Tapi kalau sudah menikah rata-rata sih benar (mungkin). Sebab di Bali masih memegang teguh sistem patrilineal dalam perkawinan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, bila ada wanita Bali menikah dengan seorang pria, ya iyalah masa sama lumba-lumba :). Mereka sepenuhnya akan terikat dengan suaminya dan dilepaskan kewajiban dari orang tuanya, inipun termasuk kegiatan persembahyangan seperti mengurus merajan rumah (tempat sembahyang) dari pihak suaminya. Dan selanjutnya anak-anak mereka akan ikut dari garis keturunan sang ayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu bagaimana jika hanya memiliki anak perempuan? Mereka akan melakukan perkawinan Nyentana, yakni calon suami akan ikut dengan keluarga istrinya. Dan nantinya anak dari perkawinan mereka akan dianggap milik sepenuhnya serta melanjutkan garis keturunan dari keluarga sang Istri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi hal ini hanya sebagian kecil orang saja yang melakukannya dan perkawinan Nyentana ini masih menimbulkan pro dan kontra sampai sekarang, karena dikatakan perkawinan Nyentana ini berasal dari hukum adat dan bukan kaidah dalam ajaran agama Hindu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Bali yang Sudah Tak Bersahabat dengan Alam</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu kata <b>Wow</b> yang akan terucap saat para wisatawan berlibur ke Bali. Tak hanya bisa melihat pemandangan unik kehidupan masyarakatnya saja, soal keindahan alam yang mereka miliki pun sangat luar biasa. Hal inilah yang membuat sektor pariwisata laris manis dan bisa menghasilkan uang sebagai penyumbang terbesar dalam pendapatan daerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi sayangnya, kerakusan para Investor juga yang membuat ketidakseimbangan pembangunan pariwisata di Bali, notabenenya mereka kurang memihak kepada masyarakat Bali, hanya memikirkan keuntungan semata. Pelan tapi pasti alam di Bali mulai rusak, dan salah satu contohnya Bali sudah mulai mengalami krisis air bersih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tak Lagi Menjadi Surga Hewan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="240" data-original-width="320" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg14qFzvWE4r0xgkDGzP7RYMZomN3V13HGxJ02DtVTRAhqd92p6btmVFXsO8HcDqAkRPZleQFlwVX2kd3mRWX0Is8CnasJx-_JlXx1yfaQpcIKq_j9rNTOFrPjBQ7Oid00pbAr0ssFg2Ee9/s400/anjing+bali.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak hanya mencintai alam tempat tinggalnya, Pulau Bali sudah lama dikenal sebagai tempat surganya para Hewan. Bermacam-macam jenis hewan hidup damai disana dengan para penduduk Bali, tapi ada satu jenis hewan yang terkenal dengan populasinya paling terbanyak disana, yakni Anjing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa tahun belakangan ini pemerintah daerah Bali sudah beberapa kali melakukan upaya Eliminasi atau pemusnahan terhadap anjing liar yang diduga rabies. Tidak tahu seberapa efektif langkah yang diambil, sebab fakta di lapangan berbicara lain. Jika bertemu anjing tanpa memiliki peneng (semacam kalung) bisa langsung dibunuh, padahal belum tentu anjing yang berkeliaran tersebut positif menderita penyakit rabies. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebijakan ini juga yang menjadi kecaman dan sorotan dunia, masyarakat dunia menilai pemberian vaksinasi jauh lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan langkah membunuh anjing, belum lagi mengingat sisi tenaga yang melibatkan dinas kesehatan dan masyarakat serta biaya yang cukup mahal dalam upaya eliminasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kita juga tidak boleh menilai dari satu sisi saja, dengan menyudutkan semuanya ke pemerintah daerah, harusnya para pemilik Anjing juga aktif berperan yang secara tidak langsung ikut menambah lonjakan jumlah populasi anjing. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan membiarkan anjing mereka bebas berkeliaran di jalanan hingga melakukan perkimpoian bebas, dan ujung-ujungnya melahirkan banyak anak-anak yang nantinya akan terlantar dijalanan. Salah satu langkah mengurangi populasi ini hanyalah melakukan sterilisasi agar anjing-anjing tersebut mandul. Apakah Steril itu jahat? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya orang kuno yang berpendapat seperti itu, akan jauh lebih jahat bila anak-anak anjing tersebut dimasa depannya hidup terlantar akibat dibuang oleh majikannya. Kelaparan, ditimpuki orang, terinfeksi penyakit adalah pemandangan biasa bagi nasib anjing-anjing terlantar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan satu hal lagi kelakuan para Breeder Nakal (Pembiak Anjing) yang nekat mendatangkan atau mengirim Anjing dengan cara terselubung. Padahal sudah jelas-jelas ada Perda Bali yang melarang keras Anjing masuk ke pulau Bali, giliran ditangkap ngambek gara-gara anjingnya dieksekusi mati. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya juga tahu kalau anjing ras yang dijual rata-rata sudah lengkap diberikan vaksin dan mereka juga sudah teregister Perkin. Ingat, perbuatan Ilegal tetap ilegal, kalau tidak boleh ya sudah, masih banyak daerah lain di Indonesia yang bisa menjadi target pemasaran. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Intropeksi diri, jangan terlalu rakus mengejar keuntungan, mereka juga makhluk hidup yang punya perasaan. Bukan mereka yang harus berterima kasih kepada anda, tapi andalah yang seharusnya berterima kasih kepada mereka. Sudah berapa banyak pengorbanan mereka yang rela dipisahkan dari anak-anaknya demi memberikan rejeki kepada anda. Mudah-mudahan anda yang sedang membaca ini bukan breeder nakal 🙂</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Angka Kriminalitas di Bali Sedikit apalagi Dulu</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tahun 90an kebawah, Bali merupakan Kota paling Aman di Indonesia selain dikenal dengan keramah tamahan para penduduknya. Sudah menjadi kebiasaan umum bagi masyarakat bali saat mengikuti upacara adat dan bekerja disawah, motor ataupun mobil mereka diparkir begitu saja di jalanan. Dan hebatnya kunci masih tergantung di kendaraan mereka. Sangat mudah bukan, jika ada orang yang ingin berniat jahat?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi sayangnya fenomena unik tersebut sudah jarang, jangankan motor, helm saja bisa hilang kalau menaruh sembarangan, khususnya didaerah perkotaan Bali. Namun untuk di wilayah bagian Bali lainnya, terutama di pedesaan fenomena unik ini masih bisa kita lihat sampai sekarang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hebatnya, hingga kini Bali tetap memegang rekor di Indonesia sebagai daerah paling aman, angka kriminalitas di Bali sangat sedikit jika dibandingkan dengan angka kejahatan di daerah Indonesia lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Unik bukan? Kenapa orang Bali bisa seperti itu? Karena mereka sangat meyakini hukum karma, apa yang mereka lakukan sekarang, perbuatan baik atau buruk akan dituainya nanti cepat atau lambat, bahkan perbuatan ini juga bisa ditebus dikehidupan selanjutnya (Reinkarnasi).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Berbagai Macam Tradisi Unik yang Hanya bisa Kamu Temukan di Bali</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="600" data-original-width="1000" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG2bY1ooRTBN4eQ-hz4hQJWkDfF8i1_1ElrYzpnWVkawlCD8asffgjF5WqcVDGB_OXsh5UX4DIWxcZt7DzZ7I9OR_m39ce9OC0QwUqAgBMgLI2c46WHBK9iIT9-1Hd_DINjLgXLzDEcOtd/s400/kebersamaan.jpg" width="400" /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk sekedar tahu bagi kamu yang belum pernah mendengarnya, di Bali sangat kaya akan ritual uniknya. Hampir disetiap desa selalu berbeda tradisi/ritual yang rutin mereka lakukan setiap tahunnya. Contohnya seperti dibawah ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Festival omed-omedan, ciuman Massal di Bali</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Serunya menyaksikan festival omed-omedan di Bali, bagi para kaum jomblo pemandangan seperti ini tentu saja bikin ngiler berat hehehe. Biasanya tradisi unik ini diadakan setelah hari raya Nyepi dan dapat dijumpai di Banjar Kaja, Desa Sesetan Denpasar. Tradisi unik ini sudah lama ada, diwariskan dari para leluhur desa sesetan yang mempunyai tujuan untuk menghalangi/tameng dari malapetaka dan wabah penyakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ritual Unik Kesurupan Massal di Pura Petilan Kesiman, Denpasar</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Delapan hari setelah hari raya Kuningan, di Pura Petilan Desa Kesiman biasanya diadakan ritual Pengrebongan yakni ritual kesurupan massal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak hanya mengalami kerauhan/kesurupan saja, orang-orang yang dalam keadaan dibawah sadar ini selain berteriak histeris, tertawa ataupun menangis mereka juga melakukan aksi yang terbilang nekat yakni menusukkan sebilah keris ke arah dada, leher ataupun jantung. Hebatnya, tusukan tersebut seakan tak berarti sama sekali dan tubuh mereka sedikitpun tidak ada yang terluka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ritual ngerebong ini sendiri bertujuan untuk merubah sifat-sifat jahat (butha) menjadi sifat baik (dewata) selain juga sebagai ucapan syukur terhadap kebaikan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan dalam umat Hindu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tradisi Perang Pandan Berduri di Desa Tenganan, Karangasem</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tradisi berkelahi dengan pandan berduri atau dijuluki juga perang pandan (mekere-kere) adalah salah satu tradisi menarik yang paling banyak diminati oleh para wisatawan lokal maupun asing. Awal mula tradisi perang pandang ini dikisahkan tentang seorang Raja kejam bernama Maya Denawa yang mengaku dirinya adalah seorang Dewa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengakuan ini membuat para dewa-dewa murka sehingga mengutus Dewa Indra. Sesampainya Dewa Indra disana, Raja Denawa tak bisa dinasehati malahan menantang Dewa Indra. Perkelahian pun terjadi, namun pertarungan keduanya dimenangkan oleh Dewa Indra. Adapun tujuan tradisi ini selalu rutin diadakan tiap tahunnya sebagai wujud penghormatan kepada Dewa Indra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ok sahabat, sebenarnya masih banyak banget hal-hal unik tentang Bali. Selain kaya akan tradisi dan kebudayaannya. Banyak tempat wisata menarik disana, seperti wisata lumba-lumba di pantai Lovina Singaraja, Ikan purba langka Mola-Mola di Nusa Penida, Tempat pemandian air suci Tirta Empul, Festival layang-layang terbesar di Asia, Pawai Ogoh-ogoh, Pemakaman Unik di desa Trunyan yang bisa bikin bulu kuduk kita merinding disko. