Thursday, January 12, 2017

Pandangan Agama Hindu Dan Buddha Di Mata Seorang Muslim, Seperti Apakah Analisanya??



Saya berpikir sekian banyak kali utk posting ini karena khawatir tulisan ini disalahpahami oleh orang yg membacanya. Khawatir apabila ada saudara saya yg muslim menilai tulisan ini sbg wujud pengakuan saya kepada agama Hindu & Buddha yang merupakan keyakinan maka tak mustahil mereka bakal men”cap” saya murtad. Sementara aku takut ada juga orang Hindu & Buddha yg melihat ada kesalahan fatal dari tulisan saya & punya anggapan itu sbg sebuah pelecehan. 

Tujuan dari tulisan ini semata cuma mau “menyambungkan” rasa yang merupakan sesama pemeluk beragama yg mau lebih memaknai agama sbg fasilitas penyatu & pendamai antar umat manusia, bukan sebaliknya. Maka jika aku mencoba utk memandang Agama Hindu dann Buddha dari perpektif saya yang merupakan muslim sehingga saya harap ini dilihat sbg usaha saya mencoba menjawab sekian banyak pandangan negative orang non Hindu/Buddha kepada Agama Hindu/Buddha & berpotensi terjadinya kesalahpahaman. 

Tulisan ini pula tak bemaksud untuk membela atau menyalahkan agama tertentu (kapasitas saya jauh dari kapabilitas untuk itu) namun lebih sbg ungkapan dari pemahaman saya kepada agama yg menurut saya paling banyak disalahpahami oleh warga Indonesia yg mayoritas muslim. Oleh lantaran itu janganlah heran dalam tulisan ini tak ada istilah atau ungkapan yg bernuansa satu buah agama. Hanya kata & bahasa sehari-hari. 
Mudah-mudahan berguna bagi seluruh pihak.

Sekian Banyak Pandangan Keliru Menyangkut Agama Hindu 

Pada waktu aku kecil, ada banyak hal yg mengganggu saya menyangkut agama Hindu. Pandangan atau kesalahpahaman ini tak terlepas dari kurangnya informasi yg aku temukan menyangkut Agama Hindu & Budha. Ditambah dengan penjelasan dari orang lain (guru atau orang tua) yg makin menenggelamkan saya ke jurang salah paham. 

Tetapi sesudah membaca sekian banyak buku menyangkut Agama Hindu & Budha, pandangan saya kepada ke-2 agama ini mengalami pencerahan & pemahaman yg lebih mendalam. Dgn pandangan baru ini, saya mampu lebih memahami kenapa Agama ini dapat berkembang & jadi salah satu agama yg banyak dianut didunia ini. 

Sekian Banyak pandangan yg salah dari penduduk non Hindu tentang agama Hindu diantaranya yakni : 
1. Hindu adalah agama seribu Tuhan/Dewa. 
2. Hindu adalah agama bumi/ciptaan manusia. 
3. Reinkarnasi . 
4. Kasta. 

Dan berikut adalah pandangan saya tentang keempat masalah diatas :

1. Hindu adalah agama seribu Tuhan/Dewa.

Saat remaja saya memandang Hindu adalah agama yang politeis, yaitu agama yang percaya pada banyak Tuhan. Bahkan dibeberapa buku ada yang mengatakan Dewa yang disembah di India bisa mencapai ribuan nama dan bentuk.

Setelah menyimak dari ”hanya” beberapa buku, saya menangkap bahwa agama Hindu pun hanya memiliki satu Tuhan !! kalaupun ada seribu nama dan bentuk, itu semua hanyalah interpretasi dari umat Hindu dalam menggambarkan sifat-sifat Tuhan. Tuhan ada sumber dari segala fenomena alam, baik yang bersifat baik, putih, buruk atau hitam. Dunia tercipta dalam harmonisasi keberlawanan dan itu memunculkan sebuah fenomena keberbedaan tersendiri yang ditangkap oleh umat Hindu.

