Thursday, November 24, 2016

Kisah Nyata: Saya Memilih Agama Hindu Dan Perjuanganku Menggapai Hindu.

Perkumpulan Hindu di Hongkong

Oleh ayu sekartaji

Semua berawal ketika saya masih kecil, saya dilahirkan di Yogjakarta Hadiningrat dalam keluarga islam. Namun ada beberapa orang yang masih menganut kejawen salah satunya adalah kakek saya. Saya banyak mengetahui tentang kejawen tapi saya tidak tahu antara kejawen dan hindu banyak kemiripan boleh di bilang hampir sama. Saya juga suka pergi ke candi peninggalan kerajaan Hindu dan betah berlama-lama disana. Seakan saya menemukan ketenangan tersendiri, itu saya lakukan tanpa sepengetahuan keluarga saya karena jika ketahuan saya pasti kena marah. Aneh yae, seharusnya saya rajin ke masjid bukan ke candi tapi itulah yang saya lakukan.  

Mengingat keluarga saya yang tidak mungkin menerima jika saya memilih agama Hindu, saya selalu melakukan itu dengan sembunyi. Saya belajar dan kesana kemari dan berusaha mencari lebih banyak lagi tentang Hindu. Dan meyakinkan diri bahwa Hindu memang terbaik buat saya. Saya tidak ingin setelah memeluk Hindu namun belum mempunyai keyakinan yang tetap maka saya akan kembali kepada agama semula.

Semakin saya mengetahui Hindu yang sebenarnya, maka kemantapan saya semakin bertambah. Namun saya belum cukup berani menanggung resikonya, terutama kemarahan keluarga saya. Tapi hati saya berontak terhadap agama sebelumnya, hati saya telah yakin bahwa saya lebih mencintai Hindu sebagai agama pilihan saya.

Pergolakan batin itu terus berlanjut tanpa tahu kapan akan berakhir? kapan aku punya kekuatan dan nyali untuk mengakui bahwa aku ini Hindu? Hingga suatu hari aku bertemu dengan teman umat sedharma yaitu mbak luluk dari Banyuwangi dan yeni yang sama-sama bekerja di Hongkong. Aku utarakan niat ku kepada mereka dan aku tanyakan dimanakah puranya? Dan ternyata mereka menemukan aku dengan teman sedharma yang lain yang telah mempunyai perkumpulan di Hongkong.

Dari sambutan teman-teman yang sangat bersahabat itulah aku menemukan ketenangan, kehausan hatiku seakan terobati dan aku mulai gundah dengan keadaan ini. Aku harus mempunyai pilihan, setelah aku pikirkan matang bahwa inilah pilihan yang terbaik buat ku yaitu meninggalkan agama islam dan memeluk Hindu sebagai agama ku.

Apakah semudah itu? Ternyata tidak! Apa yang aku takutkan selama ini menjadi kenyataan, saat mendengar aku pindah agama Hindu ibuku langsung pingsan dan akulah yang disalahkan oleh seluruh keluarga, teman dan saudara. Bahkan aku dilarang pulang ke yogjakarta karena dianggap sebagai anak durhaka dan murtad.

Air mata mengalir tak henti-henti, keluarga membenciku, teman-teman muslim di hongkong menjauhiku. Bahkan ada yang tega menghasut majikan ku agar aku dipecat. Semua membuatku bingung, namun kehadiran teman-teman sedharma selalu memberi ku semangat, kekuatan, ketegaran dalam menghadapi ini semua dan meyakinkan bahwa aku tidak sendiri. Itu semua membuat aku tenang.

Hanya kesabaran yang aku miliki untuk menerima ini semua sebagai cobaan dari Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam menguji keyakinan ku, apakah aku benar-benar memilih Hindu sebagai agama ku. Berat memang namun aku yakin bisa melewati semua ini. 

Sebagai penganut Hindu yang baru, tentu aku masih terlalu awam untuk mengerti apakah Hindu yang sebenarnya. Maka dukungan dari teman-teman sangat saya harapkan.  Mulai dari bagaimana cara sembahyang (Tri sandya) dan juga mantra-mantra yang harus aku pelajari dari nol.

Dukungan dan semangat yang terus mengalir dari teman-teman sedharma membuatku bahagia, bahwa diantara kesedihan yang diberikan pada ku masih terselip kebahagiaan. 

Bukankah Sri Kresna bersabda: tiga pintu gerbang neraka yang menuntun jiwa menuju kehancuran adalah nafsu, amarah dan ketamakan. Itulah yang aku jadikan pegangan dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan ini. 

Laksana tangga yang ku tapaki dengan hati yang mantap, jatuh bangun kurasakan dalam menggapai Hindu, Bukan hal yang mudah untuk di lewati. Begitu juga harapan ku kepada semua teman di Hongkong: Jadilah sinar yang menerangi kegelapan  bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Lupakan ego dan kepentingan pribadi, bersatulah agar kita tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain. 



Dengan bergandengan tangan membangun Hindu, dengan kesadaran bahwa Hindu adalah milik kita bersama maka kita akan menjadi umat yang lebih baik.  Harapan ku disini setelah segala cobaan yang aku hadapi ini aku akan memetik hasil yang lebih manis dan diterimanya aku kembali oleh keluarga ku.
close
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Kisah Nyata: Saya Memilih Agama Hindu Dan Perjuanganku Menggapai Hindu.

2 komentar:

  1. semoga harapan dan cita2 mengapai hindu cepet terkabul ,semuaga ida shang hyang widhi membimbingmu ke jalan darma........astu swaha

    ReplyDelete
  2. slam damai sudara sedarmaku semoga Sang Hyang Widi sll melindungi kita semua. svaha.

    ReplyDelete