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan masih banyak lagi yang belum saya sebutkan diatas. Biar gak bikin penasaran, mendingan kamu sendiri saja berlibur ke Pulau Bali 🙂</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://www.kejadiananeh.com/</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-87667895610204989592017-05-31T01:13:00.000-07:002017-05-31T01:13:09.972-07:00Dikira Ida Betare Yang Muncul, Ternyata Celuluk Dadong Rerod<div style="text-align: justify;">
I Joblar manusa tiwas nektek (I Joblar manusia terlalu miskin) dengan tanggungan istri, anak banyak, membuatnya menjadi seorang kepala keluarga sarat akan beban. Untuk menghidupi keluarganya, I Joblar hanyalah mengandalkan dari nguyeng setir (sopir) bemo jurusan Kreneng-Sanur PP. Itu yang ia lakuakan dari dahulu sampai sekarang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="820" data-original-width="1000" height="524" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvYONqC7YroIh_HXi0Tx5zumsBOiPqw3SzIWDFFNDA5AZgbnrVOum2fnjDM1S_hUnEw3mIUdI0x2AidyJDQVczilfDNZ_IGv2FVk5O86awNHyFC0my3aTbbnWoMwLDGnbzzGqNcyjPyWdy/s640/celulok+dadong+rerod.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Ilustrasi</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dahulu ketika jaman tidak semaju sekarang, sopir jurusan Sanur-Kreneng memang takjir, karena banjir penumpang. Namun apa yang terjadi saat ini, semua orang sudah punya sepeda motor maupun mobil sehingga jarang yang mau naik bemo. Kalau ada orang yang mau naik bemo itu karena kepepet dan jeleknya lagi, bemo yang ditumpangi tersebuit dipilih yang agak baru, berisi musik hiburan. Sial sekali bagi I Joblar yang hanya nyetir bemo brengsek milik bosnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi apa boleh buat, hanya itu yang bisa ia kerjakan untuk menghidupi keluarganya. Kadangkala kalau hari baik ia dapat setoran lumayan, tapi kalau hari lagi apes bisa-bisa norok uang bensin alias tidak bawa uang pulang. Begitulah keseharian yang dialami oleh I Joblar sebagai sopir bemo jurusan Kreneng-Sanur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti biasa, sopir bemo sekarang jarang ada yang mau ngantre di terminal, soalnya ngantrenya lama dan seringkali tidak dapat setoran cukup. Banyak terminal bayangan (tempat nongkrong) dimana sering ada penumpang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diceritakan I Joblar bersama teman-teman sejawatnya nongkrong di sebuah ruas jalan di Denpasar. Seperti siang hari, sambil menunggu anak sekolah atau pegawai pulang kantor, ia bersama dengan temannya mengisi waktu dengan bermain domino. Ada yang ngobrol dan ada juga yang membawa paito, ngerumus nomor jitu yang kiranya akan keluar pada hari itu. I Joblar sejatinya jarang membeli togel. Tapi entah kenapa ketika itu I Joblar tertarik dengan rumus yang disampaikan oleh temannya yang konon rumusnya tersebut jitu dan sudah beberapa kali ngukup alias tembus, dapat uang banyak. Ia tetarik dengan nomor tersebut kemudian membeli dengan jumlah yang banyak. I Joblar tembak tiga angka, empat angka dan dua angka, sehingga ia membeli nomor sebanyak seratus ribu. Tumben ia membeli nomor banyak sebegitu karena saking yakinnya dengan harapan ia akan mendapat banyak uang dan menjadi orang kaya mendadak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diceritakan menjelang malam pengumuman nomor akan segera mulai. I Joblar dengan perasaan degdegan menanti kabar nomor berapa yang keluar hari itu. Kemudian datang seorang temannya yang juga seorang pedagang nomor dan I Joblar menanyakan nomor keluar. Ternyata nomor yang keluar sama sekali tidak ada mengena dengan nomor yang dibeli oleh I Joblar. I Joblar mengumpat-ngumpat sendirian dan menyesal. Yang menjadi semakin berat hatinya adalah uang yang dipakai untuk membeli nomor tersebut adalah uang titipan dari mertuanya diberikan kepada anaknya untuk uang sekolah besok hari. Keringat basahnya mulai keluar saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Brengsek…..brengsekkk……...</i> demikian katanya dalam hati sambil duduk di bawah pohon mangga yang tidak pernah berbuah di depan rumahnya. Ia mulai berpikir, bagaimana caranya untuk mendapatkan uang agar anaknya bisa bayar sekolah. Dan satunya lagi ia merasa malu kalau hal ini diketahui oleh mertuanya yang sudah berbaik hati membantunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang yang namanya kepepet, pastilah pikiran yang bukan-bukan akan keluar. I Joblar mempunyai ide yang mungkin jarang orang mempraktekkannya. Ia nanti malam akan mencoba untuk nunas nomor ke setra atau pemuwunan. Dengan pasrah ia datang tengah malam ke setra dimana tak seorang pun yang tahu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I Joblar duduk di pemuwunan bersila, mengucapkan kata seadanya kepada penguasa kuburan. Ia bilang begini <i>“uduh Ratu Betara sane melinggih driki, tyang damuh paduka Betara tiwas nektek, magda sueca ida ngicenang tityang nomor togel sane jitu empat angka, jagi tumbas titiang benjang. Mangda tiang dados anak sugih nadak, tur nyidaang mayah utang”</i>. Demikianlah kasarnya mantra permohonan I Joblar yang polos di pemuwunan malam itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah beberapa lama ia mengucapkan itu, tak ada tanda-tanda ia akan mendapatkan anugrah, ia mulai kesal dan dalam hatinya berkata. <i>“Peh Betara di sini pripit”</i>(peh… betara di sini pelit). Demikian dalam hatinya mulai kesal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia hendak menyelesaikan semedinya, karena tidak ada tanda-tanda apa. Namun ketika ia mau mengangkat pantatnya dari duduknya, tiba-tiba ada pusaran angin di sekitar tempat tersebut, kemudian dalam sekejap tampak sinar putih kemerahan muncul di hadapan I Joblar. I Joblar yang sudah pasrah diam saja mengamati apa yang akan terjadi. Kemudian tiba-tiba muncul sosok seperti celuluk dalam drama calonarang kepalanya botak rambut panjang, gigi renggah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I Joblar segera mencakupkan tangan menghaturkan sembah serta memohon agar apa yang menjadi permintaannya segera dikabulkan. Sosok celuluk itu berkata <i>hehhh…..hehh…… hehheheh…… apa alih cai mai Blar?</i> Demikian celuluk itu berkata seperti manusia. I Joblar berkata….<i> Beh…. ratu betara pura-pura tak mengerti aja. Kan sudah saya bilang tadi mau mita nomor!</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar permintaan I Joblar, celuluk tersebut kemudian tertawa cengengesan. <i>"Hahaaaaaaaaaaa…….. cai nagih nomor togel, kaden kai cai lakar melajah ngeleak”</i>. (kamu minta nomor togel, aku kira kamu mau belajar ngeleak?)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Kai tusing nyidaang ngemang cai nomor. Kai sing ja demen teken nomor togel. Kai sing ja Betara. Kai sing ja len tuah Dadong Rerod pisagan caine. Haha….ha..”</i> (Aku tidak bisa memberimu nomor togel yang jitu, soalnya aku bukan penggemar togel. Lagian aku bukan betara, aku adalah Dadong Rerod tetanggamu. Hahaha……….haha…..)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian celuluk itu tertawa cekikikan sambil sekejap menghilang dari pandangan mata I Joblar. I Joblar menjadi kesal hatinya, ketika semedinya nunas nomor diganggu oleh leak celuluk Dadong Rerod. Dan hari sudah mulai subuh, ia pulang dengan kesal tanpa mendapatkan apa-apa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan perasaan kesal dan sedikit loyo, I Joblar kembali bangun pagi untuk menyetir bemonya menuju terminal Kreneng-Sanur. Sambil melamun nyetir mobil teringat dengan kejadian tadi malam dan teringat dengan uang sekolah anaknya yang ia pakai beli nomor. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kegalauan hatinya tiba-tiba saja di depan terlihat ada manusia putih dengan hidung mancung mengacungkan tangannya nyetop bemonya. Empat orang touris menyetop bemonya dan berkata <i>“I want to go to Nusa Dua. Could you help me?”</i> Demikian tourits tersebut berkata, yang hanya dijawab yes oleh I Joblar. Ia tak mengerti apa yang dikatakan touris itu. Karena mendengar Nusa Dua, ia menganggap bahwa touris tersebut minta diantar ke Nusa Dua. