Monday, January 30, 2017

Keangkuhan Dan Kesombongan Arjuna Yang Di Hancurkan




Pada suatu ketika Sri Kresna mengajak Arjuna berjalan-jalan di pantai Kanyakumari yang dikenal pula dengan nama semenanjung Komorin di pesisir selatan negeri Baratavarsa atau India. Disebuah daratan yang menjorok kelaut itu pada zaman Ramayana terbangun jembatan Situbanda sebagai sarana para bala tentara wanara Sugriwa menuju Alengka untuk memenangkan perang merebut kembali Dewi Sinta dari tangan Sang Maharaja Rahwana. 

Setelah melakukan pemujaan seperlunya, sambil istirahat di sebuah Pura Ramesvaram yang berada disekitar situ, Sri Kresna merenung diam tiada terucap sepatah katapun, dengan sikap penuh hormat Arjuna memberanikan diri untuk bertanya:

”Kakanda, kita hanya berdua dan sudah cukup lama kakanda diam. Apa sesungguhnya yang terpikirkan oleh kakanda. Apakah ada sesuatu permasalahan sehingga kakanda begini. Jika memang demikian, mohon kiranya Kakanda berkenan untuk berbagi, adinda siap untuk mendengarkannya” 

Sebagaimana biasa dengan senyum dipojok bibirnya Sri Kresna mengangkat kepala dengan berkata lirih.

”Adinda Arjuna, engkau sungguh seorang yang sangat cerdas, tanggap terhadap apa yang kakanda pikirkan. Memang kakanda tadi merenung untuk mengungkapkan sebuah kekaguman”.

Sambil berdiri dan melihat samodra yang tiada batas dengan deburan ombak yang sangat dahsyat. 

“Kekaguman, kakanda sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan luar biasa masih dapat mengagumi sesuatu sampai sedemikian tertegun. 

"Adinda menjadi tidak mengerti, apa gerangan yang sesungguhnya terjadi, perkenankan adinda untuk mengetahuinya” desak penasaran Arjuna ingin tahu. 

Selanjutnya Sri Kresna menceritakan yang terjadi. “Adindaku yang kanda cintai coba lihatlah, bentangan samodra yang sangat luas, sangat ganas dengan deburan ombak yang sangat dahsyat ini, kanda tidak habis berpikir. Bagaimana hebatnya Hanoman bersama bala tentara wanara ketika itu dari tempat ini dapat membangun jembatan yang menghubungkan Baratavarsa ini dengan Negeri Alengka nun jauh disana sebagai sarana untuk melakukan peperangan dengan Sang Maha Raja Rahwana demi untuk merebut kembali Dewi Sinta isteri Sri Rama”. 

Mendengar cerita itu Arjuna memberikan respon seolah-olah ikut kagum sambil mengangguk-anggukkan kepala. Namun demikian Sari Kresna yang merupakan Avatara itu tanggap terhadap isi hati Arjuna yang sesungguhnya. Muncul sebuah keangkuhan bahwa membuat jembatan begitu saja perlu mengerahkan ribuan bala tentara wanara, apa hebatnya Hanoman. Disinilah sesungguhnya niat Sri Kresna untuk memberikan pembelajaran kepada Arjuna yang memiliki sikap angkuh dan sombong Arjuna itu.

Selanjutnya Sri Kresna mengundang Hanoman yang sedang santai di lereng Gunung Kailasa untuk dapat hadir dihadapannya. Dengan kemampuan batinnya komukasipun terjalin dalam waktu sekejap Hanomanpun tiba dihadapan Sri Kresna. Sembari menghaturkan sembah dengan penuh santun Hanoman - kera tua, kecil, kurus, degil dan kelihatan tak berdaya itu mohon petunjuk gerangan apa yang terjadi dan ada keperluan apa Sri Kresna memanggilnya. 

Sri Kresna menyampaikan kekagumannya kepada Hanoman mampu membangun jembatan situbanda yang membentang antara Baratawarsa sampai negeri Alengka melewati samodra yang sangat luas dan ganas itu sebagai sebuah karya agung di dunia ini. Apa yang disampaikan Sri Kresna itu ternyata memancing emosi Arjuna.