Misalnya ada Dewa Wisnu sebagai perwujudan dari sifat Tuhan yang pemelihara, ada Dewa Shiwa yang menggambarkan sifat Tuhan yang mengakhiri segala sesuatu dan dewa Brahma yang menggambarkan sufat Tuhan sebagai pencipta. Namun yang sering salah dipahami, orang menganggap bahwa ketiga Dewa tersebut adalah tiga ”wujud” yang berbeda dan terpisah. Padahal, ketiga sifat pokok diatas adalah merupakan satu sifat dari Tuhan yang satu.
Begitu pula dengan banyak Dewa/Dewi lainnya. Karena Tuhan adalah sumber dari segala bentuk dan sifat maka Tuhan pun pasti memiki sifat maskulin dan feminin yang digambarkan dalam bentuk Dewa/Dewi lengkap dengan sifat-sifatnya.

Mungkin hal ini sama dengan konsep Trinitas dalam Agama Kristen dan 99 Nama Baik bagi Allah dalam Islam. Mungkin....maaf kalau salah!

Yang sering disalahpahami juga adalah bentuk-bentuk Dewa yang disembah umat Hindu. Dengan berbagai bentuk dan corak, patung Dewa/Dewi ini sering disalahpahami sebagai bentuk ”banyaknya Tuhan” agama Hindu. Misalnya ada dewa dengan empat muka menghadap berlawanan, Dewa Bertangan empat, enam atau delapan yang memegang berbagai alat.

Tuhan Maha Mengetahui, Maha Kuasa dan Maha penguasa. Semua sifat ini pun digambarkan dalam bentuk interpretasi manusia melalui simbol dan seni tertentu untuk menggambarkannya. Jumlah kepala, tangan, perkakas, ekspresi dan bentuk adalah gambaran manusia tentang sifat Tuhannya. Umat Hindu sangat terkenal dengan kemampuannya dalam bidang karya seni karena mereka terbiasa untuk mengeksplorasi ketuhanan dalam dirinya dalam setiap ciptaannya. Merupakan sebuah ”kebanggaan” dan ”memiliki nilai ritual” apabila umat Hindu menciptakan sesuatu khususnya yang berhubungan dengan ritual, karena proses penciptaan manusia yang tergambarkan melalui karya seni juga merupakan representasi dari hakekat ”Tuhan” dalam diri setiap umat Hindu. Jadi saya melihat proses penciptaan dari rasa seni umat selalu memiliki nilai ”ibadah” sehingga proses penciptaan lebih terasa leluasa dan bebas mengekspresikannya ke dalam bentuk Dewa/Dewi mereka.
Jadi anggapan kalau Agama Hindu itu memiliki ”seribu” Tuhan tidaklah tepat. Karena mereka sebenarnya hanya memiliki satu Tuhan dalam beribu makna dan simbol dari sifat-sifat ketuhannya.

2. Hindu adalah agama bumi/ciptaan manusia.

Saya tidak tahu betul siapa sebenarnya yang membagi agama ke dalam dua bagian yaitu agama bumi atau ciptaan dan hasil perenungan manusia dengan agama langit yaitu agama yang berasal dari Tuhan. Yang jelas pasti dikotomi itu bukan berasal dari pemeluk agama Hindu maupun Buddha.
Pembagian agama ”manusia” dan agama ”Tuhan” bagi saya tidak berdasar sama sekali. Karena hakekatnya semua tindakan manusia dan alam ini tidak akan pernah terlepas dari campur tangan Tuhan, dan tidak ada campur tangan Tuhan yang mutlak langsung kepada manusia tanpa melalui media dan bahasa manusia.

Jangankan pada tataran penciptaan sebuah agama yang luhur, lengkap dan indah, bahkan ketika seseorang menulis satu huruf ”A” di sehelai kertas, Apakah aktifitas orang tersebut semata-mata hanya tulisan manusia saja tanpa ada campur tangan dari Tuhan? Atau sebenarnya Tuhan juga berperan dalam aktifitas yang dilakukan orang itu. Bukankah orang itu bisa menulis huruf karena manusia sebenarnya memiliki ”ilmu Tuhan” dalam dirinya? Bukankah ”sebab” Tuhan yang membuat tangan, otak, syaraf dan ototnya mampu bergerak untuk menulis huruf itu? Bukankah, setiap desah dan hembusan nafas manusia pun tidak pernah lepas dari tangan Tuhan?

Lantas apa alasannya bila ada yang menganggap bahwa Agama Hindu dan Budha itu adalah agama ciptaan manusia? Alangkah hebatnya manusia bila bisa menjadi pesaing Tuhan dalam menciptakan ”agama” tanpa campur tangan Tuhan didalamnya!

