Pura
Penataran Ped yang memiliki daya tarik tersendiri adalah Pura
Ratu Gede. Pura ini dipercaya sebagai tempat berstananya Ratu Gede Mas Mecaling,
seorang raja yang pernah memimpin bumi Nusa Penida, Klungkung, Bali. Menurut Jero
Mangku Made Septarawan, Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling memiliki nama lain
yakni Ratu Bhatara Gede Sakti.
Pura Dalem Ped, Nusa Penida (nyoman ivandita/ www.flickr.com)
Jika
orang-orang menyebutnya seperti hal itu merupakan daya tangkap rasa pemedek tersebut. “Banyak
orang yang menyebutkan Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling. Kita tidak bisa
salahkan juga, kan sah-sah saja dalam hal penamaan,” kata Jero
Mangku Made Septarawan seperti dilansir balitribunnews.com, Rabu
(30/9).
Selebihnya
Jero Mangku tersebut tidak berkenan menjelaskan tentang siapa Ida Bhatara Ratu
Gede Mas Mecaling tersebut. Sebab, ada
purana Pura Penataran Ped yang dapat dijadikan referensi. Berdasarkan Purana Pura Penataran Ped dikisahkan keberadaan
Pura Panataran Ped yang dulunya disebut Pura Dalem Nusa, merupakan tempat I
Gede Mecaling melaksanakan tapa brata. Di sana I Gede Mecaling memuja Ida
Bhatara Siwa memohon untuk menunggalkan bayu, sabdha dan idepnya. Turunlah
Hyang Bhatara disertai dengan angin kencang, kilat dan petir. Saat itulah I
Gede Mecaling dianugerahi oleh Bhatara Siwa berupa ajian Kandhasanga.
Tiba-tiba rupa I Gede Mecaling berubah. Badannya bertambah besar nan
tinggi, kulitnya berwarna hitam, raut wajahnya menyeramkan. Taringnya bertambah
tajam dan panjang. Suaranya pun menggetarkan dunia. Kemudian diutuslah Bhatara
Indra untuk menaklukkan I Gede Mecaling, akhirnya taringnya dipotong oleh Ida
Bhatara Indra. Kemudian I Gede Mecaling kembali melakukan tapa yoga di Ped
memuja Ida Bhatara Ludra. Karena ketekunannya, ia pun dianugerahi Panca Taksu
oleh Ida Bhatara Ludra.
Kelima taksu tersebut ialah taksu kesakten (kesaktian), taksu balyan
(dukun), taksu pangeger (guna-guna yang membuat orang mabuk cinta), taksu
panulak grubug (penolak wabah penyakit), taksu anggawe bragala kamaranan
(membuat para buta kala tersenyum sendiri dan lupa diri). Setelah mendapatkan
penganugerahan dari Ida Bhatara Ludra, I Gede Mecaling menjadi penguasa di
Pulau Nusa Penida diiringi oleh sejumlah wong samar.
Mulai saat itu beliau bergelar sebagai Papak Poleng. Dalam hidupnya, I Gede
Mecaling tak berhenti melakukan tapa yoga, dan menjelma bagaikan seorang dewa
yang bergelar Ida Bhatara Ratu Mas. Kemudian,
di tempat beliau, dibangun pura yang disebut sebagai Pura Penataran Ped dan
merupakan salah satu pura Sad Kahyangan yang ada di wilayah Nusa Penida.
Pura ini sebagai tempat pemuliaan Ida Bhatara Ratu Mas dan Ratu Gede. Disebutkan,
sekarang Ida Bhatara yang berstana di Pura Ratu Gede bergelar Ida Bhatara Ratu Gede dan yang berstana di
Pura Penatraan Ped beliau bergelar Ida Bhatara Ratu Mas. Ida Bhatara Ratu Gede
merupakan wujud Purusa dan Ida Bhatari Ratu Mas merupakan wujud Pradhana. Ida
Bhatara Ratu Gede yang berstana di Pura Ratu Gede dan Ida Bhatara Ratu Mas yang
melinggih di Pura Penataran Ped.
Diyakini memiliki sifat angker, maha dahsyat, sakti, juga pemurah,
pengasih, serta maha adil dan bijaksana. Beliau memiliki 108 berupa ancangan
wong samar yang bersemayam di area sekitar pura. Sewaktu-waktu para wong samar
ini dapat menyebarkan wabah panyakit. Untuk itu, ada beberapa jenis upacara dan
persembahan untuk menanggulangi wabah
penyakit tersebut. Mulai sasih kapat saat anggara kasih pengempon banjar adat
hadir untuk melakukan kegiatan Ngeduk Taman di Pura Taman. Tabuh Rah berupa
perang Sata untuk menangkal penyebaran penyakit oleh para wong samar.
Di samping melakukan upacara tabuh rah, secara rutin tiap kajeng kliwon,
mulai sasih kanem sampai sasih kaulu juga dilaksanakan upacara caru berupa bol
celeng yang dipersembahkan kepada bala ancangan Bhatara Ratu Gede. Serta mundut
Ida tapakan berupa Ratu Gede, Ratu Mas berupa Barong ada juga berupa saselohan
yang dianggap sakral, semisal kesenian gandrung, sanghyang dedari, dan lain
sebagainya. Dan, mohon tirta pakuluh Ida Bhatara untuk dilinggihkan bersamaan
ngadegang Ida Tapakan masing-masing perempatan banjarnya.
Adapun yang perlu diingat jika pemedek bersembahyang ke Pura Penataran Ped
yakni tidak diperbolehkan kencing berdiri di sekitaran area pura, tidak boleh
menggunakan bunga pucuk di dekat pura, tidak boleh menggunakan saput poleng,
dan tidak boleh menyanyikan gending janger.
0 komentar:
Post a Comment