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian tourist tersebut naik ke bemonya dan diantar ke Nusa Dua. Di sepanjang perjalanan tourist tersebut menyebut-nyebut nama Putri Bali Hotel. I Joblar berpikir bahwa tujuannya adalah Hotel Putri Bali. Bemonya pun meluncur ke Hotel Putri Bali. Tourist yang diantar tersebut merasa senang karena telah sampai di tujuan yang dimaksud. Kemudian tourist tersebut menyodorkan sejumlah uang kepada I Joblar dan bilang tengkyu sambil melambaikan tangan menuju hotel tersebut. Ternyata jumlah uang yang diberikan tourist itu sebanyak tiga ratus ribu rupiah. Sungguh terkejut I Joblar. Antara senang dan terharu hatinya. Ia segera pulang dengan lega dan terharu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin ini anugrah dari Ida Betara pemuwunan tadi malam. Bukan nomor yang diberi tetapi uang tunai. Dalam hatinya I Joblar berkata, tidak akan memberi nomor lagi, dan akan selalu bersyukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kemudian ketika sampai di depan rumahnya mau memarkir bemo, tiba-tiba saja Dadong Rerod menyapanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I Joblar jadi teringat lagi dengan peristiwa kemarin malam dengan Celuluk Dadong Rerod. Dadong Rerod berkata <i>“Blar…. de ngorta unduk ane ibi sanja apang sing dadong lek”</i> (Joblar jangan menceritakan peristiwa kemarin malam agar Dadong tidak malu).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disahut oleh I Joblar <i>“tenang gen dong. Cang sing ja lakar ngorta. Keto masih apang dadong tusing ngorta teken unduk icange di semane ibi sanja”.</i> (Tenang saja nek, saya tak akan cerita kepada orang lain. Demikian pula agar nenek tak menceritakan apa yang saya lalukan kemarin malam di kuburan).</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian kedua oknum tersebut menjalin kesepakatan rahasia dan keduanya saling mengangguk, dan berlalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://kanduksupatra.blogspot.co.id</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-89652813904008397252017-05-30T11:36:00.000-07:002017-05-30T11:37:49.987-07:00Sejarah Dan Jasa - Jasa Mulia Mpu Kuturan Di Bali<div style="text-align: justify;">
Mpu Kuturan merupakan salah satu dari Panca Pandita yang tiba di Bali pada hari Rabu Kliwon wuku pahang, maduraksa (tanggal ping 6), candra sengkala agni suku babahan atau tahun caka 923 (1001M) yang berkaitan dengan Siwa Buddha yang ada di Bali, selanjutnya berparhyangan di Pura Silayukti (Padang).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="664" data-original-width="1198" height="352" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ4BisObKWgSyDSjrO49GCnpvNPYwOsJqe2AbbHm0tomcDMTqUUO7OYBdYBJCdi3OKQe-whdz1ZdzsjjZF7TYUxeAWOgPHdOiuoBXeSmT8TUADvrjJLuOYuNiccmTU2YY4KcFBi1YxE2Fp/s640/ab+exe+1.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<i>Ilustrasi</i></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari adanya lontar Calon Arang dapat diketahui bahwa Mpu Kuturan berasal dari Jawa Timur yaitu di suatu tempat bernama Girah, dan disanalah beliau pernah berkuasa sebagai seorang Raja. Beliau berangkat dan menetap di Bali didorong oleh tiga faktor penyebab yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Memenuhi permintaan Raja suami istri Gunaprya Dharmapatni & Udayana Warmadewa yang bertahta di Bali pada tahun caka 910 sampai dengan 988 atau tahun 988M sampai dengan tahun 1011M, yang memerlukan keahlian beliau dalam bidang adat dan agama untuk merehabilitasi dan mestabilisasi timbulnya ketengangan-ketegangan dalam tubuh masyarakat Bali Aga</li>
<li>Karena bertentangan dengan istri beliau yang menguasai magic. Sebab itu istri beliau ditinggalkan di Jawa yang dijuluki “Walu Natheng Girah” atau “Rangda Natheng Girah” (jandanya Raja Girah)</li>
<li>Sebagai bhiksuka atau Sanyasa, beliau lebih mengutamakan ajaran dharma dari pada kepentingan pribadi</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kesempatan yang baik itu beliau pergunakan untuk untuk datang ke Bali, karena dorongan kewajiban menyebarkan dharma. Selain Senapati, beliau juga diangkat sebagai sebagai ketua Majelis ”Pakira kiran I Jro makabehan:, yang beranggotakan sekalian senapati dan para pandita Ciwa dan Budha. Dalan suatu rapat majelis yang diadakan di Bataanyar yang dihadiri oleh unsur tiga kekuatan pada saat itu, yaitu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Dari pihak Budha Mahayana diwakili oleh Mpu Kuturan yang juga sebagai ketua sidang</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Dari pihak Ciwa diwakili oleh pemuka Ciwa dari Jawa</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Dari pihak 6 sekte yang pemukanya adalah orang Bali Aga</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam rapat majelis tersebut Mpu Kuturan membahas bagaimana menyederhanakan keagamaan di Bali, yg terdiri dari berbagai aliran. Tatkala itu semua hadirin setuju untuk menegakkan paham Tri Murti untuk menjadi inti keagamaan di Bali dan yang layak dianggap sebagai perwujudan atau manifestasi dari Sang Hyang Widhi Wasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konsesus yang tercapai pada waktu itu menjadi keputusan pemerintah kerajaan, dimana ditetapkan bahwa semua aliran di Bali ditampung dalam satu wadah yang disebut “Ciwa Budha” sebagai persenyawaan Ciwa dan Budha. Semenjak itu penganut Ciwa Budha harus mendirikan tiga buah bangunan suci (pura) untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudannya yaitu Pura “Kahyangan Tiga” yang menjadi lambang persatuan umat Ciwa Budha di Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Bali, Salah satu nama Tuhan adalah Sang Hyang Mbang atau Mahasunyi yang dalam agama Buddha ada istilah Sunyata. Tahun baru di Bali dirayakan dengan sunyi (sunyata). Di Bali Selatan, ada Pura Sakenan yang puncak piodalannya jatuh pada Hari Raya Kuningan. Sementara Sakenan berasal dari kata Sakyamuni. Sakyamuni nama asli Sidartha Gautama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mpu Kuturan sendiri adalah pendeta Buddha yang peninggalannya adalah Meru, hasil modifikasi Pagoda umat Buddha. Pada Abad ke-16, Bali mengalami masa kejayaan di bawah Raja Dalem Waturenggong. Dalam masa kerajaan itu ada penasihat spiritual yaitu pendeta Siwa-Buddha. Peninggalannya berupa Padmasana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentang adanya Mpu Kuturan di Bali dapat diketahui dari 7 prasasti peninggalan purbakala, dimana disebutkan bahwa Mpu Kuturan di Bali berpangkat “Senapati”, dan prasasti-prasasti tersebut kini masih terdapat:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Di desa Srai, kecamatan Kintamani, kabupaten daerah tinggkat II Bangli, bertahun Caka 915 atau 993M</li>
<li>Di desa Batur, kecamatan Kintamani, kabupaten daerah tingkat II Bangli, bertahun caka 933 atau 1011M</li>
<li>Di desa Sambiran, kecamatan Tejakula kabupaten tingkat II Buleleng, bertahun caka 938 atau 1016M </li>
<li>Di desa Batuan, kecamatan Sukawati kabupaten tingkat II Gianyar bertahun caka 944 (1022M)</li>
<li>Di desa Ujung Kabupaten daerah tingkat II Karangasem bertahun caka 962 (1040M)</li>
<li>Di Pura Kehen Bangli, kabupaten tingkat II Bangli, karena sudah rusak tidak tampak tahunnya </li>
<li>Di desa Buahan, kecamatan Kintamani, kabupaten daerah tingkat II Bangli bertahun caka 947 (1025M)</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sekian banyaknya prasasti sebagai fakta sejarah yang mencantumkan nama Mpu Kuturan sebagai Senapati di Bali. Dan menurut salah satu komentar di forum diskusi jaringan hindu nusantara, adapun sekte - sekte di Bali yang dipersatukan Mpu Kuturan pada waktu pemerintahan Raja Udayana menjadi tiga, yaitu Siwa, Budha, dan Waisnawa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesembilan sekte itu adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Brahmana</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Bodha atau Sogatha</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Bhairawa</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Ganapatya</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Pasupata</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Rsi</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Sora</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Waisnawa</div>
<div style="text-align: justify;">
