
Siapa sesungguhnya Watugunung? Dalam sejumlah lontar, Watugunung disebut sebagai seorang yang kuat dan sakti. Dalam lontar Medang Kemulan, Watugunung diceritakan sebagai putra dari Dewi Sintakasih, permaisuri Kerajaan Kundadwipa.
Disebutkan Raja Danghyang
Kulagiri yang memerintah di Kundadwipa. Raja ini mempunyai dua istri yakni Dewi
Sintakasih dan Dewi Sanjiwartia. Suatu ketika Danghyang Kulagiri sedang bertapa
di Gunung Semeru. Sementara istrinya, Dewi Sintakasih sedang mengandung.
Semakin hari perut Dewi
Sintakasih semakin membesar. Akhirnya Dewi Sintakasih dan Dewi Sanjiwartia
memutuskan untuk menyusul Danghyang Kulagiri ke Gunung Semeru. Ternyata dalam
perjalanan menuju puncak gunung, Dewi Sintakasih melahirkan tepat di atas batu
besar yang datar. Sang bayi yang dilahirkan terjatuh. Namun anehnya, sang putra
tidak apa-apa, malah batunya terbelah menjadi dua.
Atas anugerah Dewa Brahma, bayi
Dewi Sintakasih itu diberi nama I Watu Gunung. Dewa Brahma bersabda Watu Gunung
akan menjadi orang sakti dan terkenal serta tidak akan mati terbunuh oleh Dewa,
Danawa, Detya, Asura maupun manusia. Ia tidak akan mati di malam hari, di siang
hari, di alam bawah atau di alam atas serta tak akan mati oleh segala jenis senjata.
Namun, Dewa Brahma memberitahu rahasia, Watuy Gunung hanya akan mati di tangan Dewa Wisnu.
Watu Gunung kecil tumbuh terlalu
pesat. Nafsu makannya sangat besar hingga membuatnya ibunya kewalahan. Suatu
hari, Watu Gunung meminta makan dan ibunya tidak mampu menahan emosi langsung
memukul kepala anaknya dengan sendok nasi hingga terluka dan berdarah.
Karena dipukul Watu Gunung minggat
dari istana menuju Gunung Himalaya. Di gunung ini ia menjadi perampok. Lantaran
kesaktiannya, tidak ada yang bisa melawannya. Raja Giriswara yang menguasai
wilayah itu mendengar cerita soal Watu Gunung lalu menyerangnya. Namun,
serangan itu bisa dipatahkan. Malah sebaliknya, Watu Gunung membunuh Raja
Giriswara lalu menguasai kerajaannya. Sesudahnya, Watu Gunung menaklukkan
kerajaan-kerajaan lainnya. Ada
27 kerajaan yang berhasil ditaklukkannya.
Kini tinggal kerajaan Kundadwipa
yang belum ditaklukkannya. Di sana
berkuasa dua raja perempuan bernama Dewi Sintakasih dan Dewi Sanjiwartia yang
tidak lain ibunya sendiri. Akhirnya, kerajaan ini pun bisa ditaklukkan dan
keduanya dinikahi.
Saat berkasih-kasihan, Dewi
Sintakasih dan Dewi Sanjiwartia sedang mencari kutu di kepala Watugunung. Saat
itulah dilihat ada luka di kepala Watugunung. Dewi Sintakasih pun sadar itu
adalah putranya. Saat bersamaan terjadilah gempa bumi yang dahsyat. Dewa Siwa
yang tahu gempa bumi itu diakibatkan adanya seorang manusia mengawini ibunya
sendiri lalu mengutuk Watugunung akan mati di tangan Dewa Wisnu.
Dewi Sintakasih teringat akan
rahasia yang diberikan Dewa Brahma bahwa anaknya akan mati di tangan Dewa
Wisnu. Dewi Sintakasih yang sedang hamil pun mengatakan dirinya ngidam dan
meminta Watugunung untuk menjadikan Dewi Sri, istri Dewa Wisnu sebagai madu.
Watugunung pun menemui Dewa Wisnu
dan menyampaikan maksudnya. Terang saja Dewa Wisnu murka. Terjadilah kemudian
pertempuran yang hebat antara Wisnu dan Watugunung. Dewa Wisnu menjelma menjadi
kurma (kura-kura) dan berhasil mengalahkan Watugunung. Saat dia dikalahkan itu
dinamai Watugunung Runtuh.
Dari kisah ini kemudian lahir 30 wuku. Wuku pertama
yakni Sinta dan Landep yang diambil dari nama ibunya, Dewi Sinta dan
Sanjiwartia. Wuku terakhir adalah nama Watugunung sendiri. 27 nama wuku lainnya
diambil dari nama kerajaan-kerajaan yang ditaklukkan Watugunung.
Sumber : http://www.balisaja.com/
Sumber : http://www.balisaja.com/
Suksma untuk pengetahuan baru niki
ReplyDelete