Adapun agama yang mengklaim sebagai agama Tuhan atau langit, bukankah juga melibatkan manusia, tangan, mulut dan pikiran manusia untuk bisa diterima bumi dan manusia? Sehigga tidak mustahil ”keterlibatan” sifat-sifat manusia atau naluri kemanusiaan menjadi ada di dalam perkembangan dan peluasan agama apapun juga.

Keyakinan saya akan tidak perlunya dikotomi agama bumi dan langit juga karena alasan yang nyata, yaitu ”TUHAN SAJA MEMBIARKAN DAN MEMBEBASKAN SEMUA AGAMA UNTUK BERKEMBANG DAN MENYEBAR DI DUNIA INI, PADAHAL KALAU HANYA SATU AGAMA YANG TUHAN KEHENDAKI MAKA, TIDAK SULIT BAGI-NYA UNTUK MEMBINASAKAN DAN MENGHANCURKAN AGAMA YANG TIDAK DIA KEHENDAKI”
Jadi bagi saya, pen-dikotomi-an agama bumi dan langit sangat bisa jadi berpeluang menciptakan kasta dan kelas dalam meng-”klaim” kebenaran. Pembagian ini telah membuat Agama Hindu dan Buddha dalam kelas nomor dua dan dianggap sebagai agama kuno, pagan dan politheism karena agama itu seolah diciptakan oleh manusia jaman dahulu ketika perkembangan pengetahuan belum sehebat jaman sekarang.

Oleh karena itu maka kita harus memandang semua agama sebagai agama Tuhan karena memang Tuhanlah sumber dari segala ilmu, kebenaran, kebijakan dan pengetahuan. Dengan demikian semua agama adalah setara dalam kedudukannya dibumi dan dilangit.

3. Reinkarnasi

Dianggap aneh dan mustahil karena berbeda dengan anggapan banyak kepercayaan yang mempercayai bahwa kehidupan ini bersifat linier. Lahir-hidup-mati dan diakhiri dengan ”final” di Sorga atau Neraka. Sementara dalam rainkarnasi sifat hidup itu sendiri adalah dinamis dan siklikal.
Dalam reinkarnasi kematian manusia bukanlah akhir dari kehidupan itu sendiri, namun menjadi pemberhentian sementara sebelum memasuki kehidupan berikutnya yang diseesuaikan dengan karma dalam kehidupan sebelumnya.

Dalam reinkarnasi, jumlah jiwa di alam raya ini akan tetap, namun dalam bentuk dan perwujudan yang berbeda. Dalam reinkarnasi, semua benda di alam raya ini memiliki jiwa dan ruh dari hasil perputaran jiwa dan karma. Bahkan nilai sebuah pohon sama tingginya dengan manusia karena memiliki sifat ketuhanan yang sama, walaupun dalam bentuk manusia adalah sebuah kesempatan terbaik untuk memperbaiki karma itu sendiri.

Masalah kepercayaan mana yang paling benar tentang kematian, akhirnya semua agama dan kepercayaan menyerahkan kepada satu hal yang disebut dengan ”Keyakinan” masing-masing disesuaikan dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Toh karena memang tidak ada satu agama pun yang bisa membuktikannya secara empiris dari rahasia kematian. Untuk itu, tidak alasan kita saling melecehkan dan menghina kepercayaan orang lain khususnya dalam menyikapi kematian. Bahkan dengan membandingkannya kita bisa memiliki alternatif dalam menyongsong kematian.

4. Kasta

Sasaran tembak berikutnya yang paling banyak disorot adalah kasta. Sebuah status atau strata sosial yang dilatarbelakangi oleh agama. Ada yang menganggap bahwa kasta adalah bentuk pejajahan atau hegemoni dari bangsa Arya terhadap bangsa Dravida.

Kalau kita lihat kasta sebagai sebuah sebab, maka kita akan melihat kasta sebagai sebuah kesenjangan sistematis yang dibuat manusia untuk menguasai manusia lainnya. Namun akan berbeda pandangan kita kalau melihat kasta sebagai sebuah akibat.