9. Siwa Sidantha</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Silsilah Mpu Kuturan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ida Bhatara Lingsir Hyang Pasupati menurunkan Sang Hyang Putranjaya, Sang Hyang Dewi Dhanu dan Sang Hyang Genijaya. Sang Hyang Genijaya (melinggih di Pura Lempuyang Luhur) menurunkan Panca Dewata, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Mpu Gnijaya</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Mpu Semeru</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Mpu Ghana</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Mpu Kuturan</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Mpu Bradah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekedar tahu, Sanak Sapta Rsi diturunkan oleh Mpu Gnijaya yang beristrikan Ida Bhatari Dewi Manik Geni yaitu putri dari Ida Bhatara Putranjaya. Mpu Kuturan, meringkas sekte pemujaan menjadi Trimurti: Brahma, Wisnu dan Ciwa yang akhirnya dalam desa pekraman menciptakan 3 soroh pura:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="312" data-original-width="468" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOsbD-jOkaGsS68wktf3jwi4mIiGQCdiupPJVLh3YEDlbMSJuNzObXSVg5e7aEl58qMZA77CuuaYadzsNSBxFpqDuTCLlhvAOpDTZWUT9S3iadEhnlHM_Ptu_RqY7v3Gof3Qfk4RkN0TLo/s400/ab+exe.jpg" width="400" /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Pura Puseh di Desa Batuan, Sukawati Gianyar </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pura Desa : Sthana Ida Bhatara Brahma</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menitis ke Hyang Genijaya yang bersthana di Pura Lempuyang Luhur, Beliau dianggap yang menguasai hal-hal spiritual beserta sub-subnya termasuk usadha (balian).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Pura Puseh: Sthana Ida Bhatara Wisnu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menitis ke Ida Bhatara Dewi Dhanu, Beliau Bersthana di Pura Batur, Ulun Danu. Beliau dianggap yang menguasai hal-hal kesuburan, kesejahteraan, kekayaan dan welas asih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Pura Dalem: Sthana Ida Bhatara Ciwa</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau menitis ke Hyang Putranjaya, menurut penuturan Pinisepuh, Beliau belum bersthana di mana-mana tetapi sementara ini Beliau melinggih di Gunung Agung dan beliau juga dianggap yang berkuasa atas ha-hal2 kepemerintahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mpu Kuturan juga melahirkan konsep pemujaan ke atas yang di wujudkan dengan Tri Purusha yaitu:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Ciwa</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disimbolkan dengan keberadaan gunung karena merupakan Sthana Dewata tertinggi di alam Bali dan gunung tersebut adalah gunung Agung yang disimbolkan sebagai Ciwa di mana pura Kahyangan Jagat Besakih didirikan sebagai pusat Leluhur Nusantara sekarang ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b> 2. Sadaciwa</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah manifestasi dari Ida Bhatara Sang Hyang Ismaya atau dikenal dengan Sabda Palon atau dikenal juga sebagai Semar atau Tualen di Bali. Beliau adalah pengemong atau yang menjaga dan penasehat para Leluhur dari jaman ke jaman. Dikhabarkan bahwa sebelum Kerajaan Majapahit runtuh Sabda Palon berjanji untuk kembali lagi 500 tahun kemudian untuk membangkitkan kembali ajaran Ciwa Budha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Paramaciwa</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau adalah Ida Betara Lingsir Hyang Pacupati sendiri yang menurunkan umat manusia. Adalah tingkatan tertinggi dari tatanan kehidupan manusia du dunia. Perpaduan konsep horisontal (mendatar) dan vertikal (atas bawah) kalau digabungkan adalah Tapak dara, Purusha Pradhana, Rwabhineda yang disebut dengan Ardhanareswari yaitu Bapak dan Ibu atau Ciwa (bapak) dan Budha (ibu), Padamasana adalah Ciwa dan Rong Tiga adalah Budha, menjadi satu disebut Hyang Tunggal dan segala sebutan Beliau Hyang Widhi Wasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Karya Spiritual Mpu Kuturan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh kemampuan yang sangat luar biasa yang dimiliki oleh Beliau Mpu Kuturan. Peninggalannya tentang konsep pemujaan Ciwa Budha adalah karya spiritual yang sungguh hebat karena menyatukan kerumitan silsilah Dewata menjadi konsep sederhana yang sangat mudah untuk dipahami dan lestari sampai sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Berikut adalah karya spiritual Mpu Kuturan:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Konsep Ciwa Budha adalah yang terbesar seperti dijelaskan di atas karena menjadi acuan pemujaan seluruh umat Hindu Dharma di Nusantara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Konsep Desa Dalem Puseh sebagai lanjutan penerapan konsep Ciwa Budha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Konsep Catur Loka yaitu konsep mendirikan pura pemujaan pada masing-masing maksud yang terdiri dari: </div>
<div style="text-align: justify;">
a). Pura Kawitan </div>
<div style="text-align: justify;">
b). Pura Dhang Kahyangan </div>
<div style="text-align: justify;">
c). Pura Sad Kahyangan atau Perhyangan Jagat </div>
<div style="text-align: justify;">
d). Kahyanan Jagat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Bentuk pelinggih seperti meru dan lain-lainnya adalah hasil dari penciptaan Beliau. Namun Padmasana disempurnakan lagi bentuknya oleh Dhang Hyang Niratha salah satu dari keturunan Beliau juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pura-pura Karya Mpu Kuturan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Pura Besakih bersama dengan Rsi Markandhea</li>
<li>Pura Silayukti di Padangbai, Karangasem adalah tempat Beliau bersemedhi dan Moksha.</li>
<li>Pura Batu Pageh, Desa Ungasan, Badung adalah pura yang disebut sebagai pagar Niskala alam Bali diatur dari pura ini.</li>
<li>Pura Samuan Tiga, adalah pura bersejarah waktu mempersatukan sekte-sekte di Bali.</li>
<li>Pura Sakenan, di Serangan</li>
<li>Pura Watu Klotok, di Klungkung</li>
<li>Pura Uluwatu, di Ungasan</li>
<li>Pura Menjangan, di Buleleng barat</li>
<li>Pura Ponjok Batu, di Buleleng timur</li>
<li>Pura Pejeng di Pejeng Gianyar</li>
</ul>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbRpFXCtQa-Qe1BwgB3_O7g9G0uf8I8xuwUGy1UfCYZjNFhyEqRI8Z2rMpnqeD4kYR_tdjweE8R3EXRASA2SeYyXZbHzjJZHbY00ENIQGp6tTnMJ8hpZeroN5mOgmDdmV_oneRiUfezBZa/s400/abs+and.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Pura Besakih</i></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah keputusan penting yang telah dibahas dalam Pesamuan Agung tersebut. Selanjutnya hal ini menjadi warisan tak ternilai bagi umat Hindu dan masyarakat Bali, dimana hal ini berkaitan dengan tata tertib, tata kehidupan masyarakat, dan agama. Sebab keputusan tersebut sangat cocok dengan aspirasi dan kondisi masyrakat Bali saat itu, yang kemudian melahirkan masyarakat sosioreligius, dan masih dapat dilihat sampai saat ini. Tempat Pesamuan Agung yang terletak di desa Bedahulu, Gianyar kemudian dikenal dengan sebutan Samuan Tiga yang bermakna pertemuan segi tiga, ditempat ini saat ini telah berdiri sebuah pura yang disebut pura Samuan Tiga atau pura Samuan Telu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari nama itu telah memberikan kesan, bahwa disinilah paham trimurti mulai diperkenalkan dan ditegakkan, serta paham Siwa-Budha yang disatukan atas dalil yang berbunyi : “Ndatan len kira Siwa rupa Budha, maka pati urip ikang trimandala, Sang Sangkan Paraning Sarat ganal alit hita ala ayu kojaring aji, utpett, stithi, linaning dadi kita kocanani paramartha Sogatha”. Artinya : “Tiada lain Siwa yang berupa Budha, berkuasa menghidupkan sekalian makhluk penghuni tiga alam semesta, manciptakan besar dan kecil, kasar dan halus, suka dan duka, Engkau yang mengadakan ajaran agama (Dharma), yang berdasarkan nilai-nilai kelahiran, kehidupan, dan akhirnya kematian. Jadi Engkau adalah penyebab tertinggi wahai Budha”. (Prasasti Samuan Tiga)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak saat itu, kehidupan masyarakan di Bali menjadi lebih tertib, aman, rukun, dan damai. Mereka saling hormat-menghormati sesuai dengan semboyan “Bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrwa”, yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu dalam pelaksanaan terhadap dharma atau kewajiban. Seperti keputusan di Pesamuan Agung yang diadakan di Bataanyar, dimana Mpu Kuturan yang menjadi pemrakarsanya. Peristiwa itu terjadi kurang lebih tahun 1002 M.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1007 M, Mpu Kuturan atas persetujuan dari Raja/Ratu dan yang hadir pada saat Pesamuan Agung di Samuan Tiga, Bataanyar. Memberikan wewenang kepada para Bhujangga Waisnawa untuk memimpin pelaksanaan yajna baik besar maupun kecil yang diadakan di seluruh wilayah kerajaan, dan Mpu Kuturan berpesan kepada Bhujangga Waisnawa sebagai berikut : “Wahai Bhujangga Waisnawa sekalian, jangan lupa dengan junjungan dan tugas kewajiban kalian, yang disebut Tri Wisesa, sebagai pemeluhara kita, apabila kalian lalai dan lupa, kalian pun akan dilupakan oleh Sang Hyang Tri Wisesa, yang dapat membuat kita bingung karena Sang Hyang Tri Wisesa itulah sebagai sumber kita sekalian, agar kamu sekalian mengerti”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disamping hal tadi ada juga panjelasan Mpu Kuturan yang mengatakan pada bilamana terjadi kekeruhan di dunia, harus diadakan upacara yadna yang bernama tebasan. Upacara ini harus dipuja dan dipimpin oleh Sang Bhujangga Waisnawa. Hanya Sang Bhujangga Wausnawa yang berwenang memuja dan memimpin upacara, pangklukatan (penyucian) tersebut, bilamana terjadi kekeruhan di dunia dan alam semesta ini, termasuk yang behubungan dengan pekarangan rumah, tegalan (ladang), persawahan, dan lain-lain. Jika bukan Sang Bhujangga Waisnawa yang memimpin dan memuja upacara pangklukatan itu, maka upacara tersebut tidak akan berhasil, sebab hal tersebut merupakan tugas dari Sang Bhujangga Waisnawa. Apabila sudah dilaksanakan seperti itu, barulah Pulau Bali akan menjadi aman sentosa. Dikisahkan pula bahwa para Bhujangga Waisnawa yang berleluhur Maharsi Markandeya, ketika tiba di Bali membawa berbagai pustaka suci Weda, yang memuat ajaran suci seperti : Sruti, Smerti, Candrakarana, Kirthabhasa, Dasanama, Upanisad, Wedanta sutra, Itihasa (Ramayana dan Mahabrata), dan berbagai Purana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Desa Pakraman Ciptaan Mpu Kuturan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Desa pakraman hasil ciptaan Mpu Kuturan, melahirkan tatanan kehidupan masyarakat, suatu wadah kesatuan dan persatuan masyarakat Bali, yang berisi tuntunan tata krama yakni suatu aturan hidup untuk menciptakan suasana kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang di dalam kehidupan masyarakat. Selain tatakrama juga terdapat nilai – nilai kebersamaan yaitu musyawarah untuk mufakat. Dalam desa pakraman juga diatur tentang tata ruang karena dalam kehidupan masyarakat manusia ini memerlukan kebutuhan hidup yang mencukupi, yang disebut “Panca Wa Sasaning Nithi Warga”. Yang dimaksud Panca Wa itu adalah kebutuhan pokok hidup, yang terdiri dari Wisma (perumahan), Wastra (sandang), Wareg (pangan), Waras (kesehatan), dan Waskita (pendidikan dan rekreasi). Di dalam hal ini wawasan lingkungan ditentukan, sehingga tata ruang jelas diketahui, dimana masing – masing wilayah ditetapkan tentang kegunaan dan manfaatnya, seperti misalnya : lokasi kahyangan, perumahan, bangunan umum untuk kepentingan bersama, lapangan, jalan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, model atau corak desa di Bali, apabila mengikuti tataruang ini akan tampak ada persamaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="531" data-original-width="983" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqZoU7z4cOvC087FVzUnsjVwlsIo2x1etCirceU5sAjRQ5iRdb0Sg6YSbZVqaAG6d33xsHkV042eLkFZoCdE8axk2H6iJc_r9pL_0HPhc0pU8_zpSvKdlIwRT4tICOuSEkBJjjmUckT-vs/s400/abs+and1.