”Mohon ijin kakanda, adinda sudah tidak tahan lagi” katanya memotong pembicaraan Sri Kresna dengan Hanoman” Pekerjaan membangun jembatan dengan mengerahkan tenaga ribuan kera sebegitu saja disebut sebagai karya agung, jika diperkenankan dari tangan adinda sendiri akan adinda buatkan jembatan seperti situbanda yang jauh lebih bagus dalam waktu sekejap, detik ini juga.” Lebih lanjut dikatakan “sungguh hal yang sangat memalukan seorang seperti Sri Kresna sampai tertegun terhadap jembatan yang hanya dibangun oleh para kera-kera seperti kera degil Hanoman. 

Pancingan Sri Kresna ternyata berhasil, walaupun situasi pembicaraan menjadi tegang senyuman Sang Awatara yang penuh dengan kebijaksanaan itu tetap memberikan kesejukan bagi alam disekitarnya. Selanjutnya beliau memberikan isyarat kepada Arjuna untuk melakukan apa yang menjadi kehendaknya. Arjuna sudah tidak sabar lagi, setelah menghaturkan sembah kepada Sri Kresna, dia langsung mengeluarkan senjata Nagapasa dari selongsongnya dan dilepaskan ketengah samodra. Tiada terduga dalam waktu sekejap bentangan jembatan yang amat megah melebihi jembatan situbanda menghubungkan Baratawarsa dengan Alengka terwujud.


Keadaan itu membuat Hanoman tertegun dan kagum terhadap kesaktian Arjuna yang maha dahsyat. Melihat jembatan itu Hanoman lalu terkenang akan masa kejayaannya. Hanoman mohon izin terhadap Arjuna ingin melewati jembatan itu untuk melakukan perlawatan nostalgia di Negeri Alengka. 

Terdorong oleh rasa kekagumannya itu Hanoman tidak sabar lagi. Sembari memberikan sembah kepada Sri Kresna, langsung meloncat ke jembatan. Apa yang terjadi? Jembatan itu ambrol dan Hanoman terjebur di samodra. Namun karena masih memiliki daya linuwih maka si kera tua itu dengan sangat mudah dapat mendarat kembali dan menemui Arjuna sambil mohon maaf. 

Arjuna tidak menjawab dan kelihatan malu, sementara itu Sri Kresna menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum dan berkata,

”Sesungguhnya kakanda mengetahui secara pasti senjata Nagapasa yang adinda miliki. Senjata itu memang memiliki kesaktian yang luar biasa tiada tara dan tiada duanya di muka bumi ini. Bahkan Dewa pun tiada mampu menahan kesaktian Nagapasa. Namun demikian yang perlu adinda ketahui, senjata itu akan memiliki makna manakala penggunaannya dilandasi dengan ketulusikhlasan dan diperuntukkan kepentingan menegakkan dharma. Bukan untuk menunjukkan keangkuhan dan kesombongan. Jika memang demikian hasilnya adalah sebagaimana yang kita saksikan bersama itu tadi. 

"Arjuna adindaku, Sesungguhnya peristiwa ini kakanda yang merencanakannya, untuk apa? Agar adinda dapat membuang jauh-jauh sifat keangkuhan dan kesombongan yang melekat pada diri adinda itu. Karena kakanda kawatir ketika perang Baratayuda nanti, senjata itu akan menjadi boomerang yang berakibat merugikan diri adinda sendiri. Mendengar wejangan Sri Kresna, Arjuna hanya tertunduk tiada sepatah katapun terucap. Dibatinnya terdampar rasa malu dan kekecewaan yang mendalam.

Itulah tadi sekelumit cerita hindu sebagai bahan perenungan untuk membunuh keangkuhan yang ada pada diri kita.


Sumber : http://www.beritahindu.com

close
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Keangkuhan Dan Kesombongan Arjuna Yang Di Hancurkan

0 komentar:

Post a Comment