Akibat dari ”karma” yang dilakukan manusia selama hidup dan harus dibayar dikehidupannya yang lain dalam bentuk menjalani kehidupan dalam kasta rendah atau tinggi. Jadi kita akan memandang kasta sebagai ”hukuman” atau ”pahala” bagi kehidupan manusia sebelumnya. Karena kasta hanyalah salah satu bentuk kehidupan lain yang akan diterima manusia sebagai akibat dari apa yang pernah dilakukan pada kehidupan sebelumnya. Bahkan manusia sendiri hanyalah sebagai salah satu bentuk wujud dari berbagai bentuk wujud kehidupan yang akan dialami manusia selama jiwanya masih tergantung di dunia ini. Tumbuhan, hewan dan kehidupan tanpa raga juga menjadi bentuk yang tidak mustahil dialami setiap jiwa.

Begitulah uraian singkat saya tentang Agama Hindu dari sudut pandang non Hindu. Bukan pembelaan bukan pula bentuk rasa ”sok tahu” dari orang yang baru membaca buku, bukan! Tapi merupakan sebuah refleksi dan hasil renungan untuk bisa memberikan sebuah wacana lepas bagi semua pemeluk agama dalam upaya menjembatani komunikasi dan rasa menghargai antar pemeluk agama. Dalam tulisan ini saya tidak berani untuk mencari-cari persamaan atau memaksa mencari ”kesamaan” antar agama, karena memang tidak ada pemeluk yang mau disamakan dengan agama lain, khususnya dalam meng-klaim kebenaran paling hakiki, khususnya yang berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan beragama.

Kekurangan kita selama ini (diseluruh dunia), adalah keengganan untuk mempelajari dan memahami agama lain karena alasan khawatir mengganggu keimanannya sendiri. Padahal sebenarnya, kekhawatiran itu tidak berasalan selama kita yakin bahwa agama apapun pada hakekatnya berasal dari satu Tuhan, dan agama apapun yang kita anut telah berada dalam jalurnya masing-masing menuju Tuhan.

Mahatma Gandhi pernah menolak pemeluk agama Kristen yang ingin pindah agama ke Hindu dengan alasan bahwa keinginannya untuk mencari jawaban tentang Tuhan tidak akan berhasil bila kita tidak benar mencarinya....! Tuhan ada disetiap agama. Padahal di lain pihak begitu banyak orang yang dengan ”kasar” merebut keimanan orang lain untuk berpindah agama. Berbagai upaya dan usaha dilakukan oleh ”oknum” beragama untuk berlomba menambah kuantitas pemeluknya bahkan dengan sesuatu yang dangkal, kering dan mentah seperti melalui pemberian harta, iming-iming ataupun intimidasi.

Seandainya semua agama tidak lagi mempermasalahkan kuantitas pemeluk namun lebih mengutamakan penerapan dan pelaksanaan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari, mungkin jalannya sejarah akan berbeda. Darah dan nyawa tidak akan diobral untuk dikorbankan atas nama Tuhan atau atas nama membela kebenaran hakiki, karena sebenarnya kebenaran mutlak itu hanyalah milik Tuhan semata. Manusia hanya bertugas untuk mencarinya, mencapainya sesuai dengan interpretasi manusia yang serba relatif dan terbatas ruang serta waktu.

Semoga ini bisa menjembatani dialog berikutnya untuk saling memahami. Semoga....


Oleh : IMAM WIBAWA MUKTI 

close
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Pandangan Agama Hindu Dan Buddha Di Mata Seorang Muslim, Seperti Apakah Analisanya??

2 komentar:

  1. Saya sangat menghargai upaya anda dlm usaha memahami ajaran agama Hindu secara benar,namun mohon maaf kalau saya koreksi dikit tentang "kasta".Agama Hindu tdk mengajarkan kasta,yg diajarkan adalah"Catur Warna", yaitu penggolongan manusia menjadi 4 golongan berdasarkan gunakarma atau kemampuan, bukan berdasarkan kelahiran(dari siapa org itu lahir).Warna org bisa berubah dlm hidupnya,seiring dg perubahan pengetahuan karena pembelajaran.
    Terimakasih!

    ReplyDelete
  2. Saya sangat menghargai upaya anda dlm usaha memahami ajaran agama Hindu secara benar,namun mohon maaf kalau saya koreksi dikit tentang "kasta".Agama Hindu tdk mengajarkan kasta,yg diajarkan adalah"Catur Warna", yaitu penggolongan manusia menjadi 4 golongan berdasarkan gunakarma atau kemampuan, bukan berdasarkan kelahiran(dari siapa org itu lahir).Warna org bisa berubah dlm hidupnya,seiring dg perubahan pengetahuan karena pembelajaran.
    Terimakasih!

    ReplyDelete