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Desa Penglipuran, Bali (www.cumilebay.com)</i></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia di dalam kehidupannya membutuhkan suatu tempat tinggal sekelompok manusia yang disebut hunian. Hunian ini bukanlah merupakan sesuatu hanya dipergunakan melainkan mempunyai fungsi sebagai perekat rasa atau batin untuk memperkat hubungan sosial. Di dalam pembangunan, bukan saja merupakan kegiatan yang bersifat fisik, namun melibatkan pula hal – hal yang bersifat non fisik, melalui ritual keagamaan. Jiwa dan rasa penghuninya dikaitkan dengan setiap bangunan yang didirikan. Tataruangan suatu hunian mengikuti dan berpedoman kepada tataruang. Hunian bukan saja menampung manusia semasa hidupnya, melainkan juga manmpung manusia yang telah meninggal dunia, termasuk yang sudah tidak terwujud yaitu arwah suci para leluhur, yang distanakan di tempat khusus yaitu Sanggah atau Pemrajan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh sebab itu, antara sekala (alam nyata) dengan niskala (alam gaib) dapat dipadukan kelestariannya dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga masalah aktual dan spiritual dapat diwujudkan, disenyawakan, dan diselaraskan seperti apa yang dikonsepkan dalam ajaran “Rwa Binedha”. Persenyawaan ini harus diaktifkan malaui ritual. Melalui ritual inilah, ruang memperoleh makna dan waktu serta peristiwa sehingga pedoman yang mengatur kegiatan ini adalah suatu lingkungan yang teratur dan utuh, sebab pedoman yang terjadi berdasarkan atas kesepakatan yang diyakini bersama. Kebutuhan lingkungan akan menjadi kuat apabila mulai dari tataruang, bangunan, alat, pakaian, kelakuan sampai ritual berdasarka suatu pedoman. Begitu pula pengendalian sumber daya harus dijadikan upaya untuk menjaga keseimbangan lingkungan, termasuk di dalamnya tentang ketahanan, ketertiban, dan keamanan yang mantap, ampuh, dan terkendali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada konsep tataruang yang bebudaya dan berwawasan lingkungan positif, yang ditetapkan oleh Mpu Kuturan ke dalam masyarakat Bali, dapat memberikan warna dan corak kehidupan masyarakat di daerah ini. Seperti misalnya : Triangga, Trimandala, Hulu teban, Astabhumi, Asta Kosala-Kosali, Bamakerthi, Jananpaka, dan lain sebagainya. Semua ini kemudian menjadi landasan berpijak bagi masyarakat Hindu di Bali dan pedoman di dalam setiap gerak kehidupan bermasyarakat yang dapat memperkuat rasa kebersamaan diantara masing-masing kelompok dan perorangan. Semua konsep dan ajaran Mpu Kuturan akhirnya dijadikan warisan tak ternilai bagi masyarakat Hindu di Bali, walaupun tidak sedikit pemakai konsep dan ajaran ini tidak mengetahui siapa arsitek konsep dan ajaran tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karya lain dari Mpu Kuturan adalah berhasil memperluas dan memperbesar Pura Besakih, serta menciptakan Pelinggih Meru dan Gedong. Mpu Kuturan juga yang mengajarkan pembuatan kahyangan secara spiritual, termasuk pembuatan jenis – jenis pedagingan. Selain itu, Mpu Kuturan juga yang telah menciptakan konsep Tri Hita Karana, yang berarti tiga penyebab kebahagiaan, yaitu : Parahyangan yang berarti hubungan manusia dengan Tuhan, yang termanifestasi dalam bentuk Kahyangan Tiga, Palemahan yaitu hubungan manusia dengan alam dan lingkungan di sekitarnya tercermin dari wilayah tertorial dari desa pakraman, dan Pawongan yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia yang tercermin dalam kramaning warga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Guna menjaga ketentraman masyarakat Bali, Mpu Kuturan mendirikan dan menyempurnakan Pura Kahyangan Jagat yang berjumlah delapan buah, yaitu : Pura Besakih, Lempuyang, Andakasa, Goa Lawah, Batukaru, Beratan, Batur, dan Uluwatu. Selain itu Mpu Kuturanlah yang memprakarsai upacara ngenteg linggih atau yang sering disebut ngelinggihang (menstanakan) Dewa Pitara (roh suci leluhur) di sanggah atau pemrajan pada rong tiga (kemulan). Pelinggih Rong Tiga juga berlaku untuk tempat suci memuliakn Tuhan yang Maha Esa dalam fungsinya sebagai Kahyangan Tiga keluarga dalam fungsi Beliau sebagai penguasa dari penciptaan, pemelihaaran, dan pengembali ke unsur Panca Maha Butha, yang tersimbolisasi dari Dewa Brahma, Sri Wisnu, dan Dewa Siwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konsep bangunan Meru yang diperakarsai oleh Mpu Kuturan disebut perlambang dari gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa. Namun ada yang berpendapat bahwa Meru adalah perkembangan candi dari Jawa. Candi Jawa sebenarnya melambangkan alam kosmos yang dapat di bagi menjadi 3 bagian, yaitu bhur loka, yang dilambangkan pada kaki candi, bwah loka yang dilambangkan sebagai badan candi, dan swah loka dilambangkan atap candi. Di dalam perkembangannya, di Bali meru tidak hanya bertumpang 3, melainkan dari tumpang 1 sampai tumpang 11. Perlu diketahui kalau tumpang meru selalu ganjil, kecuali tumpang 2. Jadi ada tumpang 1, 2, 3, 5, 7, 9 dan 11. Kenyataan membuktikan di Bali menurut fungsinya meru dapat dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai dewa prathista atau pelinggih dewa dan meru selaku atma pratistha atau sebagai pelinggih roh suci. Perbedaan dari kedua jenis Meru ini terletak pada sikutnya (ukurannya) seperti ditentukan pada lontar asta kosala – kosali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="889" data-original-width="550" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYUF8Ui7lH9flVT46D6yZuvba_xV8othTRnlnY9YkMwM1Zn-5Sv1h6Gg7-S7SeOnHB4uog587fCnd1EoC5m2R9AKVXgX63wxJ92NAKQEFqDSvqs5aHrdKSbEzKcus6JlCumvrh5ycrwE66/s400/adi+sankara.jpg" width="246" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Bangunan Meru</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut lontar Andhabhuwana, Meru merupakan perpaduan dari Pradana tatwa dan Purusa tatwa, yang melahirkan Batur Kalawasa petak atau cikal bakal leluhur yang suci. Disebutkan pula bahwa Meru sebagai lambang Andhabhuwana atau alam semesta, sedang tumpang atapnya simbol lapisan alam. Begitu juga disebut bahwa Meru adalah simbol aksara suci Dasaktara yang menunggal menjadi Om dengan windu – windhu baik, diawali dari windhu satu sampai sebelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian Meru beratap sebelas adalah lambang dari sebelas aksara suci, simbol ekadasa dewata. Meru beratap sembilan aksara suci simbol Nawa Dewata (Sanga Dewata). Meru beratap tujuh lambang tujuh aksara suci, simbol Sapta Dewata, Meru beratap lima merupakan lambang lima aksara suci, simbol Panca Dewata. Meru beratap tiga lambang tiga aksara suci, simbol dari Tri Purusa. Meru beratap dua lambang dua aksara suci, simbol rwa bhineda atau purusa pradana. Sedangkan meru beratap satu merupakan lambang dari panunggalan seluruh aksara menjadi Om, simbol Sang Hyang Tunggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mpu Kuturan, sebagaimana telah disinggung dalam beberapa sumber berupa lontar dan babad, tatkala masih di Jawa, Mpu Kuturan pernah bertahta sebagai raja yang berkedudukan di Gira dan mempunyai seorang istri serta seorang putri bernama Dyah Ratnamanggali. Namun Mpu Kuturan dan istrinya mengalami pertentangan sehingga keluarga ini menjadi retak. Konflik ini terjadi karena istrinya menerapkan ilmu hitam, yaitu menjalankan teluh teranjana, dimana ritual ini merupakan salah satu cara untuk memuja bhatari Durga demi mendapatkan kesaktian. Istrinya merupakan pengikut tantra kiri atau bhairawi. Sedangkan Mpu Kuturan menerapkan ajaran kebajikan. Oleh karena hal inilah Mpu Kuturan lalu meninggalkan istri dan anaknya untuk pergi ke Bali menerima undangan Raja Udayana Warmadewa dan Ratu Gunapriya Dharmapatni untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Raja suami istri ini. Walaupun pada akhirnya istrinya dikalahkan oleh adiknya sendiri yaitu Mpu Bharadah dengan siasat menikahkan Dyah Ratnamanggali dengan putranya yaitu Mpu Bahula, dimana akhirnya Rangda Girah (istri Mpu Kuturan) berhasil dikalahkan. Cerita ini sangat terkenal di Bali, dan hal tersebut tergambar dalam pementasan sendratari Calonarang, bahkan di pura pada saat pujawali, ditampilkan dalam bentuk tarian barong dan rangda sebagai perlambang kekuatan baik dan buruk, dharma dan adharma (rwa bhineda).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menghormati jasa-jasa Mpu Kuturan, maka dibuatlah pelinggih khusus untuk Beliau berbentuk Manjangan Salwang, karena kedatangan Mpu Kuturan ke Bali konon menunggangi seekor menjangan. Namun dibalik ungkapan tersebut, Menjangan Salwang dapat diartikan sebagai balai yang panjang dan luas, dimana “Manjangan” berarti panjang, “salu” berarti balai dan “wang” berarti luas. Sehingga kata Manjangan Salwang diartikan sebagai lambang dari balai yang panjang dan luas, dimana tempat itu digunakan sebagai tempat pertemuan para dewa. Selain itu Mpu Kuturan juga mendirikan tempat suci di Padang Bai, Karangasem yang bernama Pura Cilayukti, dimana “sila” berarti tingkah laku dan “yukti” berarti benar. Berarti jika diartikan yaitu tingkah laku yang benar, karena di pura inilah Mpu Kuturan mulai memimpin dan mengajarkan tingkah laku yang benar kepada masyarakat Bali. Demikianlah karya dari Mpu Kuturan di Bali, dimana hal ini masih dapat dilihat hingga sekarang sebagai salah satu warisan penting bagi masyarakat Hindu di Bali. Hal ini menjadi ciri khas dari kebudayaan Bali yang sosio religius.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://hindudamai.blogspot.co.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-25052663410177825512017-05-29T12:37:00.000-07:002017-05-29T12:37:03.856-07:00Sarana Penerangan Uyak Meng Buang, Sang Balianpun Panik. Begini Kisahnya<div style="text-align: justify;">
Kalau orang Bali punya gawe tanpa bumbu mistik, maka tak sedap rasanya, tak mantap kesannya. Coba saja…. Setiap orang Bali punya karya, apakah itu panca yadnya, dll, pastilah kental dengan dunia mistik, dunia gaib. Bagaimana tidak, baru ketika merencanakan sebuah yadnya, yang dipertimbangkan pertama adalah hari baik, baru kemudian mempertimbangkan situasi seperti keamanan, hujan, dan sebagainya. Si Mpu Gawe (yang punya hajatan) mulai merancang agar karya yadnya mereka tak mendapat banyak halangan. Apalagi misalnya seseorang yang merasa dirinya ada yang menaruh iri hati, tak disukai, atau disinyalir banyak yang ewer alias iseng, suka mengganggu guna menggagalkan yadnya yang digelar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="477" data-original-width="845" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAA5vUDJJh9RJSoCrEnkZieq5Y942zoBVkfRIwbGdeVwc-eYUmmssXnzHY5nYtgN5GsBFv5u-lkmSy6W-hoMO3F9-FOpgBKfh70LMvPQRMKoDQAESwSBxleUtOfHp0p1ukNkZVxN1rXoMf/s640/nerang.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Ilustrasi</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari pola pikir seperti itu, bisa dikatakan orang Bali selalu dihantui pikirannya oleh sesuatu yang berbau mistik, sesuatu yang menyeramkan, menakutkan dan fatal ketika menyelenggarakan karya yadnya. Rupanya rasa iklas, rasa pasrah, atau mungkin tak percaya dengan kekuatan Ida Betara di sanggah dan Ida Betara Sesuhunan, sehingga seseorang yang menyelenggarakan karya yadnya selalu mencari yang namanya pengabih. Yang namanya penjaga karya, pengabih waaaahhh…. heebbaaaatttt…… seseorang dengan keyakinan dan kekuatannya berani tampil di rumah seseorang untuk menjaga keselamatan karya yadnya seseorang. Apa kira-kira kekuatan yang dimiliki oleh orang tersebut?.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah mereka hanya berbekal manik-manik sebagai jimat yang meyakinkan mereka? Ataukah mereka memang mengetahui medan gaib sehingga ia bisa memperhitungkan kekuatan lawan jika ia nanti mendapat serangan gaib. Entahlah, yang jelas yang namanya pengabih dengan still yakin mereka menjajal suatu kawasan, bahwa kawasan itu adalah dibawah kendalinya secara gaib. Entah apa yang membuat mereka begitu yaknin dengan sesuatu yang tak kelihatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bicara tentang pengabih, ada baiknya berkaca dari I Balian Sengap (bukan nama sebenarnya). Sesuai namanya Balian Sengap memang krosokan, alias tak bisa diam, dengan kata yang agak sesumbar mengenai hal yang berbau gaib. Kalau urusan gaib, ia selalu menyatakan diri paling depan, nomor satu, paling senior, dan berpengalaman dalam dan luar negeri. Mungkin kalau ada pengalaman yang lebih hebat, ia akan bilang punya pengalaman luar angkasa di atas angin. Demikian sesumbar dari I Balian Sengap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari ia dimintai tolong menjaga secara gaib di rumah I Ketut Bagus Raos Lemuh (bukan nama aslinya). Waktu itu ada acara metatah anaknya. Undangan pagi-pagi sudah banyak yang datang, karena I Ketut Bagus Raos Lemuh rajin menyama braya. I Balian Sengap sedari kemarin malam sudah menetralisir, membersihkan areal upacara dengan keuatan gaib yang ia miliki. Ia sudah matur pakeling di tugu dan di sanggah yang punya gawe. Ia sudah mempersiapkan sarana pekakas pelindung dan penyengker gaib di sela-sela bagian atas tempat metatah, berupa bebuntilan. Termasuk juga di sanggah ia telah menyiapkan sarana untuk nerang ujan. Menurut Ketut Nyanyad ia mempersiapkan dua buah sarana penerangan berupa jun (tempayan) berisi air, yang satunya berupa tabia (cabe) yang ditusuk-tusuk. Pokoknya malam itu sudah bersih dan sudah beres. Tinggal menunggu hari H.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diceritakan keesokan harinya pada hari H para tamu sudah banyak yang datang. I Balian Sengap tampil mentereng sebagai pengabih karya. Pakaiannya khusus, jeriji tangan penuh dengan bungkung (cincin sakti). Ia duduk di dekat dengan tempat orang metatah. Ia mencoba mengontrol situasi. Sebagian undangan bertanya, siapa gerangan orang ini. Dan sebagian lagi bisa menebak bahwa orang ini adalah pengabih karya. Prosesi metatah pun berjalan hidmat, tanpa ada keraguan dan rasa was-was dari penyelenggara karya akan adanya gangguan gaib. Sebab boleh dikata Balian Sengap terkenal memiliki kemampuan tinggi di bidang itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat acara metatah berlangsung, sangging (tukang tatah) dan para pendamping dikejutkan dengan sebuah benda berbentuk bebuntilan terjatuh dari atas orang metatah, lalu mengenai yang metatah. Kontan saja yang metatah dan sangging serta keluarga terkejut keheranan. Benda apa itu? Kenapa terjatuh saat metatah. Jangan-jangan ada yang berniat tak baik dan membahayakan bagi yang metatah. Pada waktu itu memang di atas ada seekor bikul yang sedang melintas. Mungkin saja bikul itu yang mendorong atau menggigit bebuntilan yang diselipkan di atas. I Ketut Bagus yang punya gawe segera untuk memunggut dan menyelamatakan benda bebuntilan tersebut, karena ia yang menaruh bebuntilan tersebut saat tengah malam kemarin atas perintah dari Balian Sengap, yang tujuannya untuk melindungi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Balian Sengap mengetahui bebuntilannya terjatuh, ia sedikit panik dan segera mengambilnya dari Ketut Bagus, sambil dalam hati berkata “sialan, kok barang ini bisa terjatuh” demikian ia kesel dalam hatinya. Ia sedikit kawatir juga, jangan-jangan ada serangan gaib menyerang. Sedangkan bebuntilannya sudah jatuh. Ia mencoba menlindungi orang yang metatah dengan mengerahkan semua kekuatan batinnya, sampai-sampai ia kelihatan peluh pidit, panas tak karuan. Padahal undangan yang lainnya sejuk-sejuk saja. Pemandangan itu memang dilihat oleh undangan yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah aman dengan situasi tersebut, I Balian Sengap sedikit merasa nyaman di tempat duduknya. Namun tiba-tiba saja kembali ia dikejutkan oleh bisikan dari seseorang yang ditugaskan untuk menjaga banten penerangan di sanggah. Jun (tempayan) yang ditempatkan di bawah sanggah kemulan berisi air dan bunga pucuk bang tersebut terjatuh ditabrak meng buang (kucing birahi) yang berkejar-kejaran. Ia kembali panik, masalahnya hari itu memang agak mendung musim hujan. Betul saja hujan mulai gerimis, ketika sarana penerangannya uyak meng. Ia kembali peluh pidit mengerahkan kekuatan batinnya nunasica kehadapan Ida Betara agar hujan terhenti sejenak, sambil ia menyiapkan sarana penerangan yang kedua berupa tabia (cabe ditusuk) dan banten. Ia menyelinap ke tugu di sanggah, dengan segala ritualnya untuk memohon penerangan. Suasana menjadi terang kembali. I Balian Sengap kembali ke tempat duduknya, sambil sedikit kesal dengan ulah kucing birahi tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah beberapa saat berlangsung, tiba-tiba saja di langit, awannya terasa semakin tebal, hampir gerimis. I Balian Sengap mencoba untuk menyelinap kembali ke sanggah, kembali ia kaget melihat sarana penerangannya berupa tabia sedang di-gotol-gotol (dipatuk) oleh ayam dan benten penerangannya di-kehkeh (dikorek-korek) oleh ayam-ayam tersebut. Sedangkan yang disuruh menjaga banten sedang kencing. Waduh kembali I Balian Sengap panik dan semakin kesal, sebab sudah sekian kali ia mengalami gangguan. Hujan gerimispun mulai turun, walau tak lebat. Dengan kemampuan seadanya, dengan canang sari yang tersisa I Balian Sengap mencoba nunasica agar diberikan terang cuaca. Tapi karena saking jengkelnya dengan binatang-binatang tadi, akhinrya konsentrasi mulai buyar, akhirnya hujan lebat pun mengguyur. Para tamu yang tadinya di natah duduk rapi menjadi berhamburan mencari tempat teduh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia kesal setengah mati dengan binatang-bianatang yang mencoba mengganggu menggagalkan upaya nyengker karya. Tapi ada hal yang lain yang terjadi. Bahwa orang yang ada di samping I Balian Sengap selalu tersenyum sedari pagi. Orang itu sebenarnya bukan orang biasa, tetapi sejatinya ia memiliki kewisesan (ilmu tinggi) yang tinggi. Orang itulah yang mencoba dengan kekuatan batinnya menggiring tikus yang kebetulan lewat untuk nomplok gegemet yang dipasang oleh I Balian Sengap. Demikian juga dengan meng (kucing) yang nabrak jun, serta ayam-ayam merusak sarana penerangannya. Orang itu mungkin berkata dalam hatinya “pang tawange asane, (biar tahu rasa). Berani-berani menjajal daerah kekuasanku”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin orang itu bukan mengganggu karya yadnya, tetapi hanya ngencanin (ngerjain) Balian Sengap yang ngaku hebat. “Pang pesu yeh jitne nerang (biar sampai mencret ia nerang)”, atau “pang pesu peluh gidatne nyaga (biar keringatan dia menjaga)”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yah…begitulah kisah I Balian Sengap yang mungkin agak apes ketika menjalankan tugas niskala. Selama ini ia belum pernah mengalami hal aneh seperti ini. Ia belum pernah kalah dengan ilmu manusia sakti, justru ia dibuat kesal oleh binatang-binatang yang membuat semua pekerjaannya menjadi buyar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berarti yang lebih hebat dan sakti itu adalah binatang tadi…. Demikian tamu yang sedari pagi itu senyum-senyum berkata dalam hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah karya tersebut, I Balian Sengap jarang kelihatan. Konon ia terbaring di rumah tak enak badan. Ia sakit bukan karena kalah sakti, tetapi tensinya naik akibat emosi dan sangat kesal dengan ulah binatang-binatang yang mengganggunya dalam acara tersebut. Akibat ulah binatang itu, reputasi I Balian Sengap menjadi jatuh dan tercoreng. Padahal I Balian Sengap sendiri yang salah. Pasalnya pelinggih dimana ia menempatkan banten penerangan, adalah dulunya tempat bertelurnya ayam tuan rumah. Mungkin saja banten penerangan I Balian Sengap dikira bengbengan alias sarang tempat bertelur ayam tersebut. Sial…. Sial, memang sial I Balian Sengap. Tapi apa boleh buat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berita ini menjadi heboh sekaligus menjadi lelucon di kalangan masyarakat umum. I Made Mangku Suastika berkomentar “Aaahhhh, mestinya binatang tak perlu disalahkan, mereka tak punya pikiran dan mereka tak peduli apa itu banten, apa itu gegemet, apa itu upacara metatah…. Mereka tak peduli. Masalah hujan atau tidak, itu sudah kehendak alam, mentang-mentang ngatur alam. Kalau sudah pemanasan global seperti sekarang ini siapa yang tanggung jawab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dek Dung, ngomong masalah kesaktian, yaah…. semua ada batasnya dan semua ada penudane (penempurnya)” Orang tua bilang, de sesumbar, de ajum-ajuman, malajah keririhan dadi, yan dadi baan ngidih de merasa paling ririhe. Sawireh nu mecunguh arep tuwun. Jangan sesumbar, jangan main-main. Belajar kanuragan boleh namun jangan merasa diri paling hebat. Sebab hidung masih menghadap ke bawah…. Artinya masih menjadi manusa matah yang masih serba lemah dan banyak kekuarangannya. Demikian Tut Dung sambil lewat. (Ki Buyut /Inks).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://kanduksupatra.blogspot.co.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-90387334930526164252017-05-28T17:19:00.000-07:002017-05-28T17:19:44.162-07:00Kisah Unik Seputar Metatah, Diserang Leak Seduk <div style="text-align: justify;">
Ada cerita menarik tentang Gus Tut yang mendapatkan tugas mengasah gigi (istilah lain dari potong gigi/metatah/mempandes). Suatu hari Ida Bagus Tut Asep Menyan Majegau (nama imitasi) kedatangan keluarga I Made Anyung Anyung (karena ia suka mengayung-ngayungkan kemaluannya pada waktu masih kecil), agar Gustut berkenan nyanggingin alias natah (mengasah gigi) di rumahnya tiga hari lagi. Dan sebagai Surya (Siwa), Gustut pastilah berkenan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="332" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUeh9wD7pTuk2PQRC7fnU5yzYlxz5JH_hyphenhyphen6u313wbdJIqzSl_bXQ_muz0GBD1LUO2DEPlWoMzDYNr9JpBkaeyOxQpWEWrT9LcTgKHt51uL7py3NAudQgumWM-TrxNc257JZRdw9dli2FxQ/s640/metatah.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Gambar Ilustrasi</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Singkat cerita tibalah waktunya untuk acara tersebut. Ida Bagus Ketut Asep Menyan Majegau sudah siap pagi hari mebersih, menghaturkan pejati yang dibawa oleh keluarga Made Anyung-Anyung, sekaligus memohon tuntunan dari Hyang Betara yang melinggih di Merajan. Tak banyak cingcong, Gus Tut berangkat menuju rumah Made Anyung-Anyung, karena sudah di-pendak (dijemput). Seperi biasa Gustut membawa gegemet yang diwariskan oleh penglinsir di grya agar digunakan ketika nyanggingin, agar selamat dari marabahaya niskala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan penuh percaya diri Gustut menjalankan tugas sosial sebagai seorang Sangging. Awalnya tak apa-apa, dan semuanya aman-aman saja. Persiapaan prosesi mulai dilakukan. Gustut naik ke bale tempat metatah. Di sana sudah terpajang kasur, galeng, dan di atasnya ada telaga ngembeng. Gustut mulai ngastawa kehadapan Hyang Betara, dan mulailah anak yang metatah menuju ke bale metatah. Pada saat itu Gustut yang sudah biasa melakoni pekerjaan ini, kok tiba-tiba menjadi sedikit tegang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konsentrasinya goyah tak karuan, namun ia mencoba untuk tenang dan konsentrasi. Demikian juga dengan kakinya mulai kesemutan, tangannya sedikit lemas dan gemetaran. Belum lagi peluh matah-matah (keringat dingin) mengucur deras di sekujur tubuhnya. Gustut mulai sedikit bingung, dalam hatinya berpikir ada apa ini. Ia berpikir, jangan-jangan ada orang yang mencoba untuk nyengkalen (mencelakai) dirinya dengan kekuatan ilmu kewisesan. Namun dengan sedikit saru-saru Gustut mencoba untuk menenangkan diri dengan cara mengacep dan sedikit minum sambil mencoba untuk menguatkan kakinya (toh dari mereka tak ada yang tahu persis mengenai prosesi metatah).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil secara diam-diam meraba gegemet yang ada di pinggangnya (ternyata masih ada), Gus Tut Asep Menyan Majegau melalui natah dengan tetap yakin dengan gegemet serta sesuhunan pasti melindungi dirinya. Gustut sesekali melihat ke samping menoleh orang-orang yang mengelilingi anak yang metatah. Rata-rata mereka setengah baya ke atas dan tak ada yang dikenalnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini menambah sedikit khawatir dari Gus Tut. Jangan-jangan salah seorang dari mereka memilki ilmu kewisesan yang tinggi mencoba untuk mencelakai Sang Sangging dan anak yang metatah. Sebab konon dalam keadaan tertidur terlentang saat metatah itu seserang yang ingin mencelakai secara niskala sangat gampang melakukannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sehingga sering terdengar bahwa seseorang anak yang metatah mengalami muntah-muntah, mengalami pingsan (nyelek ati), atau sakit berkepanjangan ketika habis metatah. Hal itu konon terjadi sesuatu yang bersifat niskala ketika metatah. Oleh sebab itulah metatah sedikit menegangkan bagi sebagian orang terutama di daerah yang kental dengan nuansa mistik atau kental dengan konflik keluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itu pula yang menyebabkan banyak orang menyiapkan banyak pengabih atau mungkin bekel (jimat) saat metatah. Ada pula yang mencoba untuk mengalihkan perhatian dari mereka yang inin berbuat jahat dengan cara mengalihkan jam metatah. Sehingga ada orang yang metatah pada dini hari seperti jam empat jam lima. Dengan harapan leak yang ingin mecelakai orang metatah maupun Si Sangging masih tidur atau mungkin mengantuk. Dengan harapan si metatah dan sangging selamat dari ancaman celaka niskala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke masalah Gustut yang tegang. Gus Tut memang mengetahui bahwa keluarga dimana tempat ia natahin dikenal masyarakat sebagai keluarga yang suka memperdalam ilmu kewisesan. Sampai saat terakhir ia natahin, ketegangannya tak surut juga. Tangannya masih gemetaran (walaupun masih bisa disembunyikan), dan kakinya yang terasa tetap kesemutan, dengan konsentrasi yang sedikit buyar, namun ia tetap mencoba untuk konsentrasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini berakhirlah acara metatah tersebut, berjalan lancar dan aman, tak ada kejadian khusus yang menimpa si metatah. Gus Tut merasa lega dan merasa sukses, walaupun dalam dirinya masih berkecamuk tentang pergulatan niskala. I Made Anyung-Anyung pun menghaturkan suksma kehadapan Gus Tut, dan menyuguhkan suguhan “boga samatra”. Gustut was-was juga dengan suguhan tersebut (bukan bermaksud untuk mencurigai Made Anyung-anyung, namun siapa tahu diantara orang yang hadir di sana ada maksud tak baik). Namun dengan keyakinan dan demi menghormati tuan rumah, maka Gus Tut ditemani oleh beberapa orang dekat kemudian menyantap boga samatra tersebut dengan senang hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak diceritakan dalam pesta akhir metatah tersebut, Gustut kembali ke grya dengan perasaan lega dan badan segar bugar. Tangannya tak lagi gemetaran, kakinya tak masih kesemutan, dan pikirannya menjadi tenang dan segar kembali. Setelah menyantap makanan tersebut. Gustut kembali merasa aneh dan berpikir, “kok tiba-tiba menjadi segar?”. Ia lalu berpikir di grya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam renungannya ia mulai tersenyum dan berkata dalam hatinya “sialan, bukannya saya kena tembak niskala saat natahin. Bukannya gegemet leluhurnya kalah sakti dengan ilmu orang-oang. Bukannya Ida Betara tak melindungi. Tapi karena tergesa-gesa dan tegang tadi pagi, akhirnya lupa makan. Rupanya perut lapar menyebabkan tangan gemetar, kaki semutan, dan pikiran kosong. Sialan ….”</div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar kata hati dari Gustut tersebut, mungkin saja cecak yang ada di tembok berkata dalam hatinya “haa…. Ternyata leak menyerang perut Gustut namanya Leak Seduk, alias perut lapar. Hahahaaaaa…….” (Ki Buyut Dalu)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://kanduksupatra.blogspot.co.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002tag:blogger.com,1999:blog-2621415996276782332.post-2166167645718112512017-05-27T10:58:00.000-07:002017-05-27T10:58:11.921-07:00 Roh Orang Meninggal Yang Tidak Di Upacarai Secara Layak Menurut Hindu, Akan Gentayangan Dan Menjadi Bhuta Cuil<div style="text-align: justify;">
Menurut kepercayaan umat Hindu di Bali, apabila ada orang yang meninggal kemudian tidak ada yang mengupacarakannya secara layak menurut ketentuan, maka roh orang bersangkutan akan gentayangan dan menjadi bhuta cuil. Demikian pula, bilamana terdapat orang meninggal kemudian mayatnya ditanam tanpa dibarengi upacara yang patut, maka sampai batas waktu tertentu (12 sasih) atau selama setahun belum ada yang mengupacarainya untuk mendoakan rohnya, maka roh yang bersangkutan pun akan merana di alam astral dan menjadi roh gentayangan yang keberadaannya kemudian sering mengganggu manusia di alam nyata. Hal itu disebabkan karena roh-roh tersebut belum dapat melepaskan keterikatannya dengan alam manusia, masih terikat dengan berbagai memori dan kebiasaan-kebiasaannya selama menjadi manusia, sementara itu mereka sudah tidak memiliki badan kasar lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzcgOIa1tc-cjqI9WgGw3g7Lto3dQnfGajvl5LIyPB5bZjrvYKOa636qgrwmgmXr6CamTj7OGZkcHKhZjHALXRrhasnUlfKuz6pxu-Wk3_2pAuVYMxXWEbJyDgov-wz0iX0umDJTvQxyCX/s640/bhuta+cuil.jpg" width="640" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keadaan itu menyebabkan mereka selalu berada dekat-dekat dengan lingkungan manusia, tetapi tidak dapat berinteraksi secara langsung. Mereka ingin melibatkan diri dalam aktivitas sebagaimana layaknya manusia, tetapi hal itu tidaklah mungkin karena alam sudah berbeda. Toh demikian, keberadaan mereka yang masih dekat dengan keberadaan alam manusia membuat kondisi menjadi kurang harmonis bagi manusia itu sendiri, mereka seperti para pengungsi atau gelandangan yang mencari rumah-rumah penduduk untuk memohon belas kasih dan perlindungan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang bhuta cuil ini tidak nampak oleh mata fisik manusia, tetapi mereka ini dapat bersentuhan dengan badan astral manusia (suksma sarira) dan juga badan pikiran (manomaya kosa). Persentuhan inilah kemudian menimbulkan konflik harmoni yang kemudian di Bali disebut dengan istilah kepanesan. Hal ini dapat menimbulkan berbagai gejala kurang baik bagi manusia, seperti mimpi buruk, kegelisahan tanpa sebab, gangguan emosi, dan tidak jarang berkembang menjadi penyakit fisik atau keributan dalam keluarga akibat terganggunya fungsi emosi dan pikiran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mengembalikan tatanan harmoni manusia maupun untuk mendamaikan keberadaan roh-roh gentayangan yang menjadi bhuta cuil, hantu kelayapan, roh penasaran, dan sejenisnya, maka perlu diupayakan solusi melalui jalan spiritual. Menurut Jro Mangku Aseman, pengabenan bhuta cuil merupakan salah satu cara untuk mendoakan roh-roh gentayangan tersebut agar dapat menyadari tempat hidupnya yang baru, yaitu di dimensi alam yang lebih halus sehingga tidak lagi terikat dengan kebiasaan-kebiasaan duniawi, serta tidak lagi ingin turut campur dalam kehidupan manusia di bumi. Pemangku di Pura Luhur Duasem, Subamia, Tabanan ini menambahkan, bagaimanapun para bhuta cuil ini dahulunya adalah manusia sehingga keberadaannya berbeda dengan kelompok bhutakala, durgha, dengen, yang memang sejak diciptakan berwujud sebagai makhluk halus, sehingga digolongkan bhuta-bhuti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu, bhuta cuil adalah roh yang dahulunya sebagai manusia, sehingga perlu diupacarai agar dapat terbebas dari badan kasar maupun badan halusnya dan kemudian dapat berevolusi di alam-alam yang lebih luhur. "Untuk bhuta cuil perlu dilakukan upacara pengabenan, agar tidak gentayangan lagi di bumi, sedangkan untuk bhuta-bhuti agar tidak menimbulkan disharmonisasi pada manusia maka diadakan upacara nyomya yang maknanya meng-up grade-nya menjadi lebih halus melalui upacara mecaru," imbuh Mangku Aseman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk bhuta cuil diupacarakan dalam telompok upacara Pitra Yadnya, sedangkan untuk nyomya bhuta-bhuti upacaranya adalah Bhuta Yadnya. Jadi sudah jelas perbedaannya. Mangku Aseman melihat, munculnya bhuta cuil itu akibat adanya orang-orang yang meninggal kemudian tidak ada yang melakukan upacara kematiannya secara layak. Misalnya terdapat orang meninggal di laut, meninggal karena kecelakaan, atau orang yang meninggal tidak punya keluarga. Apabila jazad orang-orang seperti itu hanya dikubur begitu saja tanpa disertai upacara pengabenan dan memukur, maka rohnya akan gentayangan, sebab meskipun badan fisiknya sudah busuk dalam tanah tetapi badan halusnya (astral) masih utuh yang menjadikan sang roh terikat dengan badan tersebut dan ingin menjadikannya sarana untuk mencapai keinginan-keinginannya di muka bumi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang dalam sastra agama Hindu dikatakan bahwa nasib roh orang yang meninggal tergantung karmanya semasa hidup. Hal tersebut memang benar, tetapi sebagai manusia yang memiliki berbagai kekurangan dan dosa selama hidup, maka para keluarga, kerabat, atau masyarakat perlu turut mendoakannya agar sang jiwa dapat menuju alam halus yang cemerlang. Hal ini perlu disadari mengingat selama hidup sangat jarang manusia itu berhasil mencapai derajat kehidupan yang suci sebagaimana para rsi dan muni agung yang mampu mengendalikan perjalanan rohnya setelah meninggal. Nah, apabila tidak ada pihak kerabat yang mengamenkan yang bersangkutan, maka dalam hal ini diperlukan kesadaran orang-orang yang masih hidup untuk mengabenkan bhuta cuil tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Upacara seperti itu misalnya pernah dilaksanakan pada 17 Februari 2014 di pantai Baluk Rening, Desa Baluk, Jembrana yang dilaksanakan atas prakarsa Dr. Luh Kartini dkk, beserta PHDI Kabupaten Jembrana. Menurut Mangku Aseman yang saat itu terlibat dalam upacara tersebut, upacara ini sebenarnya cukup rumit, sebab dalam pengabenan normal maka sudah jelas roh siapa yang diupacarai. Sementara itu dalam upacara ngaben bhuta cuil tidak jelas berapa jumlah roh yang diupacarai, karena tidak ada keluarga yang secara definitive mengupacarainya. Oleh karena itu pada kasus upacara di Baluk Rening tersebut digunakan satu adegan sawa (simbol jazad) sebagai badan material dari para bhuta cuil yang gentayangan di seluruh Bali dan sekitarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah prosesi pengabenan yang ditandai dengan pembakaran adegan sawa, lalu dilanjutkan nganyud ke segara (laut), kemudian dilakukan ngulapin untuk melanjutkan ke upacara nyekah. Pada saat acara ngulapin di pantai tersebutlah Mangku Aseman memohon kepada Bhtara Hyang Segara sebagai Dalem Purusa agar diperkenankan mengetahui roh-roh yang diupacarai saat itu. Disertai menghaturkan banten pakeling, mesegeh, dan napak karang, maka nampaklah dalam penglihatan astralnya sejumlah roh yang diupacarai saat itu. Mangku Aseman menghitungnya dan ternyata terdapat 56 roh, yaitu 8 roh diantaranya berasal dari luar Bali dan 1 roh berwujud turis bule.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya menjadi jelas jumlah roh yang diupacarai saat itu, namun problem muncul lagi kemudian saat menjelang upacara ngelinggihang dewa pitara. Meskipun pengabenan bhuta cuil saat itu menggunakan sarana upakara sederhana dan Agni Hotra, tetapi ada lima sulinggih (pendeta) yang memimpin upacara saat itu, yaitu: Ida Pedanda Oka Sudanta dari Geriya Tibusambi, Yehembang Kangin, Ida Rsi Anom Palguna dari Geriya Batur Sari, Tegal Cangkring, Ida Sri Empu Pande Tigaron dari Mendoyo, Bhagawan Angga Jaya dari Penyaringan, dan Ida Pandita Mpu Nabe Bhaskara dari Baler Bale Agung. Saat menjelang puja ngelinggihang yang dipimpin para sulinggih dan diikuti para pemangku, Jro Mangku Aseman bertanya kepada para sulinggih untuk mengetahui kemana para dewa pitara ini kalinggihang agar tujuan doa bida sama. Ida Sulinggih mengatakan para jiwa yang sudah bersih ini akan dituntun secara spiritual ke Paramawisesa, namun Mangku Aseman matur (mengutarakan pendapat) kepada sulinggih, bahwa ia pernah mendengar informasi kalau roh orang-orang Hindu yang meninggal di India keantukang (dituntun kembali) ke sungai Gangga. Atas pendapat Mangku Aseman itu para sulinggih akhirnya sepakat untuk ngantukang dewa pitara ke segara, yaitu Dalem Segara Ning sebagai sthana Dalem Purusa (Hyang Siwa).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: http://phdi.or.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17713358315395215032noreply@blogger.com0Indonesia-0.789275 113.92132700000002-31.6684965 72.61273300000002 30.0899465 155.22992100000002